Jumat, 21 Desember 2012

Guru Wajib Punya Kemampuan Menulis


Minggu, 01 Juli 2012, 12:41 WIB
nationalturk.com

Menulis (ilustrasi).
Berita Terkait
Inilah Peran Syariah Kembangkan Industri Kreatif
Jokowi Disambut Meriah Warga Kebon Kosong
Lima Hari Speedy Ngadat, Ada Apa Ya?
Andi Arsyl Berbagi Ilmu Lewat Buku
Fokus ke IME, TelkomSigma Incar Revenue Rp 1 Triliun
REPUBLIKA.CO.ID,Saat ini, masih banyak guru yang belum mempunyai kemampuan menulis. Sehingga, ketika saya mengikuti pelatihan yang diadakan PT Telkom Indonesia dan Republika pada 26 – 27 Juni 2012 lalu, banyak hal menarik yang membuat saya ingin meningkatkan kemampuan menulis. Saya sendiri mempunyai blog. Segala pemikiran dan perasaan saya, sering dituangkan dalam blog. Mudah-mudahan apa yang saya dapat selama mengikuti pelatihan ini, berguna untuk diri saya sendiri.

Diakui atau tidak ketika banyak kalangan yang berpendapat bahwa sebagian besar guru kurang mampu menulis dengan baik adalah benar. Kalaupun diperhalus bahasanya menjadi “kurang memiliki minat untuk menulis”. Kondisi seperti itu juga bukannya tanpa alasan. Bagi sebagian guru, menulis tidak menghasilkan uang, kecuali menulis buku atau lemba kerja siswa (LKS).

Beberapa guru lainnya menilai produktif atau tidaknya menulis tidak ada korelasi atau pengaruh langsung yang signifikan dengan kenaikan pangkat atau golongan bagi guru PNS. Namun yang paling penting, saat ini tidak ada sarana media untuk memublikasikan karya tulis guru khususnya pemula. Kalaupun ada hanya sedikit sekali, itupun kompetitif, hanya tulisan yang sudah baik dan bagus saja yang terpilih, sementara bagi yang masih belajar akan sulit untuk untuk bersaing.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, saya mencoba merangkumnya dalam sebuah penilaian. Untuk alasan materi, sebenarnya tidak mutlak juga menulis karena uang, yang terpenting adanya kepuasan setelah tulisannya dibaca atau dikomentari oleh pembaca lain. Jadi dalam hal ini para guru memerlukan semacam media sebagai sarana untuk memublikasikan tulisan agar bisa dibaca publik. Sebenarnya dengan kehadiran blog atau web internal sekolah, bisa memotivasi para guru untuk menelurkan karya tulisannya.

Sedangkan untuk alasan karier, dengan sendirinya sudah terpecahkan oleh peraturan terbaru Permendiknas nomor 35 tahun 2010 tentang “Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya”, yang didalamnya menyebutkan bahwa guru PNS yang akan naik pangkat/golongan dengan sistem Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang salah satu syaratnya menyebutkan bahwa guru harus membuat minimal satu karya tulis ilmiah. Peraturan ini efektifnya akan diberlakukan mulai tahun 2013.

Nah, jadi sebagai guru, saya mengimbau kepada rekan-rekan guru yang lainnya, ayo mau sampai kapan lagi kita memulai untuk menulis?

penulis:Yanna Supriatna SPd (Guru Bahasa Inggris SMKN 1 Pandeglang)
Redaktur: M Irwan Ariefyanto
Sumber: Telkom-Republika
Baca Selengkapnya~~ >>

Budaya Menulis dan Guru Sejati


( Nama : Furqoniyah NIM : 09110171 Kelas : PAI/D )

edukasi.kompasiana.com/.../budaya-menulis-dan-guru-sejati-495819....

Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, kita tidak hanya bisa diam dan menunggu nasib baik datang. Banyak hal yang bisa kita lakukan dan kembangkan. Terutama dalam ranah pendidikan. Baik pendidik maupun peserta didik, diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam bentuk karya tulis. Karya tulis pun beragam macamnya, mulai dari menulis cerita, artikel, berita, bahkan menulis RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pun bisa dikatakan karya tulis. Dan itu semua bisa disalurkan melalui media massa ataupun non media massa. Salah satunya adalah melalui Pendidikan Jurnalistik.


Jurnalistik, kata sederhana dan singkat ini ternyata memiliki manfaat yang banyak, terutama bagi pendidikan. Selama ini yang kita tahu, guru hanya bisa mengajar, memberikan dan menyampaikan materi pelajaran di kelas. Sedangkan, dalam era globalisasi ini, guru dituntut untuk berperan aktif, tidak hanya melalui ‘ceramah’ nya yang di kelas, akan tetapi bisa melalui tulisan. Dan pendidikan jurnalistik mampu membuka kesempatan yang luas bagi para guru yang ingin menyalurkan bakat merangkai tulisan serta memberikan pengaruh positif bagi para pembacanya.


Namun faktanya, sebagian para guru tidak dan atau belum membudayakan menulis, disebabkan karena kurangnya budaya membaca yang baik, motivasi yang rendah untuk menulis, miskin gagasan, serta kurangnya keberanian untuk menulis. Karena sebab-sebab itulah, sedikit banyak yang tertarik untuk menulis. Padahal, kegiatan menulis adalah ungkapan perasaan akan keberlangsungan pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan learning journal sebagai media dalam menuangkan ungkapan perasaan. Dalam hal ini, diharapkan Pendidikan jurnalistik dapat menjadi awal pembudayaan menulis, tidak hanya untuk para siswa, tetapi juga para guru. Yang bisa dimulai dari kegiatan membaca.


Pendidikan jurnalistik dirasa sangat penting bagi para guru, karena dengan adanya jurnalistik, guru dapat memotivasi para siswanya untuk bisa menyalurkan bakat menulisnya, Meskipun hanya berupa tulisan singkat. “A Drop of Ink, Can Move a Million People to Think”, setetes tinta tidak hanya membuat orang untuk mau membaca dan menulis, tetapi juga berpikir. Karena dengan berpikir, kita bisa mengasah pikiran kita agar tidak mandeg.


Tulisan-tulisan karya para guru, nantinya diharapkan bisa dibaca oleh seluruh dunia dan mampu memberikan warna dalam dunia pendidikan. Menulis tidak hanya untuk para penulis saja, guru dengan segala perangkat intelegensinya pun bisa menjadi seorang penulis. Karena, Guru sejati adalah guru yang mampu menerapkan budaya menulis.
Baca Selengkapnya~~ >>

RESEP CESPLENG MENULIS BUKU BEST SELLER

Saya lagi seneng baca “RESEP CESPLENG MENULIS BUKU BEST SELLER” karya Edy Zaqeus

Judul: RESEP CESPLENG MENULIS BUKU BEST SELLER
Jurus Jitu Menulis Buku Laris Untuk Orang Sibuk Seperti Anda
Oleh: Edy Zaqeus
ISBN: 979-3574-15-1
Terbit: Cetakan I-II, September 2005
Penerbit: Gradien – Yogyakarta
Ukuran: 11 x 18 cm, 184 hlm
Harga: Rp 28.000,-

* Beredar Oktober 2005 di seluruh toko buku terkemuka di kota Anda. Untuk buku dengan tanda tangan dan ucapan khusus dari penulisnya, pesan langsung dengan menghubungi Hp: 08159912074 atau email: edzaqeus@gmail.com.

Buku pertama dan satu-satunya yang memotivasi orang untuk menulis bukubest seller. Siapa pun Anda, sesibuk apa pun Anda, dan apa pun latar belakang Anda, menulis buku best seller bukanlah impian semata. Buku ini menyediakan resep, kiat-kiat, dan alat untuk mewujudkan impian Anda.

KATA PENGANTAR OLEH JENNIE S. BEV

Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dan angka melek huruf (literacy) yang tinggi, yaitu sekitar 86%, Indonesia semestinya merupakan ladang penerbitan buku yang sangat subur. Sayangnya, profesi penulis seringkali dipandang sebelah mata karena kurang menjanjikan penghasilan tetap, serta ada beberapa miskonsepsi tentang kegiatan tulis-menulis yang kurang memberikan manfaat bagi perkembangan perbukuan di Indonesia.

Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat dalam satu tahun terbit sekitar 75 ribu buku. Di Indonesia, kelihatannya hanya sekitar 10% dari jumlah ini atau bahkan kurang (data soal ini masih diperdebatkan). Padahal, antara Indonesia dan Amerika jumlah penduduknya bisa dibilang sama-sama melampaui 200 juta (data 2004: penduduk AS 294 juta dan Indonesia 238 juta). Tentu saja ada variabel lain yang menyebabkan angka seperti ini, antara lain rendahnya daya beli dan kultur senang membaca yang semestinya lebih digiatkan lagi di Indonesia.
Selain itu, ada beberapa miskonsepsi mengenai profesi penulis. Seperti, adanya mitos bahwa kegiatan menulis itu sulit sekali dan memerlukan bakat yang luar biasa (untuk buku-buku genre tertentu). Ada lagi mitos bahwa seseorang hanya pantas menjadi penulis kalau sudah mencapai tahap tertentu dalam karir (untuk buku-buku profesi dan akademis). Bahkan ada yang membayangkan bahwa menulis adalah suatu pekerjaan super istimewa yang hanya pantas dijalankan oleh orang-orang eksentrik super kreatif (untuk buku-buku literatur), atau orang-orang idealis yang gemar berpetualang (untuk buku-buku reportase).
Apa pun miskonsepsi yang menghambat profesi tulis-menulis di Indonesia, sudah saatnya kita melihat dengan jernih seperti apa sebenarnya proses penulisan buku yang efektif dan efisien. Siapa pun Anda, sepanjang Anda bisa baca tulis, Anda pasti bisa menjadi penulis. Ingat “there are all kinds of writers and all kinds of readers” . Dengan demikian, kita bisa dengan jelas melihat potensi dari profesi yang sangat menjanjikan ini.

“Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller” secara gamblang memberikan tips, tricks dan bahkan tools yang mungkin tidak terpikirkan oleh pembaca umumnya, supaya bisa menulis ala profesional dan menerbitkan buku best selleryang luar biasa. Jalur-jalur penerbitan yang sebelumnya mungkin kurang diperhitungkan juga dibahas dengan sangat gamblang, dalam satu-satunya buku berbahasa Indonesia, yang mengajarkan bagaimana setiap orang yang bisa baca tulis mempunyai potensi untuk menjadi penulis best seller.

Sebagai seorang penulis perantauan yang telah membedah lebih dari 1.200 buku, menerbitkan 20 buku, dan lebih dari 900 artikel di mancanegara, saya sangat terkesan dengan resourcefulness penulis Edy Zaqeus dalam memaparkan rahasia sukses penulis-penulis best seller, serta tahap-tahap penulisan yang dapat dengan mudah dijalankan oleh penulis pemula. Kunci dari keberhasilan buku ini dalam membangunkan the sleeping writer in all of us adalah “best seller mindset” yang sudah mendarah daging di dalam diri Edy Zaqeus, seorang best-selling author.

Jika Anda masih termakan oleh mitos-mitos soal menulis dan menjadi penulis, sudah saatnya Anda membuang hal-hal tersebut. Saya sendiri adalah saksi hidup bahwa menulis itu gampang dan mencari nafkah dari menulis tidak kalah hasilnya dibandingkan dengan profesi lainnya. Kalau Edy, saya, dan banyak penulis lainnya bisa hidup nyaman dari menulis, mengapa Anda tidak? Intinya hanya satu: membangunkan sang penulis yang sedang tidur di dalam diri kita semua.
“Ini buku ‘gila’ karena menantang orang sibuk untuk membacanya dan kemudian belajar menulis …. Hanya kaum pemberani yang akan menerima tantangan Bung Edy kali ini.”
Andrias Harefa, Penulis Buku-buku Best Seller

“Luar biasa! Bawalah buku ini pulang dan baca! Temukan idenya dan hal-hal baru di buku ini! Setelah itu saya akan menemukan karya Anda … beredar di toko-toko buku.”
Hari Subagya, Penulis Best Seller: Time To Change

“Kalau selama ini Anda berpikir ingin menulis buku tapi belum terwujud… jangan lewatkan buku ini. Anda pasti menemukan semua kiat yang bisa membantu Anda menjadi seorang penulis best seller.”
Andrew Ho, Penulis Best Seller: Highway to Success

“Saya dapatkan inspirasi dan banyak masukan berharga. Salut! Buku ini wajib dibaca para penulis pemula maupun penulis best seller.”
Adi W. Gunawan, Penulis Best Seller: Born to Be Genius
dan Genius Learning Strategy

“Gila… saya benar-benar nggak nyangka kalau menulis buku itu begitu mudah …. Pembaca sangat dirangsang untuk menulis.”
Ade Tri Marganingsih, Redaksi Majalah Matabaca

“Selesai membaca, saya sadar betapa ‘bahayanya’ buku ini. Dari kiat-kiatnya, buku ini bakal mencetak para pengarang best seller baru yang akan ‘membahayakan’ eksistensi pengarang-pengarang sebelumnya.”
Ignatius Kristanto, Litbang Kompas

“Buku ini sangat otoritatif, karena Edy Zaqeus adalah penulis best seller. Dengan buku ini dia tengah mengukir brand baru, bukan sekadar penulis best sellertetapi guru dalam bidang itu.”
Her Suharyanto, Motivator Personal Branding

“Tidak ada seorang pun yang tidak salut kepada para penulis buku, apalagi penulis buku best seller. Karena itu, jangan buat naskah yang biasa-biasa saja, harus jadi luar biasa! Dan buku ini akan memandu jalan Anda. Luar biasa gagasan dan gaya penulisannya…menarik!”
Bambang Trim, Praktisi Perbukuan

“Judul buku ini sangat ‘menjual’ dan menantang. Produk bagus isinya pasti bermutu dan ini disajikan Edy Zaqeus dalam bahasa yang ringan. Buku ini layak dijadikan panduan bagi kaum profesional yang sibuk tapi ingin menulis buku.”
David S. Simatupang, Redpel Majalah MARKETING

* Buku ini tersedia dengan tanda tangan dan ucapan khusus dari penulisnya. Pesan langsung hubungi Hp: 08159912074 atau email: edzaqeus@gmail.com.
Baca Selengkapnya~~ >>

Kamis, 13 Desember 2012

COBAAN MEMATANGKAN KEDEWASAAN


Tingkat kedewasaan tidak bisa diukur dengan tua atau mudanya usia. Tidak sedikit orang yang usianya tua malah perilakunya seperti anak kecil. Sebaliknya ada orang yang usianya masih muda malahan perilakunya dewasa. Matang dalam pola pikir dan perilaku kesehariannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang, di antaranya banyak belajar dan berlatih dengan berpedoman pada buku-buku yang dibacanya. Pengalaman langsung dengan banyak berdialog, ngobrol, diskusi, dan hubungan antar pribadi sangat menentukan kematangan seseorang.


Termasuk membaca buku yang mengutamakan kekuatan otak kanannya. Terkadang kita mempunyai pengalaman dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi hanya mementingkan kekuatan otak kiri. Sementara kekuatan otak kanan dibiarkan merana tanpa perhatian yang serius.


Kecenderungan sebagian besar orang hanya meningkatkan bagaimana agar sesuai dengan akal pikiran dan logika. Kita ingat pada lagu yang dinyanyikan bahwa “Cinta bukan logika.” Apabila kita renungi memang yang berhubungan dengan cinta dalam arti yang lebih luas tidak sepenuhnya sesuai dengan logika.


Apa yang kita senangi, kita benci, dan kita rasakan bahagia misalnya, bukan urusan logika. Di sinilah hati nurani sangat berperan bagi kita yang akan berusaha untuk mengembangkan kekuatan otak kanan. Kita merasakan keringnya hidup dan kehidupan kita tanpa memasukan peran otak kanan dalam diri kita.


Saya menulis waktu yang lalu dengan selalu memperhatikan pikiran yang logis. Tata cara menulis saya pelajari, buku tata bahasa baku bahasa Indonesia dengan cermat saya pelajari. Namun apa yang saya hasilkan dari kegiatan tersebut dalam hubungannya dengan kreativitas menulis? Saya terlewati oleh murid saya sewaktu di SD dan sekarang telah lulus kuliah di UNPAD Bandung menjadi penulis buku yang berkualitas (BERSAMBUNG)
Baca Selengkapnya~~ >>

CINTAILAH MENULIS


Sebenarnya tamat menjadi sarjana belum menjadi jaminan untuk menguasai apa yang disampaikan di bangku kuliahnya. Seperti halnya menulis yang seharusnya menjadi kebiasaan para sarjana ternyata masih banyak guru sarjana yang belum mampu menulis. Bukan karena bodoh atau tidak memiliki kemampuan untuk menulis tersebut. Jawaban hanya satu “malas.” Mengapa sampai demikian? Dengan tanpa bisa menulis juga anggapannya tidak penting dan tanpa menulis juga sudah mapan dengan keuangan. Memanglah demikian tidak ada yang menyalahkan, tetapi kita berpikir secara mendalam. Menulis bukan hanya sumber tempat datangnya penghasilan saja, tetapi dapat juga dijadikan sumber datangnya penghasilan. Apabila kita tidak mau menulis dengan alasan begitu, kita alihkan tujuan kita menulis dalam hubungannya dengan misi kebenaran.

Para guru yang sudah sarjana alangkah lebih baiknya mau membiasakan diri untuk menulis lebih banyak dan lebih berkualitas. Diupayakan semaksimal mungkin dan sebaik mungkin kita menulis terutama yang berkaitan dengan pendidikan atau pembelajaran. Kita alihkan sejenak pikiran kita dari fokus ke pekerjaan sebagai guru atau kepala sekolah yang selalu disibukkan dengantugas pokok mengajar atau memimpinnya ke masalah kegiatan menulis yang mampu menindaklanjuti kegiatan pembelajaran atau kepemimpinan pembelarannya.
Baca Selengkapnya~~ >>

UBAHLAH KELEMAHAN JADI KEKUATAN

Oleh: Jajang Suhendi

Sebagai umat Islam harus memiliki kekuatan dalam berpikir. Berpikir menggunakan otak, bukan menggunakan kekuatan otot. Mengasah otak bukan memperkuat otot. Namun bukan berarti fisik dibiarkan lemah tanpa memiliki kekuatan. Dalam hal ini sekedar kekuatan dengan olah raga dan makan makanan yang bergizi.


Begitu pula otak diberi makan dengan buku-buku bergizi atau berisi pikiran yang positif dan dinamis. Kekuatan yang harus kita miliki adalah kekuatan dalam hal kebaikan sebagai potensi yang bisa dimanfaatkan dalam pelaksanaan dan kewajiban. Yang menjadi prioritas utama adalah kekuatan dalam berpikir menggunakan hati nurani yang bersih dari segala kotoran.


Pembahasan tentang umat Islam terlalu luas dan perlu pengkhususan, yaitu masalah profesionalisme guru. Kemampuan mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Yuyun Yunani (Berkah No. 268, Tanggal 8-15 Mei 2010 ) membahas tentang guru profesional tersebut.


Beliau sebagai guru SD Negeri Pandeglang 10 cukup jeli dalam mengamati keberadaan guru profesional yang harus memiliki kemampuan untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Diharapkan para guru bisa membawa masyarakat untuk memasuki abad 21 yang penuh persaingan (BERSAMBUNG)
Baca Selengkapnya~~ >>
WASPADALAH TERHADAP PENYAKIT HATI


Jangan biarkan hati kita terkena penyakit yang membahayakan yang bisa menular dengan mudahnya. Sebenarnya banyak penyakit hati yang harus kita waspadai. Namun dalam kesempatan ini cukup satu saja yang akan kita bicarakan. Saya mengutip terjemahan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 120, yaitu:


Jika kamu mendapat kebaikan, sedih hati mereka, tetapi jika kamu ditimpa kejahatan, gembira hati mereka. Jika kamu sabar dan takwa, niscaya takkan mudharat kepadamu tipu daya mereka sedikitpun. Sungguh Allah Maha meliputi apa-apa yang mereka kerjakan.


Penyakit hati dalam kutipan di atas yang ada pada orang lain, tetapi kita juga mungkin bisa terkena dengan mudahnya apabila tidak mengetahui tentang keberadaan penyakit semacam itu.


Pikiran dan perasaan kita harus tetap selalu terjaga dari penyakit yang membahayakan ini. Kita waspadai orang-orang yang baik di hadapan kita secara lahiriah, tetapi hatinya benci apabila kita mendapat kesenangan, dan merasa senang apabila kita mendapat kesusahan.


Begitu juga dalam hati kita jangan ada perasaan demikian, karena sangat membahayakan diri kita. Bahaya secara fisik dan bahaya secara kejiwaan. Selama orang yang dibencinya itu selamanya senang, maka dia akan bersedih hati lama-lama akan terkena penyakit secara fisik.


Bisa penyakit TBC, darah tinggi atau hidupnya selalu pusing, ditambah jiwanya selalu dalam keadaan tidak tentram. Apalagi kalau keberadaan orang itu dalam keadaan serba kekurangan dalam mencukupi kebutuhan sehari-harinya (BERSAMBUNG)
Baca Selengkapnya~~ >>

Kamis, 06 Desember 2012

BERPIKIR POSITIF DAN TUJUAN JELAS

Oleh: Jajang Suhendi

Banyak orang sangat meyakini bahwa kekuatan pikiran positif dapat membawa manusia meraih kesuksesan dalam mencapai tujuannya. Orang yang mempunyai tujuan berbeda dengan orang yang tidak mempunyai tujuan yang jelas. Bagaikan sebuah kapal mengambang di lautan luas terombang-ambing tidak tentu arah ke mana akan pergi. Ketika ada angin dari arah utara dia bergerak kea rah selatan, ketika ada angin dari arah selatan dia berbelok ke arah utara, dan seterusnya. Begitu juga manusia yang tidak mempunyai tujuan ke mana dia akan menuju hidupnya akan tersesat mengikuti hawa nafsu dirinya ataupun mengikuti ajakan dan rayuan syetan yang dilaknat Allah.


Bagaikan orang sedang berjalan di depannya terlihat pemandangan yang sangat indah, indah dipandang setelah didekati bukanlah pemandangan yang indah. Ternyata apa yang kita lihat bukan keindahan, tetapi sekedar pohon-pohon yang besar dengan di bawahnya banyak tumpukan daun-daun kering berserakan tidak ada yang mengurusnya. Indahnya gunung yang kita lihat dari kejauhan sebenarnya hanya pandangan sepintas belaka. Perkawinan kita anggap indah sebelum kita masuki dengan cara yang sesuai syariat agama. Semua masalah kebutuhan yang harus kita penuhi baik kebutuhan sehari-hari sampai kebutuhan biaya sekolah atau kuliah anak belum kita bayangkan. Semuanya tertutup dengan indahnya bagaimana kita mengekspresikan diri antara suami dan istri kelak.(Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
BERMAIN-MAIN DENGAN ANGKA-ANGKA DAN KATA-KATA

Oleh: Jajang Suhendi

Mengapa ada orang yang sangat miskin banyak utang sampai jutaan sampai milyaran rupiah? Kita memperkirakan bahwa mereka terkena musibah miskin itu karena memang nasib, kesalahan dalam mengatur keluar masuknya uang, kebodohan finansial atau hidup mengumbar nafsu angkara. Biarlah apa mengambil alternatif pemecahannya. Ada dua hal pokok yang harus kita perhatikan tentang kecerdasan finansial agar kita terlanjur miskin. Kita harus banyak belajar tentang angka-angka dan kata-kata.

Kemiskinan yang diakibatkan oleh kebodohan terhadap angka dan kata, akan kita perbincangkan agar kita tidak terlanjur miskin. Kemiskinan sangat berhubungenmgan dengan kedua hal tersebut. Pada prinsipnya, kemiskinan adalah pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Terkadang orang yang berpenghasilan besar lebih besar pula pengeluarannya, tetapi orang yang berpenghasilan kecil lebih kecil pengeluarannya. Orang yang kaya sebenarnya adalah orang yang kedua, bukan orang yang pertama.(Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
BERHENTI ITU MATI

Oleh: Jajang Suhendi

Winston Churchil dalam pidatonya pernah cumah tiga kata yang disampaikan kepada khalayak, yaitu “never give up” yang artinya “jangan berhenti.” Benarkah kita tidak harus berhenti? Berhenti dari kegiatan apa? Kegiatan yang baik atau yang benar? Masih bersifat umum apa yang dikatakan beliau. Namun bagi kita yang berpikiran dewasa yakin bahwa beliau berbicara bukan hal yang buruk atau yang sifatnya negatif. Tentu beliau berbicara untuk urusan kebaikan diri dan orang lain.


Sejenak saya merasa bahwa kata-kata tersebut biasa-biasa saja. Tetapi ketika ada orang yang bertanya kepada saya, bagaimana saya bisa berbicara di depan publik dengan cara yang demikian menguasai, saya teringat lagi pidato Churchill ini.
Banyak orang berfikir kalau saya bisa berbicara di depan publik seperti sekarang sudah sejak awal. Tentu saja semua itu tidak benar. Awalnya, saya adalah seorang pemalu, mudah tersinggung, takut bergaul dan minder.


Dan ketika memulai profesi pembicara publik, sering sekali saya dihina, dilecehkan dan direndahkan orang. Dari lafal ‘T’ yang tidak pernah lempeng, kaki seperti cacing kepanasan, tidak bisa membuat orang tertawa, pembicaraan yang terlalu teoritis, istilah-istilah canggih yang tidak perlu, serta segudang kelemahan lainnya.(Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
BERANIKAH ANDA MENULIS?

Oleh: Jajang Suhendi)

Membaca merupakan kegiatan mendapatkan makna yang sengaja disampaikan oleh penulis buku. Saya membaca buku tentang Keberanian Hiasan Pribadi karya Sumantri Mertodipuro. Saya sangat termotivasi untuk mengembangkan dalam bentuk tulisan. Saat ini juga saya untuk menulis dengan dasar pembahasan tentang keberanian tersebut. Keberanian mencoba menulis saat ini juga, bukan keberanian layaknya para jawara ingin unggul dalam adu fisik.

Memang saya waktu kecil mengidolakan film-film silat, apabila sang jagoan menang dalam perkelahian, saya merasakan seolah-olah saya sebagai pelakunya. Hanya film-film saja yang menjadi kegemaran saya sejak kecil, bahkan sampai saat ini. Bahkan sudah saya mengikuti olah raga yang menitik beratkan tenaga fisik. Masuk latihan silat dan karate tetapi tidak sampai tuntas.

Dalam hati ada rasa kurang mengena, beralih ke latihan olah raga tenis meja, sempat menjuarai tingkat kecamatan. Ikut bertanding di luar kecamatan sambil mengantar kepala sekalah yang mutasi menjadi Pengawas TK/SD, saya kalah. Dalam perasaan hanya itulah kepuasan saya? Mulai saya beralih ke kegiatan membaca yang sudah lama ditinggalkan karena rasanya kurang bermanfaat secara finansial. Buku-buku yang sudah saya miliki dimasukkan ke dalam lemari, banyak yang rusak. (Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
BELAJAR DARI SEGELAS AIR

Oleh: Jajang Suhendi)

Hampir semua apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, dan apa yang baca member inspirasi kepada saya. Setelah saya menerima masukan dari seorang penulis profesional, yaitu Mas Gol A Gong-pemimpin taman baca Rumah Dunia. Walaupun hanya baru satu kali pertemuan rasanya banyak pelajaran tentang materi kepenulisanku.


Terima kasih saya ucapkan kepada salah seorang muridku sewaktu di SD, Atih Ardiansyah dengan nama pena Fatih Beeman ( manusia lebah). Dia menjadi murid kesayangan saya yang sejak kecil menurut kepada apa yang saya anjurkan. Sejak kecil dia sudah mampu menghapal teks pidato dua lembar polio atau lebih dalam waktu sehari semalam. Sangat jarang seusia dia yang kuat daya nalarnya.


Selain itu dia sudah memiliki keberanian untuk berbicara di depan orang banyak tanpa mengalami hambatan rasa malu atau rasa lemah lainnya. Sungguh dia sekarang telah lulus kuliah di UNPAD Bandung dan katanya dia mendapat penghargaan belajar di luar negeri. Saya menulis dan berani mengirimkan ke media massa karena motivasi dan semangatnya.


Saya bertanya tentang bagaimana cara menjadi penulis buku malah dia balik bertanya “ Apakah Bapak merasa telah membesarkan hidup saya dalam dunia ya tulis-menulis?.” Dan dia mengatakan bahwa dia bisa menjadi begitu karena modal dasar menulis dari saya. Dia masih ingat dan mengatakan kepada saya bahwa hidup menjadi kepala ayam lebih baik daripada menjadi ekor singa.(Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
BELAJAR DI BULAN RAMADHAN

Oleh: Jajang Suhendi

Memang semua bulan baik digunakan untuk belajar, tetapi dapat kita rasakan dampak dari masing-masing bulan tersebut. Keadaan bulan Ramadhan menurut pengalaman saya berlainan dengan bulan-bulan biasa dalam hubungannya dengan belajar. Menurut saya di bulan Ramadhan sangat besar hambatan apabila digunakan untuk belajar atau sekolah. Kehadiran para siswa pada bulan Ramadhan di sekolah saya dan sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya sangat lemah. Mungkin alasan mereka mengantuk setelah waktu malamnya tidak tidur sampai pukul 11 malam bahkan lebih. (Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
BACALAH BUKU DAPATKAN MAKNANYA

Oleh: Jajang Suhendi

Kita perhatikan orang-orang yang sangat rajin membaca setiap harinya. Berbeda dengan orang yang tidak suka membaca Setiap ucapan dan perilakunya akan jauh berbeda, bagi pembaca sewaktu berbicara lebih efektif tidak banyak waktu terbuang percuma. Apa yang dikatakannya mesti kata yang berisi apa yang telah dibacanya, banyak berbicara ada kemungkinan banyak materi ilmu yang dikatakannya.

Kita banyak bergaul dengan mereka akan ketularan makna akan buku-buku yang pernah dibacanya. Sama halnya dengan kita membaca akan banyak makna yang didapatkan, begitu juga mendengar dan diskusi dengan pembaca yang efektif itu akan banyaklah makna yang kita dapatkan. Beruntunglah orang yang banyak membaca dan bergaul dengan pembaca, sedikitnya kita akan menerima ilmunya.

Semakin banyak membaca buku sambil mengaktifkan diri dengan tanya jawab mengenai materi yang kita baca itu, maka ilmu kita akan semakin berambah dan kemampuan membaca kita akan semakin bertambah pula. Kegiatan tanya jawab mengenai materi bacaan bisa kita lakukan sendiri dengan menggunakan metode membaca efektif dan efisien. Akan kita kemukakan contoh membaca dengan cara yang lebih efektif sehingga mengasyikkan apabila sering dikembangkan setiap kali membaca artikel atau buku.

(Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
APA MAKSUD SEMUA INI?

oLEH: Jajang Suhensi)

Sejak kecil aku sudah memiliki bakat seni pewayangan. Teman-teman menonton pertunjukan wayang golek yang dibawakan aku bertempat di bagian dapur. Wayang terbuat dari kertas dan ditempatkan di atas batang pohon pisang. Aku memainkan wayang-wayang buatan aku sendiri. Teman-teman dengan asyiknya menonton pertunjukan, mereka bayar dengan uang hanya satu ringgit. Aku kira bakal jadi dalang. Ternyata aku jadi dalang buat anak-anak SD.


Aku termasuk cucu seorang kakek yang memiliki kekayaan paling banyak di desaku waktu itu. Ayahku tidak peduli dengan kekayaan ayahnya yang cukup banyak. Mungkin beliau punya keyakinan lain dari orang pada umumnya, sehingga tidak ada minat untuk mendapatkan kekayaan dari kakek. Aku waktu itu belum mengerti tentang pentingnya harta kekayaan. Aku masih usia SD. Dan ketika lulus SPG juga aku belum mengerti pentingnya harta kekayaan. Aku tidak tahu mengapa harta kekayaan kakekku sebagian besar jatuh kep tangan anak angkat kakek yang pintar itu. Ayahku kebagian sedikit tidak seimbang dengan anak angkat kakek tersebut.


Namun aku pergi berkelana ke Banten setelah lulus SPG. Sambil menunggu aku diterima jadi guru, aku menjadi tenaga honor di salah satu SD. Waktu itu ada salah seorang guru yang mengajar di SD tersebut. Sekarang dia menjadi pendamping hidupku. Apa yang selalu aku upayakan sebelum aku diterima menjadi seorang guru PNS? Menjadi tenaga honorer dari tingkat SD, SMP, Mts, SMA, dan Perguruan Tinggi sekalipun yang aku inginkan. Walaupun aku hanya lulusan SPG tidak mau dikatakan tidak mampu mengajar. Semangatku mengajar cukup tinggi. Aku memgajar sambil belajar. Terutama pelajaran Bahasa Inggris di MTs aku pegang dengan semangat yang tinggi.


Aku lulusan SPG PGRI bukan negeri, tetapi pada akhirnya aku diterima menjadi guru sekolah dasar negeri. Tidak ada bedanya aku dengan lulusan SPG Negeri. Namun penempatan tugas sebagai guru di SD yang berada di pedesaan tidak sebagaimana penempatan di kota besar. Banyak imbalan lain yang besar jumlahnya dan bisa melebihi besarnya imbalan gaji bulanan. Sebelum adanya kenyataan bahwa tugas mengajar di pedesaan cukup minim, maka aku bersemangat kuliah lagi walaupun aku sudah mempunyai anak tiga orang. Apa yang terjadi setelah aku menjadi sarjana? Dalam ukuran finansial aku belum banyak berubah malahan utang bertambah besar. Memang kuliah dan menjadi sarjana bukan menjadi andalan aku cerdas finasial dan banyak uang dari menjadi sarjana tersebut. Di pedesaan belum bisa menjamin bertambahnya sumber penghasilan yang memadai.
Baca Selengkapnya~~ >>
MANFATKAN FB DAN BLOG SECARA PRODUKTIF

Oleh: Jajang Suhendi

Penulis adalah pemerhati artikel internet tinggal di Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten berasal dari Ganeas Kecamatan Ganeas Sumedang

Aku belum lama memiliki fb dan setelah memilikinya aku mau memiliki kemampuan menggunakan secara produktif. Aku membaca sebuah artikel tentang cara memanfaatkan fb sebagai media berbagi dan media promosi blog aku. Walaupun aku membuat fb dan blog atas bantuan orang lain. Terpenting aku memilikinya dan tujuannya adalah untuk memanfaatkan secara produktif.

Aku mengisi fb dan blog sebagian besar dengan tulisan artikel. Aku menulis artikel di fb dan blog baru hanya dengan artikel belum ada variasinya dengan foto, gambar, video, dsb. Walaupun demikian terpenting aku menulis di fb dan blog untuk melatih kemampuan menulis dan menulis saja. Bukan untuk kepentingan finansial pertama aku menulis. Hanya untuk berlatih kemampuan menulis yang mengalir bebas tanpa kalah oleh kendala rasa malas, takut dan rasa negative lainnya.

Rencana selanjutnya aku menulis ingin dibarengi dengan bisnis online. Sebab bagiku sekarang mencari uang lewat media internet tidak ada yang menyalahkan. Bahkan suatu kemuliaan apabila untuk tujuan ibadah. Hidup ini adalah perjuangan termasuk perjuangan lewat tulisan. Fb dan blog aku ingin jadikan sebagai media yang menghasilkan uang dan pembelajaran hidup. Kata sebagian penulis di internet bahwa aplikasi fb bisa digunakan untuk mengais rizki daripada kita sekedar menuliskan status, memajangkan foto dan membalas komentar. Aku mau membuat fb dan blog sebagai sarana bersenang-senang sekaligus bisa mendapatkan uang atau penghasilan.

Aku dan Anda tentu mau menulis di fb dan blog bukan sekedar untuk bersenang-senang dan hiburan belaka, tetapi bisa menjadikan keduanya sebagai sumber penghasilan yang membuat kita hidup senang, bahagia dan banyak melakukan ibadah serta beramal saleh. Itulah sebabnya mari kita tingkatkan kemauan dan kemampuan menulis di fb dan blog sebagai sarana yang bisa membuat diri kita bahagia di dunia dan akhirat. Penghasilan yang banyak salah satu upaya perbaikan situasi dan kondisi diri sendiri dan orang lain.

Salah sekali banyak uang bukan untuk ibadah dan amal saleh. Dan salah sekali kita beranggapan banyak uang merupakan musibah sebagaimana sebagian pendapat yang sangat picik. Menganggap uang adalah suatu kesalahan. Padahal uang apabila digunakan untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain akan menyelamatkan pemiliknya. Itulah sebabnya aku mau memiliki kemampuan memanfaatkan fb dan blog untuk tujuan ibadah dan amal saleh.

Aku mau menjadikan kedua media tersebut yang mampu mendatangkan uang dan uang.
Aku memiliki kemampuan memanfaatkan fb dan blog baru sampai 10 persen dari kemampuan idealnya. Namun biar masih jauh dan usia sudah tua tetap fokus ke tujuan bagaimana fb dan blok aku bisa menghasilkan uang. Lebih baik aku lambat mencapai tujuan tersebut karena kebodohan dan kelemahanku tentang hal itu daripada aku tidak berbuat sama sekali. Insya Allah akan berhasil apabila Allah meridhoi atas upayaku (Menes, 10 November 2012).

Baca Selengkapnya~~ >>
AGAR LAPTOP LEBIH MENGHASILKAN

Oleh: Jajang Suhendi)

Jangan kita memandang laptop dari segi barang mewahnya, tetapi kita memandang laptop itu dari segi manfaatnya. Manfaat karena bisa digunakan menulis artikel atau buku. Dari tulisan sederhana sampai tulisan yang sangat tinggi nilai jualnya. Ada beberapa manfaat laptop apabila digunakan untuk menulis yang direncanakan dengan baik. Ada nilai fiansial dan nilai penghargaan terhadap kualitas diri kita sebagai penulis.

Dari tulisan bersifat pribadi sampai tulisan yang bisa bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Kita biasa membelikan anak-anak baju baru dan cukup mahal harganya, tetapi kita tidak banyak komentar dengan harga yang mahal. Sementara untuk membeli laptop banyak alasan tidak mampu. Memang benda itu mahal bagi orang yang tidak berantusias bahwa benda itu sangat banyak manfaat dari pada bahyanya.

Bagi kita harus ada upaya ke arah memiliki laptop itu, sebab apabila dibandingkan dengan buku dan pulpen untuk menulis karangan sangat jauh berbeda. Cara kerja laptop lebih praktis dan hemat tenaga dan biaya untuk langkah-langkah selanjutnya. Sebelum kita menggunakan laptop, kita tentu buku dan pulpen baguslah yang lebih praktis digunakan untuk menulis karangan atau apa saja dalam hubungannya dengan perihal tulis-menulis.

(Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
APAKAH MEMBACA BAGI GURU ITU PENTING?

Oleh: Jajang Suhendi

Apabila ada orang menganggap membaca bagi guru itu tidak penting harus kita perhatikan tingkat pendidikannya, pengalaman dalam hal membaca, egoisme yang kuat atau apa saja yang menjadi kecenderungannya dalam kehidupan orang tersebut. Seandainya orang tersebut tingkat pendidikannya tinggi sampai sarjana misalnya, berarti tingkat pengertian terhadap membaca sangat kurang sekali.


Untuk memahami akan materi membaca, kita harus memulainya dari niat bahwa membaca itu keharusan agar kita menjadi orang yang paham akan ilmu kemudian dalam pelaksanaannya tepat sasaran. Asalkan buku-buku yang kita bacanya adalah buku-buku tentang ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap atau karakteristik terpuji. Ada beberapa aspek yang kita kembangkan untuk menjadikan diri kita berkepribadian utuh. Dikembangkan lewat kegiatan membaca.


Sebagai manusia, mempunyai kelengkapan otak, hati dan anggota badan. Oleh karena itu kita kembangkan dengan membaca secara efektif dan efisien. Membaca efektif maksudnya, membaca yang menggunakan tenaga pikiran hemat tanpa banyak yang dikeluarkannya tetapi hasilnya banyak. Mengapa bisa banyak materi membaca yang kita dapatkan? Jawabnya mudah, karena menggunakan metode membaca yang tepat. Membaca efisisien maksudnya, membaca yang menghasilkan uang. Sebagai aplikasi dari membaca dengan berbicara atau menuliskannya.

(Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
AKU MERASA BEBAS DENGAN MENULIS

Jajang Suhendi

Apabila aku ingin menulis, tak ada cara yang lebih baik bagiku selain mengambil pena dan kertas, kemudian duduk dan menulis. Atau aku menyalakan komputer atau notebook, kemudian mengetik. Aku menuliskan saja apa yang ada di benakku. Tak perlu pedulikan tata bahasa atau EYD. Yang penting menulis membebaskan diri aku sendiri. Aku menghilangkan belenggu. Tak akan ada rasa marah, sedih, khawatir, dan kecewa yang tak aku tuliskan. Aku benar-benar ingin menciptakan dunia aku sendiri dan bermain-main bersama kata-kata, kalimat, paragraf, dan wacana lengkap. Rasanya bahagia menulis apa yang aku ingin tuliskan. Menulis rasanya sebagai upaya penyembuhan diri, jiwa dan ragaku. Memang yang aku rasakan setelah aku banyak menulis, badanku, pikiranku, dan perasaanku sehat.

Proses menulisku terkadang terasa mudah dan terkadang terasa sulit. Saat mudah dan sulitnya menulis tetap aku jalani, karena ada dampak positifnya bagiku, yaitu rasa senang dan rasa puas. Sulitnya aku menulis belum apa-apa aku menulis sudah ingin menulis sesuatu yang berbobot dengan isi dan bentuk tulisannya sesuai aturan penulisan, ingin membuat pembaca terharu, mengajak pembaca tertawa dan sebagainya. Akibatnya aku berpikir, lebih banyak berpikir daripada menuangkan gagasan melalui tulisan. Banyak ambisi yang hanya membebani diri sendiri. Padahal menulis adalah sebuah proses, ada awal ada akhir. Bagaimana akan berakhir kalau tidak mau mengawalinya. Terkadang aku merasa senang menulis walaupun terkadang ada kendala rasa segan, aku menyenangi suatu proses. Dalam hal ini proses menulis harus secepatnya dimulai tanpa harus banyak pertimbangan apapun.
Baca Selengkapnya~~ >>
AKU CURHAT KEPADA SIAPA?

Oleh: Jajangv Suhendi

Memang tidak salah aku dan Anda ketika mempunyai masalah yang rasanya belum ada penyelesaiannya curhat kepada orang-orang yang paling dekat. Termasuk kepada orang tua atau kepada istri dan anak-anak. Namun ada hal yang sangat mendasar tidak bisa diselesaikan hanya dengan upaya curhat kepada sesama manusia. Setiap orang mempunyai banyak masalah yang tentu penyelesaiannya membutuhkan pihak yang sangat ahli. Kemampuan manusia sangat terbatas, maka aku menemukan upaya curhat yang paling ideal adalah curhat diri aku kepada Allah.

Pada saat kepepet aku harus melunasi utang yang begitu besar, maka tanpa disangka-sangka ada penyelesaiannya yang tidak masuk akal rasanya. Namun walaupun sudah ada solusi begitu, ketika aku mendapat masalah suka gelisah kembali padahal pada waktu sebelumnya aku telah ada penyelesaiannya. Mungkin pasang surutnya keimanan diriku berlaku. Apabila keadaanku datar tanpa kesulitan dan rasa gelisah berarti aku bukan manusia. sangatlah wajar aku sering mengalami perasaan negatif pada suatu saat dan pada saat lainnya aku berperasaan positif.

Salat malam merupakan media aku dalam mendekatkan diri kepada Allah. Salat malam merupakan salah satu tempat bercurhat-curhatan kepada Allah. Mengadu, meminta pertolongan, mengharapkan sesuatu, minta bimbingan agar hidup dan kehidupanku berjalan lurus. Apabila aku mau menapaki jalan bengkok aku minta hatiku dimasuki perasaan tenang dan berpengharapan selamat di dunia dan akhiratnya. Walaupu di bibir tak bersuara, tetapi di dalam hati menjerit melengking minta pertolongan, bersuara di dalam hati bagaikan berteriak keras di dalam gedung beton yang tertutup yang suaranya tidak kedengaran keluar.

“Ya Allah, aku bertobat kepada Engkau. Bukan perintah-Mu yang aku laksanakan dengan baik, malah apa yang Engkau larang yang aku lakukan. Bukan kenikmatan lahiriah dan batiniah yang aku rasakan, malah aku sering mengeluh dan merasa kurang pada diriku. Bukan semangat berjuang, beribadah, dan beramal saleh yang aku miliki, malah kemalasan seperti orang yang tidak bertuhan saja.” Betapa banyak karunia Allah yang diberikan kepadaku, malah aku egois tanpa mau membaca Al-Qur’an padahal waktu sangat banyak untuk melakukannya (Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>
ADA YANG MEMILIKI

Oleh: Jajang Suhendi

Tingkatkan keyakinan kita sekarang bahwa hidup kita ada yang memilikinya. Berarti dalam segala urusan ada yang mempertanggungjawabkannya. Pada waktu kita menghadapi kesenangan atau kesengsaraan kita ada yang memilikinya, siapa? Yang memiliki diri kita adalah Allah, bukan diri kita sendiri. Tinggal menyerahkan segalanya kepada Allah saja. Musibah yang kita hadapi bukan kita yang harus mempertanggungjawabkannya. Apa yang baik dan apa yang buruk akibat yang kita hadapi, sumbernya ada yang dari kekurangan diri kita sendiri dan ada yang dari Allah. Musibah yang diakibatkan dari diri sendiri harus kita hadapi diawali dengan pertaubatan yang mendalam, dan musibah yang diakibatkan dari cobaan Allah harus kita hadapi dengan kesabaran yang jangan kepalang tanggung (Bersambung)
Baca Selengkapnya~~ >>

Jumat, 16 November 2012

DISKUSI TAK BERSUARA

Aku lakukan diskusi, aku hadirkan guru-guruku, orang tuaku, anak-anakku, teman-temanku, dan semua orang yang sudah diprediksi seide denganku. Kami lakukan diskusi tapi yang aku lakukan tanpa suara yang keluar. Tanpa fisik berkumpul kami lakukan. Tanpa suara dan tanpa kehadiran secara fisik, tetapi yang ada suara bergemuruh di dalam dada. Saling membela argumentasi dengan bukti dan berbagai alasan.


Aku mendapat kesimpulan di akhir diskusi bahwa hidup ini menjadi pilihan. Aku harus memilih yang benar dari yang salah tapi mengapa yang aku lakukan yang salahnya padahal bukan pilihanku. Aku tahu yang dipilih mesti yang benar tapi kecenderungan yang aku lakukan hal-hal yang mengarah keburukan.


Jalan kebenaran ada pedomannya, umat Islam ya Al-Qur'an, Hadits, dsb. Tapi mengapa aku dan sebagian orang melakukan yang tidak ada pedomannya? Sebaiknya menuju kebenaran itu lebih mudah karena ada pedoman atau petunjuknya. Namun sebaliknya sesuatu tanpa pedoman yang dilakukan. Di sinilah pentingnya pilihan kita harus mendapat keridhaan Allah. Aku menyadari bahwa aku jangan terlalu yakin atas pilihan aku selama belum menyandarkan diri dengan beristikharah. sesuai
Baca Selengkapnya~~ >>

MENULIS JADIKAN PEKERJAAN/MENGAPA ANDA PERLU MENULIS?/MENGISI PELUANG UNTUK MENULIS

MENULIS JADIKAN PEKERJAAN

(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang-asal Ganeas Sumedang)

Masih banyak orang beranggapan bahwa menulis itu belum bisa dijadikan sebagai pekerjaan. Pandangan seperti ini sebenarnya sebuah hal yang sangat keliru, hasil karya tulis yang baik bisa menjadi pekerjaan yang mumpuni bagi penulisnya. Kalau hasil tulisan itu baik dan dicetak dan nantinya disebarkan BERSAMBUNG

MENGAPA ANDA PERLU MENULIS?

Oleh: Jajang Suhendi

Sebenarnya banyak alasan mengapa kita perlu menulis tergantung pada niat, tujuan, situasi dan kondinya pada saat kita menulisnya. Bagi orang yang merasa penting menulis tidak aka nada yang bisa melarangnya. Daripada menurut kepada orang yang mencoba melarangnya lebih baik melanggarnya, karena di dalam dirinya ada sesuatu yang sangat berharga. BERSAMBUNG


MENGISI PELUANG UNTUK MENULIS

(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Banyak orang kurang menyenagi kegiatan menulis. Buktinya dari kalangan guru banyak yang kurang menyenangi kegiatan menulis. Padahal guru bagian dari kaum intelektual yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan tulis-menulis itu. Majalah bulanan tingkat kabupaten, propinsi, dan tingkat pusat dapat kita perhatikan. Penulis dari para gu
ru masih kurang yang mengisi media cetak tersebut. Para penulis dari kalangan guru sangatlah kurang. Hanya beberapa orang guru saja yang biasa dan mau menulis artikel. Dan buku-buku yang ditulis guru masih dapat dihitung dengan jari. Apalagi jumlah guru di setiap kecamatan, kabupaten, propinsi, dan pusat tidak seimbang dengan jumlah guru yang mau menulis. Mungkin satu berbanding seribu antara yang biasa dan bisa menulis dengan yang tidak biasa dan bisa menulis. sungguh sangat disayangkan kesempatan baik ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Guru termasuk salah satu kaum intelektual yang harus bercirikan gemar menulis. Jangankan pihak di luar kaum intelektual, pihak kaum intelektual juga kurang membiasakan diri mau menulis. Kegiatan menulis memerlukan sikap berani melakukannya. Berani melakukan kegiatan menulis walaupun kurang pengalaman, kurang biaya (uang), dan masih takut gagal daripada kita tidak mau mencobanya untuk menulis. Sikap berani untuk menulis harus segera kita miliki agar kita cepat mendapatkan kesuksesan di bidang tulis-menulis di masa mendatang di kala dunia tulis-menulis telah menduduki kewenangannya. Mau dan tidak mau bagi guru menulis merupakan suatu keharusan untuk dikuasai. Seorang yang berani menulis biasanya bersedia melakukan kebaikan apapun.

Menulis merupakan keharusan bagi para penuntut ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup. Menulis sangat penting bagi kecermelangan hidup kita, meskipun kita belum berpengalaman, belum memiliki pengalaman menulis, belum memiliki uang untuk biaya menulis, dan belum memiliki jaminan keuntungan dari kegiatan menulis itu. Sekarang tidak ada alasan lagi guru malas menulis. Usia sudah tua atau terlalu muda, kesibukan dengan tugas pokok, tidak bisa menulis, dan berbagai alasan lain bukan untuk selamanya dipertanhankan. Kita harus memulai sekarang juga meningkatkan kemampuan menulis. Di sekolah- sekolah ada pelajaran menulis tentu sangat menuntut kemampuan guru dalam membimbing para siswa tentang materi kepenulisan. Mungkinkah guru yang kurang bisa dan biasa menulis bisa pula membimbing para siswanya menulis? Kecuali ada nasib mujur saja yang memungkinkan siswa bisa menulis dari bimbingan guru yang tidak mampu menulis.

Seorang guru harus ada keberanian menulis saat ini juga. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berlatih menulis dari para guru. Menulis merupakan tugas kewajiban sehari-hari dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mencapai kesuksesan dalam kegiatan menulis, kita harus meningkatkan keberanian untuk menulis sekarang juga, bukan kemampuan tanpa keberanian menulis. Maksimalkan menulis sejak sekarang, baik dimulai dari yang sedikit terpenting keberanian untuk berkomitmen untuk menulis dan mencoba mengirimkannya ke media cetak. Bukan banyak bicara dan sedikit menulis tanpa komitmen setiap saat menulis. terpenting punya niat memulai pada saat ini. Hal ini tidak bisa ditunda-tunda sampai waktunya pensiun misalnya. Tiada hari tanpa peningkatan kemampuan menulis bagi para guru dalam hubungannya dengan tugas yang diembannya setiap waktu.
Yang sangat menentukan berhasilnya peningkatan kemampuan menulis adalah keberanian dan kemauan, bukan hanya kemampuan.

Dengan keberanian dan kemauan memulai belajar dan berlatih menulis, yang kelihatan tidak mungkin akan menjadi mungkin. Apabila kita disuruh memilih mana yang dipilih untuk didahulukan, keberanian atau kemampuan? Keberanian dulu, kemampuan untuk mengikuti dari belakang. Seperti saya menulis kemudian berambisi untuk mengirimkannya ke redaksi, ternyata artikel saya diterima. Padahal saya waktu itu belum memiliki kemampuan menulis. Sekedar saya membaca contoh-contoh beberapa artikel yang ada di blog. Ternyata saya mampu menulis sementara kemampuan menulis belum saya miliki. Saya mempunyai prinsip bahwa utamakan keberanian yang benar-benar perhitungan matang sambil saya menomorsatukan permohonan kepada Allah yang memilki kemampuan di atas pemilik kemampuan biasa. Allah memiliki kemampuan yang luar bisa.

Kita juga harus berani mengakui kekurangan kita dalam menulis. apabila tulisan kita tidak dimuat, kita harus berani menyadari mengapa tulisan kita tidak dimuat. Mungkin tulisan masih banyak kekurangan dalam bahsa maupun isinya. Berani untuk tidak dimuat tulisan kita di media cetak, tetapi di dalam hati kita harus ada keyakinan bahwa tulisan kita akan bermanfaat bagi kelangsungan hidup kita dalam upaya pemecahan masalah sehari-hari. Terpenting istiqamah dalam menulis yang selalu ada di dalam hati kita. Bisa saja tulisan kita ditolak sementara keyakinan bahwa tulisan kita bermanfaat saat kapanpun. Kita harus banyak berlatih lagi menulis sambil terus banyak belajar tentang teori kepenulisannya dari buku-buku atau internet. Sekarang banyak sumber literatur yang kita perlukan tinggal semangat diri kita sajalah yang harus kita tingkatkan dalam kegiatan belajar dan berlatih menulis.

Dalam berdakwah, Nabi Muhammad SAW begitu berani beliau tidak takut dikucilkan dan tidak gentar terhadap ancaman beliau diusir sempat hendak dibunuh dan diejek, tetapi itu semua tidak hendak beliau berhenti menyampaikan risalah Rabnya. Sikap yang pemberani menjadi salah satu ciri orang yang istiqomah dijalan Allah. Dengan demikian orang yang istiqomahlah akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena yakin dijalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah. Bagi kita yang lebih penting selalu melibatkan permohonan kepada Allah pada setiap urusanku. Termasuk urusan meningkatkan kemampuan menulis.

Biasa orang-orang yang ada di sekitar kita adalah orang-orang yang mempunyai kesadaran biasa-biasa saja dalam beraktivitas. Tidak mau melakukan sesuatu yang lebih unggul dari orang pada umumnya. Apabila kita beraktivitas di luar kebiasaan mereka, mereka mengkritik atau mengomel yang tidak mengenakkan pendengaranku. Untuk apa menulis, sudah tua seperti anak kecil masih belajar dan berlatih menulis. menulis bagaikan suatu pekerjaan anak kecil saja padahal menulis adalah pekerjaan mulia kita lakukan di dalam bidang pendidikan.
Baca Selengkapnya~~ >>

Jangan lelah dulu.. Kerja tak habis lagi.

www.koprol.com/s/1ixwy


coretan by rkb_zinnirah at 5:17 PM 0 pena
Penat..
Bila dunia seolah mati dalam keegoan dan kepentingan diri
ditambah dengan ragam manusia yang pelbagai
seolah menghenyak diri dan jiwa insan yang lemah seperti ini.

dunia dan akhirat..
keduanya perlu seimbang
akhirat itu matlamat dan arah tujunya..
tapi dunia itulah alatnya..

tanpa dunia, bagaimana akhirat mahu dijejak?
tanpa akhirat, kemana nanti hidupmu akan terbawa?

Lesu....
kudrat yang ada masih mampu untuk dikerah
selagi tangan, kaki, akal, nafas dan semua nikmatNYA masih dapat digunakan
selagi itu pengorbanan dan perjuangan perlu diteruskan

hanya satu yang manjadi kebimbangan
bila sabar mula memberontak dengan ragam manusia
bila jiwa mengadu akan penatnya melayan ego dunia
bila hati menuntut agar manusia dan dunia memahami situasi
bila masa asyik mencemuh mencemburui kita
Ohhhh... sesaknya dada bila itu terjadi.

Tapi, itulah pengorbanan kan?
yang menuntut kesabaran sepenuh jiwa dan raga

Untuk mendapatkan kecintaan Allah yang Super High Class, haruslah meletakkan kesabaran yang Super High Class juga.

Jangan runsing duhai, hati...

Alihkan sikit paradigma dan sudut pandang kita terhadap sesuatu perkara..
Ubah sudut yang negatif menjadi lebih positif..

Daripada kita pandang air dalam cawan tu sebagai separuh kosong, kenapa tak pandang sebagai cawan yang separuh penuh?

Daripada kita pandang daun yang gugur sebagai daun yang tidak berguna dan hanya menampakkan laman rumah bersepah, kenapa tak pandang daun tu sebagai baja yang akan menyuburkan pohon-pohon lain dan memberi kelainan pada suasana rumah kita?

Kenapa kita asyik memikirkan kesan yang buruk, sedangkan kesan yang baik itu lebih banyak?


pssttt.. MASA pun nak fastabiqul khairat jugak. Nak berlumba-lumba dengan kita untuk buat kebaikan. Kita harus menang, kawan! Jangan biar Masa mengatasi kita. Yosh!

Oh! Semangat!
Senyum!


Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook
Tuesday, October 30, 2012
coretan by rkb_zinnirah at 11:40 PM 1 pena


Tarbiyah tu perlukan pengorbanan..

Kalau tak berkorban, jangan mimpi nak dapat sesuatu yang melebihi jangkaan kita.

Ada satu ketikanya nanti, keadaan memaksa kita melepas pergi perkara yang kita sayang.

Ada ketikanya, keadaan tu tiba dalam keadaan spontan, tanpa perlu berfikir panjang.

Di situlah Allah nak tegur kita, apa benar kita memahami erti perjuangan yang sibuk-sibuk kita canangkan sebelum ni?

Di situlah Allah nak tegur kita, supaya cepat-cepat korbankan sesuatu untuk islam. Allah tak nak kita terlambat dalam mengejar kebaikan.

Di situlah Allah nak tegur, jangan terlalu leka pada sesuatu yang kita sayang hingga lupa nak berbakti pada islam.

Allah memang penyayang kan? Sepantas kilat peringatan tu datang. Belum pun sempat kita nak tergelincir, bantuan Allah dah sampai.

Persoalannya: macam mana caranya kita menerima bantuan yang Allah beri? eerr... ke kita tolak mentah-mentah? Naudzhubillah.

InsyaAllah, perih itu sementara. Kelak manis itu yang kekal.
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook
malu tak malu.
Thursday, October 25, 2012
coretan by rkb_zinnirah at 10:24 AM 0 pena


Haarithun ala waqtihi (Menjaga Waktu)

Munazzamun fi syu'unihi (Tersusun dalam urusan)


Okay, blame me please for this failure.


Masa itu kan milik Allah.

Apa hak kita nak lokek masa dengan Allah?


Tak pelik ke, orang lain bagi pinjam pen.
Tapi bila orang tu nak guna kejap pen dia, kita tak bagi?
Ish!


Kalau saya jadi orang yang bagi pinjam pen tu, tentu dah emo (ok, blame me for my impatient).
Tak pasal-pasal pen tu kena rampas. :P (ok, i'm not that bad)

Nasib baik Allah tak macam tu kan?
Kalau tak, apa agaknya jadi pada kita ye?
Naudzhubillah..

Bersyukurlah dengan kasih sayang Allah
Hargai apa yang Allah beri.
Once Allah tarik semua yang Allah beri, kitalah orang yang paling rugi.






p/s: nota keras untuk diri sendiri dan nota lembut untuk orang lain. ;)
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook
*hug*
Friday, October 19, 2012
coretan by rkb_zinnirah at 10:14 PM 0 pena
Tiada daya dan kekuatan melainkan dari Allah.

Mengapa perlu bersedih, jika kegembiraan itu mampu kita miliki.

Mengapa perlu lemah jika kita sebenarnya kuat.

Mengapa perlu membiarkan diri kita jatuh terduduk, jika kita mampu berdiri bangkit melawan sakit.

Mengapa perlu kita mengalah, jika kita yakin kemenangan itu milik Allah.


Duhai hati yang tenang,

Bertabahlah dalam mencari redha Allah.

Bukankah kesukaran itu yang menjadikan syurga itu tinggi nilainya?


Bersabarlah! Tika duka hadir menjengah.

Hadirnya cuma sementara.

Perginya nanti ibarat angin lalu.

Tiada kesan mahupun bekas.

Cuma terkesan tatkala ia lalu.


Ya, kekuatan itu hadir, jika keyakinan pada Allah itu ada.

Yakini janji Allah!

InsyaAllah, things will get better.
Baca Selengkapnya~~ >>

"Ciyus Miapah" Takkan Menggusur Bahasa *)

ranting-basah.blogspot.com/

”Ciyus... miapah! Ha-ha-ha…,” siswi-siswi SMA PGRI 1 Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, tertawa-tawa saat ditanya mengenai bahasa yang sedang populer di kalangan anak-anak seusia mereka.

Selepas pelajaran olahraga, Risna, Upi, dan kawan-kawan duduk-duduk santai sambil menyantap jajanan di warung dekat sekolah. Bahasa semacam itu mereka serap dari iklan di televisi, jejaring sosial, juga sinetron yang populer di kalangan remaja.

”Setiap periode selalu melahirkan ragam bahasa seperti itu. Bahasa semacam itu sudah populer sejak tahun 1970-1980-an yang biasa disebut bahasa prokem,” kata dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Bandung, Nana Suryana.

Kala itu, beredar istilah unik, seperti bokap (ayah), nyokap (ibu), dan doku (uang). Konon orang-orang yang biasa hidup di jalanan sering memakai bahasa prokem, kemudian diadopsi oleh kalangan intelektual, termasuk pelajar dan mahasiswa. ”Dasarnya kalau tidak salah sih (dari) bahasa Betawi,” tutur Nana.

Menurut dia, bahasa gaul yang kini digunakan anak muda, seperti ciyus miapah, merupakan bahasa yang kreatif.

Lebih ekspresif

gambar dari sini
Menurut Fatih Zam, penulis yang alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Padjadjaran, tak masalah masyarakat menggunakan bahasa semacam itu untuk pergaulan sehari-hari. Dengan istilah-istilah itu, masyarakat menjadi lebih ekspresif. Selama ini, ia belum melihat dampak negatif dari penggunaan bahasa itu. ”Saya belum melihat gara-gara ciyus miapah kemudian berantem. Saya kira ini semacam bumbu untuk pertemanan,” tambah penulis novel Khadijah Mahadaya Cinta itu.

Menurut dia, bahasa digunakan sesuai kesepakatan dan bahasa bersifat menjembatani, bukan mempersulit.

”Bahasa adalah produk budaya. Jika ingin melihat kondisi suatu zaman, lihatlah produk budayanya. Kita bisa melihat salah satu dampak dari fenomena ini,” kata Fatih. Ia mencontohkan, sebuah jasa penyedia telekomunikasi (provider) menggunakan istilah itu pada iklan karena melihat budaya yang sedang berlangsung di masyarakat. ”Bahasa dan produk budaya merupakan sesuatu yang saling memberi timbal balik. Bahasa bisa melahirkan budaya, budaya bisa memunculkan bahasa,” imbuhnya.

Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri Jatinangor, Tuti Surtini, beranggapan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus tetap dipertahankan sesuai situasi si pemakai bahasa. Tuti mengaku pernah menggunakan istilah semacam itu di kelas saat situasi tidak begitu formal.

”Untuk mencairkan suasana saja, lah,” tambahnya seraya tersenyum.

Nana Suryana kembali menambahkan, bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah diajarkan di lingkungan instansi pendidikan formal. Ia berharap masyarakat sudah mengerti bagaimana memosisikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di tempat yang tepat. Jika sedang pergi ke mal, ia menggunakan bahasa nonformal. Tidak manusiawi jika sedang di mal dan bertemu dengan mahasiswa, ia menyapa, ”Hai mahasiswaku, sedang apakah?”

Nana mengimbau untuk tak perlu risau dengan keberadaan istilah-istilah yang terus berkembang ini. Penggunaan bahasa alay tidak akan menggerus kelestarian sumpah pemuda. Justru yang mengancam penggunaan bahasa yang satu, bahasa Indonesia, adalah bahasa asing yang semakin merasuk ke dalam ranah komunikasi rakyat Indonesia. Masyarakat seperti salah kaprah, menganggap bahwa bahasa asing itu keren, sementara bahasa Indonesia kuno.

Bahasa pemersatu kita tetap bahasa Indonesia. Bahasa alay ataupun prokem hanyalah bersifat temporer dan akan terus berganti. Fatih menyatakan, keragaman bahasa seharusnya disyukuri. ”Ngindung ka waktu ngabapa ka zaman.” Begitulah istilah Sunda yang menurut dia tepat untuk menanggapi hal itu. ”Artinya, harus menyesuaikan dengan waktu dan zaman,” tuturnya.


(EVY APRILIA RAMADANINGTYAS Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat)

*) muat di suplemen Kampus, HU Kompas rubrik Mudarers, Selasa 13 November 2012, di sini
0 komentar
Label: Art-Culture
Kamis, November 08, 2012
Binatang Punya Gaya
2 comments

gambar dari sini

Bayangin kalo binatang punya media social semacam Facebook dan sejenisnya. Kira-kira, mereka bakal update status kayak apaan ya?
Yuk intip :p
Anjing Pudel: "Nunggu dijemput majikan, mo ke salon neeh..."

Kecoa: "Baru aja selamet dari injekan maut..."

Sapi: "Huh, sebel .Susuku diraba-raba lagi sama majikanku, dikira gua jablay apa. Damn!!"

Kucing: "Anak gue yang ke-7 barusan nanya siapa bapaknya. Gue bingung mau jawab apa,
gue sendiri lupa bapaknya siapa..."

Nyamuk: "Gue positif HIV AIDS, gara-gara salah isep. Hiks!"

Ayam: "Teman-teman, kalo besok gue gak update, berarti gue di KFC, luv u all.."

CumiCumi: "Abis isi ulang tinta neeh..."

Babi : "Gue difitnah nyebarin flu, sialan.."

Kutu: "Salah masuk rambut nih, kok bau pesing!!

Kambing: "Jangan ke luar rumah friends, bentar lg idul adha..!!"
Babi (comments) status Kambing: "Untung gue harammm"

Kambing bales komen:
"Abis idul adha kan imlek bro, lo lupa?!!"
=))...=))...αKαKαKα..."

Monyet: "Terus gue harus bilang woow gitu liat status lo semua!!!"

2 komentar
Label: gelak
Pindang Ibu Tumpah ke Tanah
0 comments

Tuhan, aku ingin bercerita kepada-Mu. Sebab tak ada yang lebih peka dan merasa, selain diri-Mu. Ah, mungkin aku terlalu sentimentil, sehingga aku seolah lupa bahwa Engkau Mahatahu. Engkau sudah mengetahui apa-apa yang ada dalam diriku. Bahkan sesuatu yang belum sempat kuucapkan. Biarlah Tuhan. Biar aku bercerita kepada-Mu setelah tak satu pun orang di muka bumi ini kupercayakan mendengar hatiku yang gemeretak.

gambar dari sini
Pertama-tama, aku ingin bercerita tentang seorang lelaki, Tuhan. Seorang lelaki yang telah membersamaiku sepanjang 23 tahun. Seorang lelaki yang menemani hari-hariku. Seorang lelaki yang berbagi sepotong tikar pandan di kala tidur. Seorang lelaki yang bertukar air mata di kala kami menangis. Dia adikku, Tuhan. Adik yang kusayangi di dalam diamku. Adik yang betapapun sayang aku kepadanya, tak sekalipun kata itu didengar langsung olehnya.

Betapapun kepergiannya sudah Engkau takdirkan semacam itu. Duhai Tuhan, hatiku justru redam dengan kesedihan yang menaungi sepasang lelaki dan perempuan yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan adikku itu. Orang tuaku.

Sepanjang napasku, baru kali inilah kusaksikan sendiri ayahku menangis. Air matanya bahkan tumpah di dadaku. Tangannya yang tak lagi kekar makin layu. Wajahnya yang tirus makin tak menampakkan ekspresi. Sepanjang hari ia bermuram durja. Kala berjalan, lututnya serasa dilolosi. Sejauh mata memandang, ia hanya sanggup melihat wajah dan sosok anak bungsunya yang telah Engkau panggil.

Lalu ibuku. Perempuan embun itu pun menangis di dadaku. Air matanya laksana tetes yang membelah batu. Dadaku rengkah. Sedayanya kutahan agar tanggul air mata tak jebol. Ingin kukuatkan diri, semata agar menular kepada ibuku. Tapi aku terlampau lemah Tuhan. Hingga ibu yang simpuh di dadaku, kusiram dengan air mata duka dan penyesalan.

“Baru 2 jam Arif bersama ibu. Kami menikmati santap pagi. Arif bahkan memuji pindang buatan ibu. Anak bungsu ibu, sehat dan besar badannya, tidak lama setelah sarapan telah pulang menemui ibu dengan cara seperti itu. Jasadnya diusung banyak orang.”

Pindang buatan ibu pun tumpah ke tanah.

Menyimak cerita ibu di sela isaknya, aku hanya sanggup mengeratkan tangan yang tengah merengkuh tubuh ringkihnya. Sambil membayangkan peristiwa semacam apa yang mengawali adikku meregang nyawa.
Sungguh sebuah perpisahan yang tidak diharapkan ibu. Perpisahan yang begitu mengguncangkan. Pagi hari sarapan bersama, siang hari pulang dalam keadaan sudah tak bernyawa.

Aku ingin sekali berteriak bahwa Engkau sudah tak adil kepada kami. Aku ingin sekali berteriak lantang, “Mengapa kami Kau uji semacam ini, Tuhan?”

Tapi kemurahan-Mu telah mengantarkan makna kepadaku. Bahwa ketika ingin kuteriakkan kalimat lancang semacam itu, Engkau telah mendahuluiku. Engkau seumpama berkata, “Mengapa bukan kau yang Aku uji seperti ini? Mengapa bukan keluargamu yang Ku-uji sedemikian?”

Tuhan, maafkan kelancanganku. Maaf atas ketaktahu-dirianku. Maaf atas segala nikmat-Mu yang sejenak terlupa dengan ujian-Mu yang sebenarnya lebih kecil dan sedikit ketimbang nikmat-nikmat yang telah Engkau berikan.

Maka Tuhan, tak putus doaku kepada-Mu. Agar Engkau mengganti kepergian adikku itu dengan iman dan takwa yang semakin kuat. Agar engkau menanamkan ikhlas ke hati-hati kami. Agar Engkau memberikan kesadaran kepada kami, bahwa takdirmu tak bisa kami lawan, dan bahwa hanya kepada-Mu kami menggantungkan segala harapan.

Tuhan, terimalah adikku di sisi-Mu. Maafkan segala khilafnya. Terimalah kebaikan-kebaikannya sebagai cenderamata dalam menghadap-Mu. Tuhan, tabahkan hati ibu dan ayahku. Ikhlaskan mereka. Dan jadikan aku pelipur lara bagi mereka.

Duhai Tuhan, terima kasih telah mendengar ceritaku ini.

Al Furqon, dini hari
0 komentar
Label: soulmind
Rabu, November 07, 2012
Ijab Qabul
4 comments

“Saya terima nikahnya “si dia” binti “ayahnya” dengan mas kawin….”

Singkat, padat, jelas. Tapi di balik itu, ada tanggung jawab yang maha-besar.

“Maka aku tanggung dosa-dosanya “si dia” dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yang telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan shalat. Semua yang berhubungan degan “si dia”, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku.”

Jika aku GAGAL?

gambar dari sini
“Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar, dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku.” (HR. Muslim)

Astaghfirallah. Benar adanya bahwa ijab-qabul adalah perjanjian yang maha-berat (mitsaqan ghaliza)—bahkan bisa mengguncang Arsy.

Duhai Allah, mampukan kami menjadi suami yang baik. Ikhlaskan hati kami untuk menjadi istri yang shalihah….
4 komentar
Label: tausyiah
Filosofi Hidup Dilihat dari "Cara Makan Tahu" *)
0 comments
Menurut orang Sumedang, ternyata jenis kepribadian orang bisa dinilai dari caranya 'makan tahu'. Ini dia contoh-contohnya:
gambar dari sini

KONSERVATIF : gigit tahu dulu, baru gigit cabe.
PROGRESIF : gigit cabe dulu, baru gigit tahu.
SPEKULATIF : begitu nemu cabe langsung main gigit dengan harapan di dekat sana akan ada tahu
IMAJINATIF : belum gigit cabe sudah kepedesan.
OPTIMIS : yakin tahu akan segera muncul, sambil nunggu, ngemil cabe dulu
PERMISIF : tahunya dicomot orang, diem aja.
MASOKIS : gigit cabe 10 biji gak pake tahu.
OBSESIF-KOMPULSIF : sebelum makan dihitung dulu biar yakin jumlah tahunya sama dengan jumlah cabenya.
MANIPULATIF : nyepik tukang tahu biar dapet gratisan
DRAMATIS : abis makan tahu pake cabe nangis kepedesan, terus ngesot sambil meratap ke dispenser air.
EKSIBISIONIS : sebelum makan bilang ke orang sebelah, “Lihat deh, gue mau makan tahu pake cabe”.
KAPITALIS : tahunya dimakan, cabenya ditanam supaya nanti kalau tumbuh bisa dijual.
FANATIK : kalau ketemu orang yang cara makan tahunya beda, marah.
KRITIS : nanya, “kenapa sih kita harus makan tahu pake cabe?”
MELANKOLIS : udah gigit cabe, eh pas mau gigit tahu kesenggol orang. Tahunya jatuh. Nangis.
KUPER : gak berani makan tahu karena abis nerima BM tentang “Bahayanya Makan Tahu Pake Cabe”.

*) Oleh Nuval Kun Maliki, diambil dari sini
0 komentar
Label: gelak
Permintaan Maaf Majapahit *)
1 comments
Ini berita mencengangkan dan spektakuler. Bila tak ada aral melintang, di komplek situs Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada 11-12 November 2012, akan ada ritus ucapan permohonan maaf trah (keturunan) Majapahit pada Kerajaan Sunda atas tragedi Bubat pada 1267. Permohonan maaf akan diucapkan pada keturunan Pajajaran. Wakil dari trah Pajajaran yang menerima undangan resmi adalah Ir. Raden Roza Rahmadjasa Mintaredja IAI Sri Paduka Wangsa Nata Kusumah dari Lembaga Adat Keraton Padjadjaran.


ilustrasi Perang Bubat pada cover novel Gajah Mada LKH, dari sini
Di kalangan warga Sunda yang terlanjur tahu rencana ini, tentu mendatangkan komentar beragam. Ada yang berpendapat, bila benar pihak Majapahit akan mengajukan permohonan maaf atas tragedi di Bubat sekitar 1357 Masehi, mengapa disampaikan kepada “trah Pajajaran” dan bukannya kepada “trah Kerajaan Galuh”. Bukankah dulu peristiwa Bubat berlangsung tatkala penguasa Sunda adalah Prabu Linggabuana yang notabene penguasa Kerajaan Galuh? Bukankah peristiwa di Bubat itu merupakan pertikaian Majapahit dan Galuh? Dikatakan oleh mereka bahwa tatkala perang Bubat berlangsung, Pajajaran belum ada, sebab baru didirikan pada 1482 Masehi.

Namun, ada juga yang memaklumi, mengapa permohonan maaf oleh pihak trah Majapahit atas tragedi Bubat akan dilakukan pada trah Pajajaran. Berdasarkan catatan sejarah yang diakui, selepas Prabu Jayadewata dinobatkan sebagai raja (dan kemudian berjuluk Sri Baduka Maharaja) pada 1482 Masehi, telah terjadi fusi dari dua kerajaan besar di tanah Sunda. Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dipersatukan/dilebur, maka terbentuklah Kerajaan Pajajaran.

Sebetulnya ritus di Trowulan bukan itu saja. Mungkin upacara puncak di sana adalah peringatan Hari Kelahiran Kerajaan Majapahit yang ke-719 dan HUT ke-4 The Sukarno Centre Tampaksiring, dilaksanakan pada 11-12 November 2012 di wilayah Jawa Timur. Dalam kegiatan itu akan ada ritual permohonan maaf dari trah Majapahit kepada trah Pajajaran atas tragedi Bubat dan mereka menyebutnya sebagai upacara “Ritual Guru Piduka Persatuan Trah Majapahit dan Trah Pajajaran”. Bertempat di Situs Keraton Majapahit, Trowulan, Mojokerto. Upacara ini bisa disebut berskala besar sebab akan dihadiri oleh kelompok-kelompok penting. Selain seluruh raja dan sultan di nusantara diundang, juga akan hadir pejabat dari jajaran Pemerintah Pusat.

Akan berujung pada nuansa politikkah kelak, mengingat 2014 sudah dekat? Tidak jelas benar. Namun, yang patut disimak, bahwa tahun-tahun belakangan ini, memang ada upaya mempersatukan dan mempererat tali silaturahmi di antara sesama keraton nusantara. Sudah beberapa kali berlangsung, pertemuan di antara raja-raja dan sultan nusantara, bahkan kalau sekadar festival budaya keraton nusantara, sudah beberapa kali diselenggarakan.

Para raja/sultan sudah sepakat, harus ada persatuan dan persaudaraan yang lekat di sesame raja/sultan di nusantara termasuk para rahnya. Persaudaraan dan persatuan antaa trah Majapahit dan Sunda (diwakili oleh trah Pajajaran) merupakan catatan khusus yang harus lekas dilakukan.

Mungkin “upacara permohonan maaf atas tragedi Bubat”, mengingat peristiwa lama ini sepertinya masih tetap jadi “ganjalan” bagi mereka yang fanatik dan selalu menyimak kisah-kisah Bubat di naskah Kidung Sunda misalnya, akan tetap merasakan kepiluannya dan ini dirasakan akan “mengganggu” usaha-usaha persatuan bangsa, termasuk persatuan sesama keraton nusantara.

Tentu, orang Sunda yang fanatik selalu menyimak kisah dalam naskah Kidung Sundayana akan selalu bersedih dan memendam dendam. Betapa tidak, dalam versi naskah ini, disebutkan Gajam Mada yang serakah dan ambisius telah meluluhlantakkan kehormatan orang Sunda. Karena putri Dyah Pitaloka harus dijadikan upeti dan tidak untuk menjadi permaisuri, maka timbul pertempuran yang tidak seimbang di Lapangan Bubat. Prabu Linggabuana Raja Kerajaan Galuh gugur dan putrinya bunuh diri. Sekurang-kurangnya begitu kata naskah Kidung Sundayana. Bila orang Sunda fanatik membacanya, tak pelak kebencian timbul terhadap Jawa. Ratusan tahun lamanya tatar Sunda tak kerasan dengan nama-nama Gajah Mada, Majapahit, atau Hayam Wuruk.

Demi persatuan NKRI itulah mungkin akan dilangsungkan upacara permohonan maaf. Bila peristiwa ini jadi berlangsung, kemungkinan yang melakukan upacara “Ritual Guru Piduka” adalah Raja Muda Kerajaan Majapahit Sri I Gusti Ngurah Arya Wedakrama MWS III terhadap Raden Roza Rahmadjasa Mintaredja IAI Sri Paduka Wangsa Nata Kusumah sebagai wakil dari trah Pajajaran.

Semua semata-mata hanya untuk keutuhan NKRI dan tak ada agenda politik. Namun, bila seluruh trah keraton nusantara bersatu, tidak mustahil akan menjadi kekuatan politik yang andal. Bukankah sudah dibuktikan bahwa hanya di kalangan pencinta keraton saja masyarakat memiliki fanatisme tanpa syarat?

Ayo, semua calon penguasa negeri ini, berlomba-lombalah mendekati para raja nusantara, hehehe.


*) Oleh Aan Merdeka Permana, novelis dan pengamat sejarah
* Sumber: HU Pikiran Rakyat, edisi Selasa 6 November 2012, hal. 26
1 komentar
Label: Art-Culture
Baca Selengkapnya~~ >>

MARI MENULIS DENGAN JUJUR

ngerumpi.com/.../mari_menulis_dengan_jujur_20120701183914.ht.


Mengapa saya menulis? karena menulis bisa mengasah otak untuk selalu bekerja dan berfikir hal-hal positif dan melalui tulisan orang akan lebih mudah/ jelas mengerti apa yang ingin disampaikan, dan dengan menulis pesan yang bisa dibaca orang kapan saja/diingat. Mba Lady

Suatu hal bernama tulisan, selalu mampu membuatmu jujur. Setidaknya pada dirimu sendiri. Mas Aih

Mengapa menulis? karena menulis membuat kita meninggalkan sesuatu di dunia ini. Mungkin tidak berharga, tapi ini sebuah karya. Mba Yessy

Ungkapkan karena setiap kepak punya keindahan tersendiri. Mbah Camar

Dengan menulis, kita bisa meluapkan perasaan tanpa seorang pun yg bisa mengeluh untuk mendengar. Karena sejatinya, "kertas dan pena" punya mata dan telinga. Kak Andrie

Ketika engkau sedih, senang, sendiri, dan tidak ada orang disekelilingmu untuk berbagi, maka menulislah. Tumpahkanlah semua aksara yang dipunya dalam sebuah kertas putih yang tidak akan pernah habis untuk ditulis. Indah

Di atas adalah salah satu alasan mengapa saya dan teman-teman saya menulis. Menulis itu asyik dan menyenangkan. Untuk saya sendiri, selain alasan di atas, alasan saya suka menulis karena dengan menulislah saya dapat mengekspresikan perasaan saya. Apa yang saya lihat, saya baca, saya dengar, dan saya rasakan, semuanya dapat saya tumpahkan dalam sebuah tulisan. Terlepas dari ada atau tidak yang membaca, setidaknya ada sebuah karya yang saya tinggalkan sebagai kenangan.

Selain itu saya menulis karena dengan tulisan saya bisa berbagi. Bukan harta dan benda yang ingin saya bagikan, tapi dalam artian, dalam bentuk pengalaman hidup yang saya temui di sepanjang hari-hari saya. Yang terkadang pertemuan-pertemuan indah itu mengajarkan sebuah kisah hidup untuk bisa dibagikan dengan sesama.

Menulis itu susah-susah gampang. Mengapa saya bilang begitu? karena memang begitulah kenyataannya. Yang paling susah adalah mencari ilham dalam menyusun kata per kata sehingga menjadi satu kesatuan yang padu sehingga pesan yang ingin kita sampaikan bisa diterima oleh pembaca. Jujur saya sendiri ketika menulis membutuhkan waktu yang lumayan lama dan panjang untuk bisa mempublish satu tulisan. Dan ketika telah selesai, saya baca kembali tulisan itu apakah sudah layak atau belum untuk diterbitkan. Belum selesai sampai disitu, ketika semuanya telah fix, saya kembali dibuat bingung untuk menentukan judul dari tulisan itu. Hadeuhh, terlihat banget yak kalau saya penulis amatiran :D.

Mengapa saya menulis artikel ini?

Karena menyambung tulisannya mba lady yang ini, perihal copy paste. Masalah copy paste termasuk sebagai salah satu pembajakan hasil karya seseorang. Karena disitu kita mengopi hasil karya seseorang dan mencantumkannya ke karya kita. Bagi saya copy paste itu boleh-boleh saja, asalkan mencantumkan sumber penulis asli atau mendapatkan izin dari penulis asli, sehingga penulis merasa karyanya dihargai.

Saya juga pernah mengcopas tulisan temen-temen saya , ada yang saya tulis penulisnya, ada juga yang tidak. Untuk yang tidak, sebelum saya copas, saya minta izin dulu kepada penulisnya dan biasanya saya tulis di paragrap awal kalau tulisan itu saya copas. Mengingat kesusahan yang saya alami ketika saya menulis, jadi saya tahu bagaimana rasanya ketika tulisan di copy paste semena-mena oleh orang lain.

Menulis itu asyik. Mari menulis. Tapi menulis dengan jujur dan dengan prinsip saling menghargai hasil karya orang lain :). Mari menulis, mari berbagi, mari mengisi. *Mencari ilham. Sing :Ilham,come, come, come :))
Baca Selengkapnya~~ >>

MARI MENULIS ARTIKEL

pelitaku.sabda.org/mari_menulis_artikel

Penulis : Hardhono

Ada sedikit kesalahpahaman dalam mengartikan istilah artikel. Banyak orang menganggap bahwa artikel ialah semua tulisan yang terdapat di media cetak, tanpa mempedulikan bentuknya. Hal ini juga yang dipercaya oleh sebagian masyarakat Amerika dan Eropa pada tahun 1950-an. Namun, setelah profesi tulis-menulis mengalami perkembangan, mulailah dibedakan antara tulisan yang berisi laporan peristiwa (berita), tulisan berisi pendapat pribadi (opini), tulisan yang bersifat human interest (karangan khas), dan tulisan yang berisi pendirian subjektif terhadap suatu masalah (artikel).

Selanjutnya pada tahun tahun 1980 para jurnalis Amerika sepakat untuk memakai istilah artikel bagi tulisan yang berisi pendapat, sikap, atau pendirian subjektif mengenai masalah yang sedang dibahas disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung pendapatnya.

Definisi artikel inilah yang harus dipahami sebelum seseorang memutuskan untuk menulis artikel dan mengirimkannya ke media cetak. Jangan sampai seorang penulis mengatakan bahwa ia telah menulis sebuah artikel tetapi tetapi faktanya yang ia tulis ialah feature.

Langkah Awal
Sebelum melangkah lebih jauh dan mulai asyik menulis artikel ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar proses pembuatan artikel tidak terganggu di tengah jalan:

Kemana akan dikirim?

Sebelum mulai menulis tentukan dulu ke media mana artikel tersebut nantinya akan dikirim. Selanjutnya buatlah artikel berdasarkan segmen pembaca media yang bersangkutan. Sebuah artikel mengenai Natal yang ditujukan untuk surat kabar umum tentu saja memiliki pemaparan yang berbeda dengan artikel yang ditujukan untuk majalah Kristen.
Mempersiapkan Bahan

Persiapkan bahan-bahan pendukung yang dirasa perlu seperti kamus, buku penunjang, kliping, dan bahan-bahan lain yang menyediakan informasi yang kita perlukan.
Situasi yang Mendukung

Pilihlah tempat yang bisa membuat Anda menuangkan ide dengan lancar tanpa ada gangguan. Agar lebih nyaman siapkan juga air minum, dan makanan ringan secukupnya. Hal ini untuk membantu agar Anda tidak bolak-balik berhenti menulis sebentar, mengambil minuman, lanjutkan menulis, berhenti menulis lagi, mengambil makanan, dst yang tentu saja akan menguras tenaga.

Memulai Menulis
Ada banyak cara yang bisa orang kembangkan untuk mulai menulis artikel. Beberapa orang bisa langsung mengerjakannya tanpa terlebih dahulu membuat sketsa karangan atau poin. Mereka cukup memiliki ide dan mengembangkan urutan penyampaian di pikiran setelah itu menuangkannya ke dalam bentuk tulisa. Namun, ada juga yang memulainya dengan membuat sketsa artikel terlebih dahulu sebagai panduan menulis.

Bagi Anda yang belum terbiasa menulis, cara-cara sederhana dibawah ini dapat Anda pakai sebagai panduan dalam mengembangkan pemikiran Anda mengenai satu masalah menjadi suatu artikel.

Langkah pertama ialah "Menentukan Tema dan Judul" yang tentunya sesuai dengan ide yang Anda miliki. Setelah tema selesai dibuat segera tentukan judul dari tulisan yang akan dibuat. Jika tema menjadi inti atau nafas dari artikel maka judul menjadi wajah dari sebuah artikel. Judul akan menentukan apakah seseorang tertarik untuk membaca artikel tersebut atau akan mengabaikannya.

Beberapa penulis terbiasa membuat judul sebelum tulisannya dibuat tetapi yang lain akan membuat judul setelah tulisannya selesai dibuat. Dengan membuat judul terlebih dahulu maka Anda dapat membuat suatu tulisan tetap terjaga tidak melenceng ke kanan maupun ke kiri karena dipandu oleh judulnya. Sementara itu jika judul ditentukan setelah tulisan selesai maka dikhawatirkan tulisan tersebut dapat melenceng dan bisa saja tidak lagi memiliki makna karena tidak ada panduan.

Langkah kedua ialah "Membuat Sketsa Artikel" atau poin-poin artikel. Sketsa artikel memiliki peran lebih dari sekadar penjabaran ide. Sketsa ini sangat berguna jika Anda tidak dapat menyelesaikan artikel tersebut dalam waktu singkat. Artinya jika Anda harus berhenti dalam waktu cukup lama dan ingin melanjutkan artikel Anda maka sketsa artikel akan menolong Anda, mengingat kembali ide-ide apa saja yang dulu ingin Anda tulis.

Langkah ketiga, tentu saja "Mengembangkan Sketsa Artikel" yang telah Anda buat menjadi sebuah artikel dengan berdasarkan informasi yang kita miliki. Karena pendahuluan merupakan gerbang awal suatu tulisan maka disarankan untuk membuat pendahuluan semenarik mungkin. Beberapa penulis mengisi pendahuluan dari tulisan mereka dengan anekdot, ilustrasi, kutipan ayat alkitab, atau pertanyaan yang menarik.

Setelah selesai membuat artikel langkah keempat yang tidak boleh Anda lupakan ialah "Baca Lagi dan Lakukan Perbaikan Seperlunya". Koreksi tersebut bisa meliputi tanda baca, kalimat ambigu, atau informasi yang tidak akurat. Sebaiknya koreksi ini dilakukan beberapa saat setelah artikel selesai dibuat. Jadi ada waktu untuk menenangkan pikiran setelah sebelumnya terkuras untuk menulis. Ada baiknya bila Anda meminta orang lain yang lebih berpengalaman untuk mengomentari artikel Anda.
Baca Selengkapnya~~ >>

BERKARYA DAN BERWIRAUSAHA DENGAN MENULIS BUKU


Sumber: www.ubaya.ac.id/.../Berkarya-dan-Berwirausaha-dengan-Menulis-Bu...

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Sebagai seorang dosen, salah satu tuntutan akademik bidang pengajaran adalah menghasilkan buku ajar. Namun tidak semua dosen memilih untuk berkarya dengan menulis buku. Bila ditilik lebih lanjut, menulis buku memberikan banyak manfaat tidak hanya di bidang akademik namun juga sebagai salah satu bentuk berwirausaha.
Pada panduan penilaian kum dosen di perguruan tinggi, menulis buku yang kemudian diterbitkan akan mendapatkan penghargaan nilai kum. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menulis buku ajar memang merupakan hasil karya yang layak mendapatkan apresiasi. Sebagai seorang dosen, tentunya memiliki banyak referensi dan pemahaman dari referensi yang dimiliki terutama referensi-referensi mengajarnya. Dengan modal ini dosen seharusnya tidak mengalami kesulitan dalam menulis buku ajar.


Beberapa tips yang dapat dilakukan dalam menulis buku ajar berdasarkan pengalaman penulis sebagai berikut. Pertama saat membaca buku referensi bahan mengajar tuliskan pemahaman kita dengan menggunakan bahasa kita sendiri dan bila mengutip maka kita harus ikuti bentuk sitasi yang tepat agar tidak terkena kasus plagiarism. Tulisan-tulisan kita berdasarkan referensi tersebut menjadi kerangka dasar buku ajar kita. Saat kita mengajar tentu harus membuat contoh kongkret dari suatu materi ajar, pertanyaan-pertanyaan mahasiswa, diskusi kelas, dan kasus-kasus konkret dari lapangan dapat menjadi bahan tulisan buku ajar asal rajin untuk menuliskannya. Jangan lupakan referensi yang berasal dari jurna-jurnal ilmiah atau konferensi yang seringkali menunjukkan perkembangan suatu ilmu. Dengan bekal modal-modal tersebut buku ajar dapat diwujudkan sebagai karya.


Buku yang telah kita tuliskan jangan ragu untuk diterbitkan karena di sanalah letak kemanfaatannya. Beberapa tips yang dapat diberikan untuk menerbitkan buku. Carilah penerbit sesuai dengan segmen buku yang akan diterbitkan. Terdapat penerbit yang fokus menerbitkan buku ilmiah saja, fiksi saja, ataupun keduanya. Perhatikan juga term of condition yang disyaratkan penerbit dan hendaknya naskah yang kita tulis disesuaikan dengan syarat tersebut. Buatlah naskah kita dengan beberapa format sesuai dengan beberapa penerbit. Tujuannya saat naskah kita dinilai belum layak terbit oleh satu penerbit maka kita siap memasukkan penerbit yang lain.


Saat buku diterbitkan, karya kita tersebut menjadi modal wirausaha kita. Penerbit biasanya akan mendistribusikan buku tersebut untuk dipasarkan. Keuntungan yang diterima penulis, penerbit, ataupun distributor harus jelas dan jangan sampai merugikan penulis. Jangan lupa untuk mengurus hak cipta karena itu legitimasi kekayaan intelektualitas kita. Buku yang kita tulis dan telah terbit dapat kita distribusikan secara mandiri dengan jalur distribusi yang kita kreasi sendiri. Paling dekat adalah jalur distribusi ke mahasiswa di mata kuliah yang kita ajar. Namun jangan diwajibkan setiap mahasiswa membeli, bebaskan mahasiswa memilih menggunakan buku referensi tersebut atau tidak.


Buku yang kita tulis dapat juga kita gunakan sebagai suvenir. Apapun yang kita tulis, layak diberikan ke orang lain karena bentuk karya kita dan ada kebanggaan tersendiri ketika orang lain menerima buku dari penulisnya secara langsung. Kenapa buku yang ditulis memiliki kebanggaan tersendiri karena menggambarkan hasil karya kita dan tidak semua orang dapat berbagi pengetahuan lewat buku. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi bagi pembaca untuk berkarya dan berwirausaha dengan menulis buku.


© 2012 Universitas Surabaya. Artikel yang ada di halaman ini merupakan artikel yang ditulis oleh staf Universitas Surabaya. Anda dapat menggunakan informasi yang ada pada halaman ini pada situs Anda dengan menuliskan nama penulis dan memasang backlink dengan alamat http://www.ubaya.ac.id/ubaya/articles_detail/45/Berkarya-dan-Berwirausaha-dengan-Menulis-Buku.html
Baca Selengkapnya~~ >>

10 LANGKAH MEMBUAT BUKU


arinvsfayra.wordpress.com/2009/.../10-langkah-dalam-membuat-buk...


Sebuah buku, berfungsi untuk mempresentasikan informasi yang terkandung dalam buku kepada pembacanya. Setiap buku harus memiliki isi yang menarik sehingga pembaca tertarik untuk mendalami isi dari buku tersebut. Isi dari buku panduan pun, harus memiliki nilai manfaat yang dapat diaplikasikan oleh para pembacanya. Buku yang baik, adalah buku yang mampu mentransformasikan isinya dari penulis ke pembacanya.


Oleh karena itu, seorang penulis buku yang baik, hendaknya dapat memposisikan dirinya sendiri sebagai pembaca, sehingga ia dapat mengevaluasi tulisannya apakah tulisan tersebut mampu dimengerti oleh pembaca, atau justru sebaliknya.
Membuat buku tidak dapat dikatakan mudah atau sulit. Hanya saja, dalam pembuatannya ada beberapa langkah yang apabila diikuti akan mempermudah dalam penulisan sebuah buku. Berikut adalah 10 langkah dalam membuat buku.


1. Gagasan atau ide

Langkah pertama yang harus diambil adalah mengumpulkan ide atau gagasan dalam membuat sebuah buku. Misalnya, ide untuk membuat buku paduan praktik kerja lapangan. Gagasan ini mucul dikarenakan adanya fenomena yang berlangsung di tempat bekerja. Fenomena yang berlangsung adalah tidak adanya pelatih untuk memberi pelatihan kepada siswa maupun mahasiswa yang mengikuti program PKL di tempat kerja tersebut.


Fenomena tersebut melahirkan sebuah gagasan menarik yaitu membuat buku panduan kegiatan praktik kerja lapangan yang harus dilakukan oleh peserta PKL. Dengan demikian, peserta PKL mendapatkan informasi tertulis dari buku panduan tersebut, tanpa perlu melibatkan terlalu banyak karyawan yang masih harus melakukan tugas lain

2. Fokus pada gagasan

Tahap selanjutnya, saat membuat buku, kita harus fokus pada gagasan yang telah diciptakan. Fokus pada gagasan ini berarti menyelami lebih dalam tentang ilmu dan pemahaman dari gagasan yang akan kita tulis dalam buku. Apabila kita telah menetapkan gagasan apa yang akan kita bahas, untuk memperkuat ilmu yang akan kita representasikan dalam buku yang akan ditulis, kita dapat menambah referensi dari sumber lain, tentunya dengan mencantumkan sumber tulisan agar tidak dianggap sebagai pelagiator.


3. Membuat kerangka buku

Seperti halnya sebuah karangan, dalam menulis buku hendaknya dibuat kerangkanya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar penulisan terarah dan tetap fokus pada gagasan yang akan disampaikan, tidak melenceng ke persoalan lain yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam buku tersebut.

Kerangka juga mempermudah dalam penulisan dan penyusunannya. Dengan adanya kerangka dari buku yang akan dibuat, penulis akan lebih terarah dalam menulis buku, sehingga isi dari buku tersebut akan tertuju jelas pada hal-hal yang akan dijelaskan.

4. Mulai menulis konsep

Saat pertama menulis satu buku, buku tersebut belum tentu berhasil ditulis dengan baik. Penulis sebaiknya menulis apa-apa yang ingin ia sampaikan melalui tulisan. Akan tetapi jangan terlalu berbangga pada apa-apa yang telah ia tulis. Tulisan pertama pada dasarnya masih merupakan tulisan ‘kasar’ artinya tulisan tersebut masih perlu dipelajari dan juga masih perlu dibenahi agar menjadi tulisan yang lebih baik, yang dapat menginformasikan isinya dengan efektif. Buku yang konsepsional akan memiliki hasil yang lebih baik daripada buku yang tidak dilandasi oleh konsep sama sekali.

5. Pelajari tulisan

Hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang penulis, adalah menilai tulisannya sendiri. Secara alamiah mereka dapat menilai bahkan mengritik tulisan orang lain, akan tetapi mereka terkadang kurang dapat menilai tulisan mereka apalagi mengritik tulisan mereka sendiri. Kendati demikian, setelah menulis suatu buku, sebaiknya tulisan itu dibaca kembali. Biasanya, saat membaca kembali isi buku yang telah kita tulis, kita akan menemukan banyak kesalahan dalam tulisan tersebut.
Untuk lebih meyakinkannya, sebagai penulis dari sebuah buku, ada lebih baiknya kita meminta beberapa orang untuk membaca buku yang telah kita tulis. Orang-orang tersebut dapat kita minta pendapatnya dan memberitahu kesalahan-kesalahan yang ada pada buku, dengan demikian kita akan lebih mudah dalam memperbaikinya.

6. Improvisasi tulisan

Setelah mempelajari tulisan yang telah ada dan mengetahui adanya kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam tulisan, atau justru dalam tulisan tersebut terdapat hal-hal yang kurang perlu sehingga harus dieliminasi dari isi buku. Kita harus mengimprovisasi tulisan tersebut. Caranya, tentu saja dengan mengeliminasi hal yang dianggap kurang penting, memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan buku, serta memilih kosakata yang lebih baik, lebih efisien namun tidak mengurangi estetika dalam pengemasan tulisannya.

7. Revisi

Revisi perlu dilakukan untuk memperbaiki semua tulisan. Dalam beberapa kasus, biasanya saat revisi banyak penulis mengatakan revisi sama dengan penulisan ulang sebagian maupun seluruh isi buku. Revisi ini bertujuan untuk membuat suatu karya tulis agar lebih baik dari sebelumnya.

8. Pengeditan

Ketika revisi telah dilakukan, hal terakhir dalam menulis adalah ‘editing’ atau pengeditan. Pengeditan dilakukan untuk membenahi penulisan (apabila ada penulisan ataupun penggunaan kosakata yang salah) juga membenahi tata letak tulisan dan penyusunan tulisan tersebut agar memiliki estika yang dapat menarik minat pembacanya. Ketika pembaca telah memiliki minat untuk mengetahui isi dari tulisan tersebut, maka akan lebih mudah bagi mereka mengerti maksud dari tulisan yang kita buat.

9. Merancang lay-out isi, background, dan cover

Penampilan dari sebuah buku, sangatlah mempengaruhi penyampaiam informasi yang terkandung di dalamnya. Untuk itulah, selain isi, kemasan dari buku tersebut perlu diperhatikan lebih serius. Paduan warna, kesesuaian jenis huruf, ketepatan ukuran huruf, penggunaan table, grafik, gambar dan lain sebagainya juga menentukan kualitas buku yang dibuat. Tampilan isi buku yang menarik (dengan adanya perpaduan warna, pengaplikasian animasi dsb) akan merangsang indera pelihat agar tidak bosan saat membaca buku tersebut. Dengan demikian, isi pun akan mudah tersampaikan.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah desain cover. Jilid buu, harus dirancang mewakili informasi yang terkandung dari isi buku tersebut. Cover yang menarik dapat menumbuhkan minat untuk mengetahui lebih lanjut apa yang disampaiakan dalam isi.

10. Penjilidan

Setelah penyususnan buku telah selesai, maka buku pun siap dijilid. Telah banyak tempat yang memberikan jasa penjilidan sehingga Anda dapat menggunakan jasa tersebut, misalnya di tempat foto kopi atau percetakan. Atau bila memungkinkan, Anda dapat menjilid sendiri (apabila Anda mampu untuk itu.)
Selamat mencoba!

Baca Selengkapnya~~ >>

MEMBUDAYAKAN MENULIS


( Sumber: dumalana.com/2012/11/09/ayo-berkarya-dengan-menulis/)

Bagi Menteri Kordinator Perekonomian Hatta Rajasa, salah satu variable tingginya peradaban sebuah bangsa adalah seberapa banyak karya tulis yang di hasilkan bangsa tersebut. Karena itu Hatta mengajak kalangan muda mulai membiasakan diri menulis sehingga dapat menuangkan ide dan pikirannya dalam bentuk tulisan.

Hatta mengatakan hal tersebut saat menyampaikan kata sambutan dalam malam penganugerahan hadian Hatta Rajasa Writing Competition (HRWC) di Taman Ismail Marzuki Rabu malam pekan lalu. Kompetisi ini selain diikuti ratusan peserta pemuda, pelajar dan mahasiswa dari dalam negeri, juga di ikuti peserta dari luar negeri, seperti Sudan, Australia, Inggris dan Cina. Total seluruh peserta mencapai 1.214 peserta.

“Dalam menulis mengajarkan objektivitas dan kebenaran akademis. Riset tentang mental hanya bisa di bangun dalam writing and reading society. Makanya mari kita semua mau bersama-sama menuju bangsa yang membangun inovasi,” himbaunya bersemangat.
“Tulisan, kata Hatta, mengajarkan objektivitas dan kebenaran akademis. Tulisan dapat pula membentuk tatanan kehidupan demokrasi yang makin berkeadaban,” urainya. Menurutnya, menulis dan membaca menjadikan masyarakat Indonesia bersikap rasional menghadapi apapun. ”Ini yang diperlukan bangsa untuk maju, bukan bangsa yang sering ngamuk kalau berbeda pandangan,” lontarnya.
Baca Selengkapnya~~ >>

MENINGKATKAN BUDAYA BACA DI KALANGAN GURU



Mengapa sasaran penulisan kali ini ditujukan kepada guru yang harus meningkatkan budaya bacanya? Bukan saya berprasangka buruk terhadap kebiasaan membaca guru itu kurang baik. Saya hanya mengingatkan bahwa kebiasaan membaca guru masih kurang maksimal dibandingkan dengan kebiasaan menonton (budaya dengar) dan berbicara (budaya lisan). Memang semua kebiasaan tersebut bisa mendatangkan manfaat untuk dirinya dan orang lain. Namun apabila dibandingkan, budaya membaca dan budaya menulis rasanya lebih kena sasaran di era informasi dan globalisasi ini.


Kebiasaan membaca dan kebiasaan menulis di kalangan guru akan menghasilkan sesuatu yang berharga. Budaya baca yang diikuti dengan budaya menulis lebih efektif kita lakukan. Kemajuan ini tidak bisa dipisahkan dari hasil kebiasaan membaca dan menulis guru itu sendiri. Sungguh saat ini sangat cocok digunakan kebiasaan membaca dan menulis ini. Terutama kebiasaan membaca dan menulis dari para guru. Upayakan kedua kebiasaan ini lebih baik dari para siswa. Kemampuan membaca dan menulis guru akan memberikan peluang untuk berhasil di kalangan guru untuk dirinya dan para siswanya (Jajang Suhendi, Pandeglang asal Sumedang)
Baca Selengkapnya~~ >>

Selasa, 13 November 2012

BICARA ATAU MENULIS YANG DIUTAMAKAN?


Waktu kecil aku termasuk salah seorang yang gagap dalam bicara dan tidak bisa menulis dengan baik. Sampai-sampai ibuku tidak percaya bahwa aku bisa bicara seperti anak-anak sebaya denganku. Di kelas satu SD aku termasuk anak yang tidak mampu menulis dibandingkan dengan teman-teman. Namun aku yakin seyakin-yakinnya bahwa latihan berbicara dan menulis bisa membuat aku sedikitnya berubah. Latihan dengan dukungan keyakinan bahwa Allah akan selalu menolong orang-orang yang selalu meminta pertolongan kepada-Nya.
Telah aku alami betapa Allah sangat mengabulkan permohonan makhluk-Nya. Aku tidak bisa mengaji Al-Quran, dengan keyakinan kuat bahwa Allah memberi pertolongan kepadaku tanpa ditunda-tunda. Aku banyak membaca doa dari buku kumpulan doa majmu syarif dengan penuh keyakinan bahwa aku akan bisa membaca Al-Quran dengan baik, apalagi aku banyak membaca Al-Quran sampai tamat beberapa kali dalam satu bulan.
Alhamdulillah ketika aku Bimbingan Muslim di Uninus Bandung dulu tahun 1997 aku lulus dalam membaca Al-Quran. Itulah sebabnya dengan keyakinan kuat segala sesuatu akan bisa terlaksana dengan baik. Jumlah dan keyakinan yangbesar dari doa dan permohonan kepada Allah akan membuat kita berubah dari tidak bisa berbicara menjadi bisa berbicara, dari tidak bisa menulis menjadi bisa menulis, dari tidak mampu menggunakan laptop menjadi mampu walaupun kita tidak mengikuti kursus.
Jalan ke arah perubahan bermacam-macam, ada yang melalui hp kamera atau ada yang berlatih di warnet, terpenting ada kemauan kuat berdoa dan berlatih seoptimal mungkin. Apapun alasannya, tidak bisa dipertanggung jawabkan kita untuk malas tidak mau berdoa, belajar, dan berlatih semaksimal mungkin. Kita pada awalnya tidak bisa berbicara dengan baik menjadi bisa dan dari tidak bisa menulis menjadi bisa menulis walaupun hanya sedikit perubahan harus kita syukuri karena akan berkembang terus sesuai dengan upaya yang kita lakukan.
Mulai sekarang juga kita agar banyak belajar dan berlatih menulis apa saja setiap hari dan kesempatan. Sebenarnya banyak cara berlatih menulis itu. Menurut pengalaman pribadi, kita melihat bunga di depan rumah diteliti bentuk daunnya, batangnya, warnanya, indah dan tidaknya dipandang mata kita merupakan objek penulisan. Dari objek yang sejenis seperti bunga yang kita lihat, dapat pula kita melihat objek yang sangat berbeda. Kita melihat di depan rumah ada seekor kucing sedang tidur di atas kesed, kita melihat batang cabe, sepeda motor, pagar bambu, orang lewat rumah kita, dan ada suara anak-anak tetangga sedang bermain. Semuanya dapat kita jadikan bahan penulisan yang sangat baik sebagai latihan menulis.
Apa yang kita lihat dan kita dengar sebagaimana kita katakan tadi dapat dijadikan karangan yang sangat baik. Dapat kita contohkan di sini: Kucing termasuk salah satu binatang pemakan daging seperti harimau. Kucing banyak disayangi manusia karena keindahan bentuk tubuhnya, warna bulunya, lucunya, tetapi terkadang ada kelakuan tidak baiknya yaitu suka mencuri ikan walaupun punya majikannya. Kucing tetangga memang ada perbedaan, dia mengerti apabila majikan pergi ke warung misalnya, dia ikut, disuruh duduk atau berdiri dia menurut seperti mengerti apa yang majikan katakan. Setelah pulang dari mengikuti majikannya, dia mampir di depan rumahku, kemudian tidur di atas kesed seperti yang nyenyak saja tidurnya. Kucing ada manfaatnya agar tikus-tikus pada ketakutan di rumah kita, seperti cabe bermanfaat buat sambal atau masakan agar enak. Benda-benda yang lain juga ada menfaatnya masing-masing, seperti sepeda motor untuk tranfortasi tempat yang jauh bisa dikejar dalam waktu singkat, segala pekerjaan lebih cepat kita selesaikan. Halaman supaya bisa ditanami tanaman apotek hidup, tanaman hias atau yang lainnya dengan aman dari gangguan ayam atau bebek. Kelihatan rapi walaupun sederhana kelihatannya sangat baik pagar itu ada setiap lingkungan rumah. Ada orang lewat mengatakan wah indah halaman rumah Bapak dipagar, banyak tanaman yang bermanfaat untuk kepentingan memasak, obat-obatan, dan sebagai hiasan. Sampai-sampai anak-anak bermain di halaman tersebut merasa nyaman.
Karangan seperti tadi belum disusun dengan baik, tetapi bisa dijadikan bahan karangan yang cukup panjang setelah ditambah tokoh-tokoh, karakter tokoh, alur, dialog, dan sebagainya. Menurut Pak Gol A Gong merupakan Kitab Sakti bisa ditunda apabila kita ada keperluan lain, saat lain kita teruskan lagi tanpa kita kehilangan jejak. Kita akan menulis kapan saja, di mana saja, atau kita bisa meneruskan menulis sesuai situasi dan kondisi kapan saja apabila kita telah memiliki sinopsis atau Kitab Sakti menurut Pak Gol A Gong yang memimpin Rumah Dunia itu.
Mari kita tingkatkan kemampuan berbicara secara lisan atau secara tertulis. Terutama kemapuan menulis sebagai uapaya pengembangan diri dan berjuang lewat tulisan untuk memberi petunjuk, nasihat, solusi atas permasalahan yang ada, dan bisa juga sebagai pengobatan kepada orang-orang yang butuh pertolongan karena jiwanya sedang gundah atau sedih. Apabila kedua kemampuan itu terlalu luas dan kurang fokus, maka kita memilihnya salah satu saja. Terutama kemampuan menulis yang lebih produktif dibandingkan dengan kemampuan berbicara secara lisan. Selamat mencoba untuk menjadi penulis saja dahulu sebelum kita menjadi pembicara yang mampu menulis secara produktif.






Baca Selengkapnya~~ >>