Selasa, 29 Mei 2012

RUANG PRIVAT DAN RUANG PUBLIK
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)


Mengapa kita tidak menjadi penulis yang prodruktif? Sebenarnya banyak faktor yang membuat kita tidak banyak menulis dan mengirimkannya ke penerbit. Salah satu penyebabnya adalah perasaan takut salah dalam menulis sehingga tidak mau mencoba untuk menulis sebanyak-banyaknya. Beberapa kali kita menulis dan sebelum selesai sudah langsung direvisi, banyak kesalahan, kemudian naskah tulisan dibuang. Demikian kejadian mengapa kita menulis tidak pernah jadi dan mencoba mengirimkannya ke penerbit. Setelah tahu kita bagaimana solusi agar tulisan kita bisa selesai dan mengirimkannya ke penerbit.
Pengalaman hasil kegiatan membaca dari buku Mengikat Makna Update karya Pak Hernowo ternyata dapat mengubah sikap yang salah tentang menulis. Apalagi setelah adanya alat tulis elektronik yang dapat dimanfaatkan secara efektif yaitu flasdisk dan netbook atau laptop. Kita gunakan alat-alat tersebut untuk menulis di ruang privat dan ruang publik. Pertama-tama kita menulis apa adanya tanpa memperhatikan kesalahan struktur atau isi tulisan. Untuk beberapa saat atau hari biarkan tulisan kita mengendap. Pada suatu saat kita lanjutkan lagi menulis sambil memperbaiki tulisan kita. Sambil mengadakan perbaikan tulisan, maka kita dapat menambah atau mengurangi tulisan kita.
Kita awali menulis secara bebas tanpa memperhatikan bentuk dan isi tulisan. Kemudian kita hadapi tulisan kita dengan sikap kritis tetapi tidak sembarang menambah atau menguranginya. Kita harus berpegang pada ketentuan proses menulis secara bebas dan proses menulis secara teratur. Menulis secarara bebas di ruang privat dan menulis teratur di ruang publik. Maksudnya, saat menulis bebas di ruang privat hanya sebutan saja, tidak ada ruangan khusus. Ruang privat adalah cara menulis apa adanya, mengalir bagaikan air mengalir, apa saja yang keluar dari hati dan pikiran kita untuk langsung kita tuliskan.
Menulis secara subjektif dengan kata ganti orang pertama dan isi tulisannya sangat pribadi juga tidak menjadi masalah, terpenting kita mampu menulis sebanyak-banyaknya. Pengalaman kita, pengetahuan kita, dan apa saja yang menjadi bahan untuk ditulis maka tulislah tanpa banyak pertimbangan. Mau setelah selesai bentuk tulisan itu untuk ditambah dan dikurangi, atau mau setelah beberapa buah bentuk tulisan itu selesai tidak menjadi masalah. Hanya pada saat yang tepat tulisan-tulisan secara bebas tersebut untuk direvisi dengan sebaik-baiknya. Itulah menulis secara bebas di ruang privat ke menulis secara teratur di ruang public.
Menulis secara teratur di ruang publik adalah suatu cara menulis dengan memperhatikan bentuk atau struktur tulisan dan isi tulisan tersebut. Tahap kesatu adalah menulis berbas di ruang privat dan tahap kedua menulis teratur di ruang publik. Menulis teratur di ruang publik menggunakan aturan sesuai dengan tata bahasa atau sesuai aturan penerbit. Tulisan dalam bentuk artikel menggunakan tulisan ragam popular supaya komunikatif dengan para pembaca. Tidak seperti skripsi atau tesis menulis artikel tersebut. Isi dan bentuk tulisan artikel sangat fleksibel tidak sebagaimana tulisan skripsi dan tesis.
Adapun isi tulisan artikel yang sangat bermakna bagi para pembaca adalah tulisan tentang bagaimana cara membuang beban berat yang menghimpit pikiran pembaca, bagaimana menggali hal-hal yang tersembunyi di dalam pikiran kita, dan bagaimana menampakkan sesuatu yang abstrak di dalam setiap pikiran orang menjadi jelas. Pada intinya, dengan menulis kita merasa nikmat dan bahagia. Timbul dari dalam diri kita kesadaran bahwa menulis itu sesuatu kebutuhan yang tidak dapat kita tinggalkan apabila kita ingin maju, sukses, dan terangkatnya derajatnya diri kita.
Walaupun proses menulis tersebut sangat panjang, terpenting setiap saat kita mampu menghasilkan tulisan yang banyak dan berkualitas. Proses panjang dari tulisan-tulisan bebas sampai tulisan-tulisan teratur dengan penyelesaian yang beragam. Misalnya, pada satu hari kita mempunyai 10 artikel yang belum selesai, baik isinya maupun bentuknya, tetap kita hadapi dengan serius untuk diselesaikan semuanya dengan waktu yang tertata dengan baik. Kita melanjutkan artikel yang belum selesai pembahasannya atau mau merevisi artikel yang sudah selesai tetapi belum memperhatikan tata cara penulisan atau kejelasan isinya. Terpenting semua artikel tuntas sampai adanya kesempurnaan bentuk dan isinya kemudian mengirimkannya ke penerbit.
Dalam satu minggu kita harus mempunyai target untuk menyelesaikan artikel dan mengirimkannya ke penerbit. Dalam satu bulan atau beberapa bulan kita harus mempunyai target satu buku dari kumpulan artikel dengan tema yang sama. Atau kita mampu mengembangkan artikel yang sudah diterbitkan atau yang belum diterbitkan untuk menjadi satu buku yang berkualitas. Seawall mungkin kita harus banyak belajar bagaimana cara menulis yang baik dan benar. Tulisan yang baik berarti tulisan yang memperhatikan tata cara penulisan dan tulisan yang benar adalah tulisan yang sesuai dengan konteks situasi dan kondisi menulis tersebut.
Di dalam hati dan pikiran kita seawall mungkin harus tertanam keyakinan bahwa kita mampu menulis artikel dan buku yang berkualitas, bermakna bagi kehidupan diri kita maupun diri semua orang yang membacanya, dan memberdayakan orang-orang yang merasa lemah sebelum membaca tulisan kita. Menulis berhubungan erat dengan kejiwaan dan fisik kita. Tulisan yang isinya berbobot atau istilah Pak Hernowo, tulisan bergizi, sangat mempengaruhi orang yang dalam keadaan lemah, sakit, malas, marah, dan sifat-sifat negative lainnya. Kita niatkan menulis yang isinya menjadi terapi dan penawar setiap penyakit fisik dan mental.
Walaupun kita masih menjadi penulis pemula, apa salahnya mempunyai kemauan kuat untuk menulis hal-hal yang sebagaimana para penulis profesional tuliskan. Untuk kebaikan apa salahnya kita ikut berpartisipasi, dari pada kita diam tidak mau menulis? Kita tingkatkan niat kita, kemauan kita, sikap kita, dan keseluruhan kepribadian kita untuk kebaikan dan kebermaknaan. Kita menulis berdasarkan banyak membaca, banyak menelaah, banyak refleksi diri, banyak tafakur tentang hakikat hidup dan kehidupan kita, sampai hal-hal yang dianggap tidak penting juga untuk dibuat menjadi bermakna.
Apa saja yang ada di dunia ini, benda dan peristiwa yang baik dan buruk juga akan menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang yang memiliki jiwa dan pikiran besar. Semuanya akan mengandung hikmah dan pelajaran bagi kita yang sudah berkonsentrasi pada kebenaran dan kestabilan pikiran dan perasaan. Menulis bagi kita merupakan hal yang sangat baik untuk memberdayakan semuanya. Menulis mampu meningkatkan produktivitas perasaan, pikiran, dan sikap kita. Sikap kita menjadi penulis yang mampu membuat isi tulisan yang berbobot dan menjadi sumber inspirasi orang-orang yang berniat untuk berubah dari kebiasaan malas menulis, mengajar atau mendidik, melaksanakan tugas, dan aktivitas lain, menjadi orang-orang yang rajin dan bersemangat tinggi untuk menulis, mengajar atau mendidik, dan aktivitas baik lainnya.
Dengan menulis bagi guru semoga menjadi aktivitas yang membahagiakan, karena selain kita melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengajar dan pendidik, kita mampu berbuat sebagai penulis yang berjuang melawan kebodohan dengan tulisan kita. Dulu para pahlawan berjuang melawan penjajah dengan fisik, pikiran, perasaan, harta, jiwa dan raganya, tetapi sekarang kita berjuang melawan kebodohan lewat tulisan. Pada awalnya kita menulis supaya bisa hidup atau bisa menghasilkan finansial, tetapi pada akhirnya kita hidup dengan menulis dan menerbitkannya, finansial dan faktor lainnya bisa terpenuhi dengan sempurna. Mudah-mudahan hidup dengan menulis yang berintikan kebenaran bisa memberdayakan diri kita, masyarakat, dan bangsa ini. Menulis yang mampu memberdayakan diri dan bangsa Indonesia, bukan menulis yang memperdayakannya.
MENULIS ITU KOMPETENSI
Terkadang kita terlalu fokus pada anggapan yang keliru dan dangkal tentang menulis. Kita menganggap kemampuan menulis itu berdasarkan bakat yang dibawa sejak lahir. Sehingga orang yang merasa tidak berbakat menulis tidak berusaha untuk banyak latihan menulis. Anggapannya untuk apa dia menulis kalau sudah dibatasi dengan bakatnya. Padahal banyak bukti para penulis berhasil menjadi penulis yang profesional karena dirinya banyak melakukan latihan menulis.
Setelah kita membaca blog tentang menulis itu mudah, menulis itu bukan bakat tapi kompetensi, maka kita akan menyadari betapa pentingnya menulis dengan mengembangkan potensi atau kompetensi dalam menulis. kita Kita harus banyak membaca materi apa saja yang penting berkualitas, kemudian menuliskan apa yang dibacanya tanpa mengenal lelah dengan alasan untuk menjadi penulis profesional.
Kegiatan menulis apabila dilakukan dengan benar hampir sama dengan bercakap-cakap. Menulis yang dibarengi dengan membaca merupakan cara yang benar. Menulis diperkuat dengan kegiatan membaca itu merupakan kesimpulan setelah kita membaca tentang manfaat membaca dan menulis. Merupakan jawaban dari para penulis profesional. Membaca tanpa dibarengi dengan kegiatan menulis tidak akan memadai.
Membaca merupakan langkah awal untuk mengumpulkan data-data atau informasi dalam upaya memperkaya dan memperluas wawasan tentang menulis. Dari kegiatan membaca dalam hubungannya dengan kegiatan menulis merupakan proses pengumpulan data dan informasi tentang apa yang akan dituliskannya.
Pengalaman kita bisa melalui indera penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, dan pemikiran, melalui pembelajaran pada suatu peristiwa, dan bisa melalui kegitan membaca. Menulis merupakan proses penafsiran dan pemaknaan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan peristiwa.
Menulis menggunakan kalimat-kalimat yang ringkas, pendek, jelas, tidak bersayap, tidak menggunakan kata-kata yang sia-sia dan menghindari kata-kata yang kurang kuat. Seperti dari pada menggunakan kata membawa lebih baik menggunakan kata menjinjing Kata menjinjing lebih kuat pengaruhnya. Oleh karena itu kita harus memperhatikan detail-detail kata-kata yang kita gunakan untuk menulis.
Menulis bisa kita pelajari dengan upaya sungguh-sungguh. Melahirkan kemampuan menulis banyak latihan dan kerja keras. Pendapat orang-orang yang berprofesi sebagai penulis menyatakan bahwa bakat hanya 10 persen dan kerja keras 90 persen. Bahkan ada yang mengatakan bahwa bakat hanya 1 persen dan kerja keras 99 persen.
Menulis itu proses pembebasan dari perasaan dan pikiran jengkel, marah, sakit, atau hal-hal yang sifatnya negative di dalam hati dan pikirannya. Lebih baik kita marah kemudian menuliskan kemarahan tersebut sepuas-puasnya. Kuras habis apa yang membuat kita marah untuk dikeluarkan tanpa ada sisa. Dari pada kita marah dengan mengekspresikan lewat lisan, akan banyak orang yang kena sasarannya. Diri kita bukan berkah marah petaka buat orang lain.
Menuliskan hal-hal sepele juga akan bermanfaat bagi kita maupun bagi orang lain yang membacanya. Bisa menjadi solusi atas permasalahan yang sama dihadapi orang lain. Menulis akan bermanfaat dan menguntungkan. Banyak menulis seperti itu akan melatih kemampuan menulis kita. Melatih dalam berkomunikasi secara tertulis akan lebih luas sasaran dan ruang lingkupnya dibandingkan dengan komunikasi lisan.
Dengan menguasai komunikasi secara tertulis, kita akan merasa banyak kawan dan orang yang mengenal kita lewat tulisan kita. Apabila kita menguasai komunikasi tertulis, kita akan semakin menguasai kehidupan dan banyak menghsilkan berupa materi atau bukan materi.
Sebagai orang tua mengajak anak-anak, dan sebagai guru mengajak para siswa, atau siapa saja yang mau menggunakan kegiatan menulis sebagai kebiasaan yang baik. Diawali kita menulis apa saja yang sedang kita rasakan, pikirkan, dan kita perhatikan sehari-hari. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan sama pentingnya dengan membaca, sebagaimana kita butuh makan, minum, dan butuh udara untuk bisa hidup.


Baca Selengkapnya~~ >>
RENUNGAN MALAM SEORANG GURU
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)



Pada waktu malam hari saat orang lain sedang tidur apa yang Anda lakukan? Setiap orang akan berbeda-beda dalam mengisi waktu malamnya. Ada yang langsung tidur tanpa banyak yang dilakukannya. Biasanya setelah shalat Isya langsung tidur atau melakukan shalat Isya di tengah malam setelah tidur. Perilaku seperti itu tidak menjadi pembahasan saat ini.
Perilaku terbaik yang dicontohkan generasi Islami biasa mengisi waktu malam dengan melakukan ibadah, seperti shalat tahajjud, dzikir, membaca Al-Quran, dan kata Imam Ghazali yang melebihi ibadah kaum awam adalah merenung. Istilah sekarang adalah kegiatan refleksi. Kita merenung dengan Asmaul Husna yang sesuai dengan objek yang direnungkannya.
Sambil membaca Al-Quran, kita memikirkan apa yang terkandung di balik lafadz yang kita baca. Untuk mengetahui makna di balik ayat-ayat, maka kita harus banyak membaca tafsir atau terjemahannya. Resapi dengan penuh kesungguhan dan penuh keikhlasan. Membaca ayat-ayat dan maknanya atas dorongan hati nurani kita, tanpa paksaan dari pihak luar. Sehingga setiap mempunyai uang untuk membeli buku-buku yang bisa dijadikan makanan hati dan pikiran.
Sebagian waktu malam lebih baik kita isi dengan kegiatan yang bernilai ibadah saja, sedangkan beramal shaleh dilakukannya pada waktu siang hari. Tidur kita cukupkan dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 02.00 saja. Selebihnya kita gunakan untuk beramal ibadah kepada Allah. Sebab, kita sebagai makhluk banyak khilafnya dari pada benarnya. Sewajarnya kita bersungguh-sungguh dalam kebaikan di waktu malam itu.
Kita sangat membutuhkan sesuatu atas bantuan Allah dalam menghadapi masalah ringan dan beratnya, supaya kita tidak termasuk orang sombong. Hanya orang sombonglah yang tidak mau memohon bantuan dari Tuhan yang menciptakan makhluk, alam beserta isinya. Agar kita tidak terkesan orang sombong mulai saat ini berbalik arah dari orang yang menganggap sepele pada hal-hal ibadah menjadi orang yang biasa dan mampu beribadah.

Dengan menggunakan hati untuk mengolah apa yang telah kita pikirkan dan kita lakukan pada waktu siang hari dampaknya sangat besar. Hati menjadi tenang dan pikiran menjadi jernih kembali. Pada saat siang hari tiba, tenaga kita terasa pulih kembali. Pengalaman penulis ketika pada siang hari pusing memikirkan pekerjaan atau sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Minta tolong kepada orang lain ada imbalannya, pinjam uang harus ada jasanya, bukan mengurangi beban malah menambah beban saja.
Penulis memohon dalam keheningan malam kepada Allah seolah-olah penulis melihatnya dan curhat kepada-Nya. Yang terjadi keadaan diri penulis berubah, timbul semangat bahwa penulis bisa bangkit dengan potensi yang penulis miliki. Sementara sebagian orang lain belum tentu memiliki dan menyadari adanya potensi tersebut.
Setiap orang mempunyai potensi menulis, tetapi yang menyadarinya masih langka sehingga sedikit saja orang yang mengembangkan kemampuan menulis itu. Maka, penulis menyadari bahwa kegiatan menulis bisa membuat orang terangkat nasib dan kedudukannya. Bagi seorang guru kegiatan menulis itu akan mengubah dirinya menjadikan kegiatan yang menyenangkan dan bisa menambah penghasilan yang berdasarkan nilai-nilai ibadah tentunya. Menulis yang berasarkan hati yang ikhlas tanpa paksaan dari pihak lain. Benar-benar menulis ingin beribadah dan melakukan hal-hal terbaik.
Kita buktikan bahwa sebagian waktu malam bisa diisi dengan kegiatan menulis yang menyenangkan dan bisa menghasilkan sesuatu, baik itu menghasilkan berupa materi maupun berupa non materi. Lebih baik kita melakukan menulis yang bisa menghasilkan materi dan penghargaan dari pada kita hidup tanpa melakuakan sesuatu yang berharga. Lebih baik kita banyak memberi dari hasil menulis dari pada tidak ikanbanyak memberi karena tidak banyak menulis.
Waktu malam memang sangat kondusif untuk dijadikan waktu terbaik dan terbanyak untuk menulis. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang diberikan Allah kepada kita. Kita merenung, berpikir, dan merasakan nikmatnya apa yang Allah berikan kepada kita itu sangat berlimpah. Kemudian kita manfaatkan nikmat waktu malam dengan kegiatan menulis apa yang direnungi, apa yang dipikirkan, dan apa yang dirasakan.
Jangankan mengisi waktu untuk menulis hal-hal yang menyenangkan, maka menuliskan hal-hal yang menjengkelkan, menyakitkan, memalukan dan hal-hal negatif lain juga bisa membuat diri kita merasa senang. Itu salah satu rahasia Allah untuk kita yang benar-benar peka terhadap masalah ini. Malam hari kita isi dengan merenung sambil menuliskannya, mudah-mudahan banyak inspirasi bahan penulisan. Membuat kegiatan menulis di malam hari jadi kebiasaan yang menyenanatangkan dan mendatang manfaat.
Apa saja yang kita lihat, dengar, pikirkan, dan kita rasakan semoga semuanya menjadi bahan penulisan di waktu malam hari. Merenung tidak sekedar merenung tanpa aplikasi lain, tetapi merenung yang lebih produktif ( menghasilkan ) sesuatu yang bisa mengubah kondisi dan situasi yang inovatif. Walaupun hanya sekilas ide harus kita tangkap sebagai ide besar yang bisa mengubah diri kita dan lingkungan tempat kita tinggal. Dengan menulis di waktu malam hari bisa melahirkan suatu yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup.


Baca Selengkapnya~~ >>
RASA MARAH, MENULISLAH SEGERA!
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)



Manusia memiliki kesempurnaan alat indera apabila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kelengkapan indera tersebut, manusia bisa mencapai kesempurnaan melebihi malaikat, tetapi bisa pula terpuruk melebihi hewan atau syetan. Tergantung manusia itu bisa dan tidaknya mengelola pikiran dan perasaannya. Manusia mempunyai pikiran dan perasaan yang lengkap selaian mereka memiliki kesempurnaan panca indera dan indera keenam.
Sebaik apapun manusia selain Rasulullah tentu pernah melakukan kesalahan atau kekurangan. Terutama kekurangan dalam menggunakan pikiran dan perasaannya. Ada kecenderungan melebihi dan kurang dari target sebenarnya apa yang manusia lakukan. Ketidakmampuan manusia dalam menggunakan otaknya bisa terjatuh dalam melebihi jatuh ke tabiat syetan. Begitu juga ketidakmampuan manusia dalam menggunakan hatinya. Bisa mengakibatkan jatuh ke tabiat hewan.
Sedang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, kita bisa juga melakukan keasalahan. Suka marah-marah ketika kita sedang berpuasa. Seperti tidak ada yang mulus seorang manusia dalam memjalani kehidupannya. Namun begitu kita melakukan kemarahan, sakit hati, jengkel, dan sebagainya, kita masih bisa bertobat atau minta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya. Ada sakit akan ada obatnya, ada marah akan ada melerainya dengan upaya berdoa, berdzikir atau membaca Al-Qur’an dengan penuh syukur.
Sifat marah seumpama bumbu masakan yang terlalu pedas atau asin. Yang enak dan lezat makanan itu harus dibumbui yang seimbang. Tidak terlalu pedas atau asin. Marah seperti penyedap rasa apabila diolah oleh koki yang terlatih, maka masakan akan enak dimakan. Manusia hidup tanpa marah rasanya kering bagaikan masakan tanpa bumbu yang memadai. Tinggal bagaimana mengolahnya dengan baik untuk menjadi masakan yang enak dimakan.
Marah bisa menjadi semangat dalam menghadapi tugas kewajiban kita. Asalkan marah tersebut selalu dikembalikan kepada pemiliknya. Langsung kita bertobat dan minta maaf atas kelemahan sehingga sampai melakukan kemararahan. Semoga semakin hari semakin bertambah kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi sesuatu atau peristiwa setiap hari.
Kesulitan, kekurangan, kejengkelan, dan sifat negatif lainnya semoga semakin hari semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman. Kemarahan merupakan kewajaran apabila terus-menerus kita menyadarinya dengan selalu kembali kepada petunjuk agama dan aturan kemasyarakatan. Kita hidup berada di antara keadaan yang salah dan benar. Terpenting kita tidak berada di tempat yang salah selamanya. Salah sedikit merupakan kewajaran yang melekat di dalam sifat manusia. benar selamanya bukan malaikat dan salah selamanya bukan syetan.
Proses perbaikan secara terus-menerus terhadap diri kita masing-masing harus diupayakan. Meskipun kita tidak selamanya bisa bertahan untuk benar dalam berbicara dan berbuat. Adanya pergantian perilaku dari buruk ke baik dan dari baik ke buruk bila terjadi tidak bisa kita hindarkan. Hidup adalah sebuah proses perbaikan demi perbaikan secara terus-menerus. Berhenti dari rangkaian berproses berarti sama dengan kematian dari berupaya sebagai tanda adanya perjuangan hidup yang tidak kenal untuk berhenti.
Salah satu sifat yang tidak baik yang tidak mau berhenti dari pribadi manusia adalah sifat marah terhadap sesuatu atau seseorang. Pelajari bagaimana cara mengekspresikan rasa marah tersebut dengan menuliskannya. Daripada kita marah diekspresikan lewat ekspresi lisan, maka lebih baik dan lebih produktif dengan menuliskannya. Apabila kita marah, maka tuliskanlah rasa marah tersebut sepuas-puasnya. Tidak ada pihak yang merasa tersinggung dengan rasa marahnya kita apabila kita mengekspresikan rasa marah tersebut dengan ramuan terbaik. Yang kita tuliskan dari rasa marah harus bisa menjawab dari pertanyaan mengapa kita marah, apa akibatnya apabila marah langsung bereaksi terhadap sasarannya, bagaimana cara kita mengatasi marah supaya berdampak positif bagi pelaku dan sasarannya, dan masih banyak lagi apa yang semestinya kita marah.
Saya memberikan contoh bagaimana mengekspresikan rasa marah dengan menuliskannya. Sewaktu saya sedang sakit rasanya yang dianggap kecil pada waktu saya sedang sehat, saya rasakan sebagai sesuatu yang sangat besar. Terkadang merasa hal itu penghinaan yang tidak bisa terampuni. Oleh karena itu pada saat itu saya langsung menuliskannya dengan semangat yang luar biasa. Seolah-olah saya tidak menghiraukan yang saya akan tuliskan tersebut baik atau buruknya. Biarpun apa yang saya tuliskan itu tidak baik akan saya tuliskan tanpa ditunda-tunda lagi. Revisi bukan waktu saya menuliskan seluruh materi yang saya tuliskan. Biar mengendap beberapa waktu apa yang saya tuliskan dan pada saatnya yang tepat akan saya teruskan untuk merevisi. Tugas rangkap saya sebagai penulis materi tentang kemarahan dan sekaligus sebagai perevisi. Sebelum tulisan kita direvisi orang lain tidak ada salahnya direvisi sendiri dulu.
Baca Selengkapnya~~ >>
PERUBAHAN CARA MENULIS BAGI GURU
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Ketika saya menulis menggunakan pulpen dan buku tulis rasanya banyak hal yang harus kita persiapkan. Untuk memperbaiki tulisan saya yang salah perlu adanya penghapus atau tipex. Untung kalau saya tidak melakukan banyak kesalahan, kalau saya banyak melakukan keasalahan harus berulang kali saya menghapus dan menggantinya dengan tulisan yang baru. Kadang-kadang saya memerlukan lembaran buku tulis yang baru lagi. Sebelum saya dapat menyelesaikan tulisan, maka saya menulis berhenti sebelum waktunya selesai. Hampir saya menulis artikel tidak pernah selesai-selesai. Kertas bekas menumpuk di keranjang sampah dan berakhir dengan pembakaran kertas bekas atau sengaja saya tumpuk untuk dijual. Harganya sangat murah dan seolah-olah pekerjaan banyak yang mubah.
Pekerjaan menulis yang belum menghasilkan sesuatu biasanya dipandang hanya dengan sebelah mata saja. Orang terdekat maupun orang terjauh memandang pada pekerjaan menulis sebagai pekerjaan yang kurang bermanfaat dibandingkan dengan pekerjaan lain. Bahkan ada kritikan bahwa menulis yang belum menghasilkan adalah pekerjaan yang sia-sia. Apapun setiap pekerjaan yang dilakukan dengan setengah-setengah tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal. Itulah sebabnya setiap saya menulis orang lain lain memandangnya menulis kurang bermanfaat katanya.
Dalam pikiran bagaimana kalau cara kita menulis diubah dengan alat yang lebih efektif digunakannya. Sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Dan setelah tahu sekarang ada alat tulis yang penggunaannya lebih efektif, yaitu netbook, laptop, dan komputer. Di antara ketiga alat tersebut yang lebih praktis dan lebih murah, yaitu netbook. Itulah yang saya pilih untuk dijadikan teman dekat dalam hubungnnya dengan dunia kepenulisan. Bagaiamanpun caranya mendapatkan netbook itu, saya lakukan dan sekarang sudah saya miliki. Hampir ke mana saja saya pergi, alat ini dibawa-bawa dengan harapan setiap saya membawanya akan menghasilkan tulisan minimal satu judul artikel.
Banyak keuntungan menulis dengan menggunakan netbook daripada buku tulis dan pulpen saja. Setiap ada kesalahan tulis saya langsung bisa memperbaiki tanpa bekas sebagaimana sewaktu saya menulis menggunakan pulpen dan buku tulis. Ada perasaan lain saya menulis dengan alat tersebut, semacam ada dorongan yang amat kuat di dalam diri saya untuk menulis banyak dan memperhatikan kualitas bentuk dan isi tulisannya. Apalagi saya menulisnya pada saat yang tenang, pada saat yang tidak tenangpun saya masih bisa sempat untuk menulisnya.
Ketika di benak dan pikiran saya sudah kehabisan ide atau gagasan tentang kepenulisan, maka saya langsung langsung pergi ke warnet. Ternyata di sanalah saya menemukan banyak idea tau gagasan kepenulisan yang sarat akan makna dan hakikat. Rasanya ide-ide tidak pernah habis ketika saya sudah berada di depan computer untuk mencari ide-ide. Internet ternyata sumber ide yang tidak pernah kering selamanya. Semakin hari semakin bertambah banyak saja ide-ide di berbagai disiplin ilmu. Tergantung mau apa yang saya dapatkan tinggal memilihnya.
Banyak kemudahan-kemudahan yang saya dapatkan dari menulis dengan menggunakan media netbook setelah saya banyak mendapatkan informasi dari internet tersebut. Semoga upaya mendekati media tersebut bisa mengakrabkan saya dengan dunia kepenulisan. Sekarang zamannya yang paling sesuai untuk digunakan media tersebut untuk tulis-menulis. Saya melihat berbagai media cetak khususnya majalah dan surat kabar masih sedikitnya pihak guru yang mau menulis di dalamnya. Maka, hal semacam itu merupakan kesempatan yang sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai tempat mengekspresikan isi hati dan pikiran dalam bidang pembelajaran atau bidang pendidikan.
Saya berbicara tentang maju dan mundurnya kualitas pendidikan, solusi atas masalah, dan berbagai hal yang lainnya, maka saya terbatas bilamana hanya lewat pembicaraan lisan. Oleh karena itu bagi saya kegiatan menulis sangat membantu dalam upaya untuk memperbaiki situasi dan kondisi pendidikan saat ini. Dari pihak pendidik sampai pihak terdidik harus kita arahkan untuk menjadi figur aktif di dalam dunia pendidikan. Para guru harus mampu menjadi motivator yang memperbaiki keadaan pendidikan. Dan peserta didik harus benar-benar menjadi perhatian serius para guru. Di antaranya guru-guru untuk meningkatkan kenerja dalam hubungannya dengan dunia kepenulisan.

Baca Selengkapnya~~ >>
PERSIAPKAN MEMBACA SEBELUM MENULIS
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Bisakah kita menjadi penulis yang baik tanpa persiapan membaca yang banyak? Mungkin bisa saja kita menulis tanpa banyak membaca, tetapi dengan banyak meneliti di lapangan, merenung, berpikir untuk menghubung-hubungkan apa yang kita temukan sebelum kita melakukan menulis tersebut.sekali lagi, kita bisa menulis hanya dengan upaya tersebut tanpa membaca. Namun kita akan kekurangan wawasan dan pengalaman dari para penulis professional. Sangat diragukan kekuatan daya makna tulisan tanpa didasari kegiatan membaca yang teratur. Rasanya sangat dangkal apa yang kita tuliskan. Maukah Anda menulis yang kering akan makna? Bukan berarti kegiatan penelitian, perenungan, perasaan, dan pemikiran tidak penting, tetapi ada kekurangan dari makna yang biasa didapatkan dari kegiatan membaca tersebut.
Membaca bisa memperkaya pikiran sebelum kita memutuskan untuk menulis atau menggeluti dunia kata, kata Pak Hernowo. Membaca yang berhubungan dengan apa yang akan dituliskannya. Kita akan menulis tentang pendidikan, maka kita harus membaca materi yang berhubungan dengan kegiatan menulis tersebut. Begitu juga apabila kita akan membahas masalah kenakalan remaja pada zaman ini, maka kita harus membaca materi yang berhubungan dengan kenakalan remaja tersebut. Seorang dokter akan memberikan resep obat kepada pasiennya terlebih dahulu dia harus mengetahui tentang masalah itu dari bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah itu.
Buku-buku yang patut kita baca untuk meningkatkan kemampuan menulis yang berkualita dan bermakna adalah buku-buku yang tidak hanya terdiri dari deretan kata-kata saja. Buku-buku yang berisi pergulatan pemikiran penulis, dari yang penulis pemula sampai penulis professional. Pemikiran yang sangat penting yang berkaitan dengan bidang kehidupan. Buku-buku yang membebaskan kita dari tekanan hidup, membantu dalam memecahkan masalah kompleks kehidupan.
Penulis memenuhi syarat kekuatan jiwa yang mampu menuliskan pikirannya secara panjang dan bermakna. Kekuatan jiwa yang lahir dari niat yang bersih, tujuan yang jelas, komitmen yang kuat, visi yang tajam, dan sikap mental yang baik. Tidak terbatas kepada orang yang sudah professional dalam bidang kepenulisan saja kekuatan jiwa itu ada. Bagi penulis pemula yang dari langkah awal telah fokus pada keteguhan hati dan pikirannya, maka untuk langkah selanjutnya akan memiliki kekuatan dalam menulis. Melatar belakangi apa yang dituliskannya.
Kita niatkan menulis materi yang dapat menguatkan pikiran dan perasaan kita. Menulis dengan berdasarkan membaca buku-buku tentang kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan social, dan kecerdasan spiritual. Sekarang sedang hangat-hangatnya buku-buku yang membahas masalah itu. Buku-buku yang tidak hanya menekankan keterampilan menulis dan kiat-kiat menulis saja. Menulis yang bisa membangkitkan semangat menulis dengan latar belakang pendidikan, psikologi, dan bisa memperbaiki sikap mental.
Sejak awal kita menulis bertekad untuk menulis yang bisa menghasilkan buku-buku berkualitas. Bisa dikirimkan ke penerbit dan bisa diterimanya dengan materi yang menggugah pembaca yang haus akan ilmu pengetahuan dan informasi pada saat ini. Kita menulis dari hasil membaca yang bisa melompat-lompat lebih lincah lagi dengan pikiran, melalap isi bacaan dan menikmatinya dengan sebaik-baiknya.
Kita menulis yang bisa bermanfaat kepada penulis itu sendiri dan kepada orang lain tanpa dibatasi dengan ruang dan waktu. Itulah kelebihan menulis dari berbicara. Walaupun penulis tidak berhadap-hadapan langsung dengan pembaca tetap bisa dilakuakan tanpa ada hambatan jarak. Masih ada di dunia maupun sudah meninggal dunia selama tulisan itu dibutuhkan, maka tetap masih bisa dimanfaatkan. Betapa banyak dan besarnya jasa-jasa para penulis seperti Imam Gazali dengan buku-buku yang telah ditulisnya. Maukah Anda berjasa seperti para penulis professional tersebut? Orang sehat jiwa dan raganya akan senang hidup seperti para penulis professional sukses dalam bing apa saja. Semoga tercapai apa yang kita lakukan menulis dengan kekuatan hati dan pikiran seperti mereka. Terpenting mari kita niatkan dengan ikhlas bahwa menulis seperti itu merupakan ibadah lewat tulisan.

Baca Selengkapnya~~ >>
PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI MEMBACA
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Sebagaimana badan kita apabila ingin sehat tentu kita harus makanan yang bergizi, berolah raga, dan hidup teratur. Pikiran dan perasaan kita juga harus selalu positif dengan upaya menambah wawasan ilmu pengetahuan, informasi, dan pengalaman melalui membaca. Kita akan menguasai berbagai ragam kosa kata dengan banyak membaca tidak mengenal lelah, komitmen pada keyakinan bahwa dengan membaca kehidupan kita akan terangkat.
Membaca identik dengan menuntut ilmu sebagai mana yang diperintahkan agama Islam. Menuntut ilmu dari mulai kita dilahirkan sampai meninggal dunia diwajibkan bagi umat Islam. Apa yang menurut agama kita wajib harus kita laksanakan dengan penuh kedisiplinan, karena di balik apa yang diperintahkan Allah akan mengandung hikmah yang bukan main-main manfaatnya.
Sebelum kita membahas lebih lanjut ilmu pengetahuan lebih luas lagi, maka kita terlebih dahulu mengenal tentang kosa kata setiap apa yang kita baca. Banyak dan tidaknya kosa kata apa yang kita miliki adalah tergantung dari banyak dan tidaknya kita membaca dan menguasai bahan bacaan. Juga tergantung pada kualitas dan tidaknya bahan bacaan yang dibacanya.
Oleh karena itu alangkah baiknya kita mulai saat ini banyak memiliki bahan-bahan bacaan dengan kualitas yang memadai. Kemudian kita biasa dan mampu membacanya dengan penuh kesungguhan. Dari pada banyak barang-barang mewah di rumah, lebih baik banyak buku atau bahan bacaan yang memenuhi kualitas. Awali dahulu di dalam hati ada perasaan cinta pada buku-buku dan bahan bacaan lainnya, kemudian cinta untuk membaca dan mengembangkannya lewat menulis apa yang telah dibacanya.
Artikel ini tujuannya agar pembaca memiliki perbendaharan kosa kata yang memadai dalam menanggapi berbagai tugas dan kewajiban di bidang ilmu yang dikuasainya. Dengan banyak kosa kata yang kita kuasai, maka kita akan lebih mengetahui tentang ilmu pengetahuan dan informasi yang pada saat ini sangat dibutuhkan. Dapat kita saksikan bahwa orang yang lebih banyak menguasai kosa kata yang banyak lebih unggul dari pada orang yang tidak menguasainya.
Orang yang banyak menguasai kosa kata lebih berperan aktif pada zaman informasi dan komunikasi ini. Rasanya hidupnya lebih efektif dari pada orang lain pada umumnya. Setiap kegiatan membaca, maka para pembaca akan selalu bertambah kosa kata yang dimiliki. Minimal setiap kali kita membaca buku atau artikel ada saja satu atau lebih kata-kata yang dibacanya, maka dalam waktu satu bulan akan bertambah banyak.
Dalam berbicara secara lisan atau tulisan bagi orang yang rajin membaca buku-buku dan bahan bacaan lainnya, mereka akan kaya dengan kosa kata. Jauh berbeda pembicaraan dan tulisan orang-orang yang kaya akan kosa kata dengan orang lain pada umumnya. Walaupun banyak apa yang dikatakan secara lisan atau tulisan orang yang tidak biasa membaca, tetap materi pembicaraannya berputar-putar di sekitar ruang lingkup yang sangat terbatas.
Kita tidak melihat apakah orang itu sarjana atau bukan, terpenting hasil apa yang dimilikinya itu bisa diketahui dari pembicaraannya. Tidak kita bisa dibohongi bahwa orang malas membaca ilmu kebahasaan dan ilmu lainnya akan terbatas. Apabila pendidikan disampaikan oleh para guru yang malas membaca akan terjadi pendidikan yang kering dengan makna. Banyak membaca akan banyak kosa kata yang kita miliki dan akan banyak pula wawasan dan pengalaman yang dimilikinya.
Manfaat banyaknya kosa kata yang kita miliki, maka kita akan lancar dalam proses belajar bagi siswa, maha siswa, dan para pembelajar pada umumnya. Bagi para guru akan lancar dalam pelaksanaan mengajar atau mendidiknya. Kosa kata yang kita miliki bisa berfungsi sebagai bahan apersepsi yang akan memperlancar proses belajar mengajar. Dapat kita perhatikan sewaktu pelaksanaan proses pembelajaran, apabila para siswanya rajin-rajin membaca akan lancar dan aktif, karena kosa kata yang dimiliki siswa tersebut banyak membantu pemahaman.
Marilah kita semua, apakah itu guru, siswa, orang tua atau siapa saja yang berniat ingin menjadi pembelajar dan pekerja yang baik, maka kita harus banyak membaca untuk mendapatkan kosa kata yang mengandung makna kehidupan. Semoga kita selalu menjadi penuntut ilmu sebagaimana yang diperintahkan Allah di dalam Al-Quran. Selamat mencoba.
Baca Selengkapnya~~ >>
PENGEMBANGAN IDE
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Sebelum menulis saya harus mampu menggali atau menguji ide, mengumpulkan bahan, dan mulai menulis dengan hati dan pikiran kita. Begitu pula Anda sebelum menulis harus sudah memahami ide dan menggalinya dari berbagai sumber bacaan, baik bacaan dari media cetak maupun dari media elektronik. Ide-ide bisa kita dapatkan pula dari pengamatan, pengalaman langsung, pengalaman tidak langsung, pendapat, obrolan, pemikiran, perasaan, dan media tontonan sekaligus tuntunan. Kebanyakan ide muncul ketika kita membaca berita di koran atau melihatnya di televisi. Dari sanalah kita bisa memunculkan ide-ide aktual, inspiratif, dan menarik. Ide-ide harus kita gali dan kita kembangakn melalui kegiatan menulis.
Setelah mendapatkan ide untuk menulis, maka kita siapkan bahan-bahan sebagai pendukung dalam mengembangkan ide-ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Bahan-bahan yang kita buat sendiri seperti kliping koran atau majalah, kumpulan artikel tentang masalah yang akan kita tulis itu. Dan bahan-bahan yang berasal dari buku bacaan dan internet. Di sinilah pentingnya kita memiliki perpustakaan pribadi atau kliping koran atau majalah. Apabila bahan-bahan yang sesuai dengan apa yang akan kita tuliskan sudah terkumpul memadai, maka langkah menulis akan mudah. Tinggal bagaimana kita dalam mengatur pola pikir dan penataan hati dalam merangkaikan kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi wacana yang utuh.

Sebagai penulis pemula, ketika mulai menulis, jangan memikirkan bagaiman menulis yang bagus. Kita jangan dulu terpaku oleh tata cara penulisan yang sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Setiap kata yang akan dituliskannya selalu memperhatikan aturan kebahasaan tentu hasilnya tidak akan pernah jadi. Tulisan kita tidak akan pernah bisa selesai, karena setiap kita melihat kesalahan menulis langsung menulis kita berhenti. Banyak waktu tersita hanya gara-gara kesalahan bentuk tilisan belum sampai pada inti pembahasan. Kejadian menulis semacam itu tidak akan mengahsilkan tulisan yang baik dan tidak akan pernah selesai-selesainya. Setiap menulis tentu tidak akan mengahasilkan tulisan yang tuntas.

Sebaiknya kita langsung saja menuliskan apa yang ada di pikiran atau yang ada di hati kita. Kita menulis dengan gaya penulisan bebas, layaknya menulis surat, mengisi buku harian, atau menulis jawaban soal ujian di bangku sekolah atau kuliah. Biarkan tulisan kita mengalir. Pertama kali kita menulis tentu tidak sempurna, jangankan kita masih pemula dalam bidang tulis-menuli, bagi para penulis seniorpun suka mengalami kesalahan. Tidak perlu kita menunggu sampai tulisan kita sempurna. Janganlah kecewa jika kita gagal untuk menghasilkan kualitas yang tinggi dalam tulisan pertama. Pokoknya teruslah kita memulainya. Daripada kita memikirkan baik dan tidaknya tulisan kita lebih baik kita meneruskan tulisan tersebut sampai tuntas seolah-olah sampai tidak ada lagi yang akan kita tuliskan.

Kita bisa berlatih menulis dalam buku harian. Kita bisa memanfaatkan berbagai fasilitas netbook, laptop atau komputer sebagai pengganti buku harian. Di pagi hari, atau sebelum pulang kerja atau kuliah, kita ceritakan aktivitas harian yang menarik, dan beri komentar tentang pengalaman menarik hari itu. Boleh juga sesekali menulis surat pembaca, atau mengomentari tulisan, artikel di media, atau sekadar tulisan di blog orang lain. Agar tulisan kita runtut, buatlah dulu garis besar isi tulisan mulai dari pendahuluan, pokok bahasan, hingga bagian penutupnya. Tentukan tujuan kita menulis, siapa pembacanya, dan apa topik tulisannya.
Secara umum, tahap-tahap menulis adalah menentukan topic dari hasil membaca, menyimak, diskusi, perenungan, refleksi diri atau evaluasi diri. Setelah itu kita harus membuat garis besar tulisan kita. Sebagai patokan agar tulisan kita tidak melantur ke mana-mana. Kita hindari menulis berbelok arah dan menjauh dari batasan. Oleh karena itu pentingnya menulis pakai garis besar atau outline. Bagi penulis pemula outline sangat membantu untuk mempermudah proses menulis. Penulis pemula sangat tergantung pada outline, tetapi bagi saya tergantung bagaimana bisa dan tidaknya kita menulis dengan hati terdalam saat menulisnya. Outline bisa kita gunakan dan bisa tidak kita gunakan terpenting adanya kekuatan hati yang mendasarinya. Namun bagi kita pakai outline sangat membantu kelancaran dan ketuntasan tulisan kita. Sebelum menulis kita sudah mengetahui materi penulisan dari awal sampai akhir.
Penguasaan outline dan kerangka berpikir sudah kita kuasai alangkah sempurnanya tugas kita dalam menulis. Proses selanjutnya adalah menulis bebas tanpa ikatan outline atau sumber literatur, kemudian kembali menulis pakai outline. Penulisan ulang sesuai dengan bahan literatur dan pengeditan sendiri dengan perbaikan atau penambahan untuk kata-kata yang tidak perlu ditulis atau tidak bermakna.
Apabila kita ingin mengeluti profesi sebagai penulis harus memiliki tekad dan keuletan, kesabaran dalam meraih keinginannya. Menulis adalah seni. Untuk menjadi penulis profesional kita harus merencanakan berlatih menulis secara sungguh-sungguh, seperti seorang pemain sepak bola yang ingin tampil prima di lapangan, maka perlu latihan yang sungguh-sungguh dan konsisten melakukannya. Saat penulis AC. Spectorsky (1959) memberi tugas bagi penulis pemula, yang ia tugaskan bukan menulis, melainkan meluangkan waktu untuk menyepi, lalu merenung, berpikir sepanjang hari, dan bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya akan menjadi penulis?”. Hal itu dilakukan, “karena banyak orang yang ingin jadi penulis, namun hanya beberapa yang benar-benar mau menulis,” ungkap Spectorsky.
Kemauan atau ambisi untuk dapat menulis (menjadi penulis) akan menimbulkan semangat, keuletan, dan mendorong seseorang melakukan apa saja yang memungkinkannya mencapai kemampuan menulis. Misalnya mengikuti pelatihan jurnalistik, membaca buku-buku petunjuk menulis, berlatih dan sebagainya. Di sini berlaku papatah, “di mana ada kemauan di situ ada jalan” atau “siapa yang sungguh-sungguh pasti mampu mewujudkannya”. Jangankan penulis pemula, penulis yang “sudah jadi penulis” pun jika tidak ada kemauan, tidak akan membuat tulisan/artikel.



Baca Selengkapnya~~ >>
PENCERAHAN LEWAT MENULIS
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Kekayaan lewat menulis bisa kita usahakan dengan memfokuskan diri dalam kegiatan menulis. Sesuai pendapat Johan Wahyudi, dosen tamu di STMIK Muhammadiyah Jakarta, bahwa untuk menjadi kaya dari menulis kita harus fokus pada kegiatan menulis dan menjadi writernership. Sebenarnya banyak materi yang membahas tentang bagaimana kita kaya dari menulis buku. Ada yang mengatakan bahwa menjadi penulis itu mudah, tidak memerlukan modal besar, tetapi hanya memerlukan ketekunan dan keterampilan mengelola kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi wacana lengkap sesuai dengan jenis dan bentuk tulisan yang akan kita pilih.
Untuk menjadi penulis yang mampu menghasilkan karya tulis yang berkualitas dan menghasilkan uang, kita perlu memiliki pengalaman hidup diri kita maupun pengalaman orang lain. Kita bisa menuangkan tulisan tentang pengalaman hidup orang-orang sukses. Para tokoh menurut bidangnya masing-masing dapat kita sampaikan lewat tulisan. Kita belajar dari keberhasilan orang-orang lewat tulisan. Kita akan merasa penting untuk banyak membaca tulisan tentang orang-orang penting tersebut.
Kegemaran belajar dan berlatih menulis cerita yang panjang maupun yang pendek, menulis artikel yang menarik untuk dibaca, dan menulis buku yang berkualitas merupakan suatu keniscayaan untuk berhasil. Banyak melakukan latihan menulis secara terus-menerus secara efektif akan mampu menulis dengan baik. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa bersifat produktif (menghasilkan) yang harus sering dilatih. Bukan banyak dibicarakan tentang teori-teori kepenulisannya. Menulis adalah praktek, melakukan kegiatan mengekspresikan isi hati dan pikiran lewat kata-kata.
Persiapan menjadi penulis yang baik dan banyak menghasilkan tulisan, maka kita harus siap dikritik. Bahkan kritikan merupakan keharusan bagi kita yang mau terjun ke dunia kepenulisan. Ada kritikan pada tulisan kita menunjukkan akan adanya perubahan karya kita kea rah perbaikan demi perbaikan. Apabila kita mendapat kritikan tidak tersinggung, malahan merasa bahagi tulisan kita diperhatikan. Semakin sering tulisan kita dikritik menunjukkan bahwa tulisan kita masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kita tidak perlu mau menjawab kritikan tersebut, tetapi harus berterima kasih atas waktu dan kesempatan mengkritiknya. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. dalam menulis posisikan diri anda sebagai pembaca.
Dalam menulis kita harus memiliki ide-ide yang bersifat inovatif. Setiap kita menuliskan suatu cerita, artikel atau buku, kita harus selalu menuangkan ide-ide yang baru sehingga pembaca, tidak bosan dengan tulisan kita. melihat peluang yang berbeda dari tulisan yang ada. Bila kita mampu menangkap peluang pasar, dan melakukan inovasi baru dalam tulisan kita, maka jangan heran bila buku kita diserbu oleh ribuan pembaca. Di samping itu, untuk memulai menjadi seorang penulis, kita harus selektif dalam membaca. Dari situ akan muncul ide baru untuk bacaan apa yang sering kita tuliskan. Apakah kita senang dengan bacaan yang berisi cerita fiksi atau yang berisi cerita non fiksi ? Hanya diri kita sendirilah yang tahu. Dari situlah kita bisa mengetahui kebiasaan kita. Dan kita tuangkan dalam bentuk tulisan.
Sebenarnya untuk menjadi penulis kita harus berani menuangkan ide-ide tulisan yang dapat membuka wawasan orang menjadi terbuka, dan tidak terpaku pada satu ide atau pandangan saja. Seorang penulis harus selalu menjadi sumber pencerah gagasan, dan merubah pikiran yang mandeg dari pembaca, menjadi pembaca yang mampu membuka pikiran dan gagasan yang terus mengalir.
Baca Selengkapnya~~ >>
MOTIVASI MENULIS BAGIKU
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Motivasi pada dasarnya adalah alasan atau dorongan untuk bertindak. Motivasi menulis merupakan dorongan untuk melakukan tindakan menulis. Menulis berdasarkan inti kebenaran, kejujuran, keberanian, ketaatan, keasabaran, dan segala hal yang menunjukkan kebenaran yang lainnya. Motivasi menulis yang timbul dari dalam maupun dari luar diri banyak pengaruhnya bagi tingkat keberhasilan kita dalam kegiatan menulis selanjutnya. Terutama yang perlu kita kembangkan adalah motivasi menulis yang ada dari dalam diri kita. Hambatan apapun rasanya tidak ada pengaruhnya untuk tidak menulis. Situasi dan kondisi apapun tidak membuat rintangan untuk tidak mau menulis.
Menulis berdasarkan motivasi akan lebih cepat suksesnya daripada menulis tanpa motivasi. Dengan menulis yang berkualitas akan bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita amati, dan apa yang kita diskusikan kita tuliskan dengan motivasi. Manfaatnya bagi kemaslahatan umat. Menulis untuk hidup dan hidup untuk menulis bukan kita sekedar kita hidup untuk makan dan melakukan keburukan. Jadi menulis merupakan dorongan bagi kita agar kita lebih berarti dan selamat di dunia dan akhirat.
Dari sini akan membawa kepada sebuah pertanyaan besar, mengapa kita hidup? Mengapa kita ada di dunia ini? Siapa saya? Banyak orang yang berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Namun mereka tidak akan menemukan jawabannya atau menemukan jawaban yang salah selama mereka mencari dari sumber yang salah. Kita cari jawaban mengapa kita hidup dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kita harus sering bertanya kepada pemilik kebenaran, yaitu Allah SWT. Jawabannya ada di dalam Al-Quran dengan tafsir dan terjemahannya untuk mempermudah dan mempercepat pemahaman bagi setiap orang yang belum mampu menahaminya langsung.
Kita bisa hidup dengan menulis dan kita bisa menulis dengan kehidupan yang serba positif dan baik selamanya. Seharusnya, jika kita bertanya mengapa kita hidup, kita harus bertanya kepada Yang Menghidupkan kita. Tiada lain adalah Allah SWT. Dan, Allah SWT sudah menjawab pertanyaan kita ini dan dituliskan dalam kitab suci kita Al Qur’an. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Ad Dzariat:56). Kita menulis agar bisa hidup dengan proses penyembahan yang sesuai dengan aturan-Nya.
Salah satu kegiatan menulis yang bisa membuat kita hidup yang berarti, maka kita harus berdasarkan visi bahwa kita hidup itu fokus pada penyembahan kepada Allah. Setiap aspek kehidupan harus berdasarkan visi dan misi beribadah kepada Allah.Hanya ibadahlah yang menjadi motivasi hidup sejati kita. Hidup kita tiada lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Segala gerak gerik kita, pemikiran kita, dan ucapan kita harus dalam rangka beribadah kepada Allah.
Tentu saja, pemahaman ibadah di sini adalah ibadah secara integral. Bukan hanya ibadah ritual saja, tetapi ibadah secara kesuluruhan. Artinya semua aspek kehidupan yang kita jalani harus dalam rangka ibadah. Jika ibadah sudah menjadi motivasi hidup kita, inilah yang perlu kita lakukan. Jadikan, semua yang kita lakukan saat ini menjadi bernilai ibadah. Tapi hati-hati, ada berbagai tindakan yang tidak bisa diubah menjadi ibadah yaitu tindakan yang nyata-nyata perbuatan maksiat. Untuk tindakan maksiat, harus dihentikan dan diganti dengan ibadah.
Untuk mengganti tindakan “biasa” menjadi tindakan ibadah ialah dengan dua cara, yaitu niatkan sebagai ibadah dan lakukan dengan cara yang sesuai syariat. Ketahui apa saja ibadah yang harus kita lakukan dan lakukanlah sesuai kemampuan kita. Ketahuilah apa yang dilarang jangan kita lakukan. Hidup kita seluruhnya adalah ibadah. Salah satunya adalah menulis yang berisi nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai sosial, nilai-nilai kebenaran secara umum.
Baca Selengkapnya~~ >>
MERAIH IMPIAN MENJADI PENULIS
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Pada waktu awal menjadi guru, aku belum menjadikan menulis sebagai kegiatan yang membahagiakan. Mempelajari teori kepenulisan dan berlatih menulis sekedar mengisi waktu luang saja tanpa keinginan aku untuk menjadi penulis. Memang waktu itu keadaan keuangan kami sekeluarga memadai. Aku tanpa harus susah payah membiasakan diri menulis setiap hari dan malam. Tuntutan kebutuhan belum banyak sehingga aku tanpa harus mencari sumber keuangan selain uang gaji. Namun setelah aku meneruskan kuliah dan begitu juga anak-anakku kuliah baru terasa pentingnya menambah sumber penghasilan lain. Di antanya kegiatan menulis bisa dijadikan sumber penghasilan sambil berdakwah lewat tulisan. Aku tidak ada yang menyalahkan menulis sebagai sarana perjuangan sambil mencari nafkah.
Waktu belum ada tantangan kebutuhan yang banyak, aku tidak ada niat kegiatan menulis untuk sarana mencari nafkah. Menulis bukan pekerjaan yang aku impikan. Yang menjadi impian siang dan malam aku adalah menjadi seorang guru bergelar sarjana yang memiliki uang gaji besar. Pada kegiatan menulis tidak ada niat untuk lebih terampil lagi. Aku tidak berniat untuk mengembangkan kegiatan menulis. waktu itu aku hanya berniat menjadi seorang guru yang banyak digunakan oleh banyak pihak selain aku menjadi guru SD, aku ingin berguna di SMP, MTs, SMA. Dan di Perguruan Tinggi. Aku banyak menjadi tenaga honor di sekolah selain SD. Kesannya aku mampu mengajar di sekolah yang lebih tinggi tanpa mempertimbangkan berapa besarnya aku mendapatkan upah kerja. Mungkin aku terlalu mabuk sanjungan dikatakan orang super sibuk dan banyak gunanya di mana-mana. Ternyata yang merasakan hanyalah diri sendiri.
Setiap hari dari pagi sampai menjelang waktu Maghrib aku bekerja menjadi guru tetap di SD dan menjadi guru honorer di MTs, SMP, SMA, dan pernah di Perguruan Tinggi yaitu di UNMA Jarak Jauh dan di UT. Sungguh bahagia aku waktu itu dengan banyak pekerjaan tersebut walaupun upahnya sangatlah jauh dari memadai. Waktu pelaksaannya cukup lama dari tahun 1982 di SMP Jiput sampai tahun 1984, dari tahun 1987 sampai tahun 1990 di MTs MA Cening Kecamatan Jiput (sekarang Cikedal), dari tahun 1996 sampai tahun 2000 di SMAN Labuan (sekarang SMAN 3 Pandeglang), dari tahun 1999 sampai tahun 2002 di SMAN Jiput (sekarang SMAN 11 Pandeglang, tahun 2002 menjadi dosen UNMA kelompok Pagelaran dan tahun 2003 sampai tahun 2004 di UT. Itulah yang membuat aku bahagia. Namun setelah anak-anakku kuliah mulai aku merasa pentingnya bekerja menambah penghasilan yang lebih besar tanpa menghilangkan nilai ibadah.
Sebenarnya bekerja sebagai tenaga honorer betapapun tingginya sekolah atau perguruan tinggi tempat aku bekerja, tidak menjamin aku bisa mendapat honor yang besar. Yang ada hanyalah perasaan senang saja pada waktu itu sementara waktu aku sudah mempunyai anak yang kuliah terasa tidak mencukupinya. Bahkan biaya yang aku keluarkan untuk kuliah aku saja kewalahan. Bank dan koperasi yang dijadikan tempat mengaduhnya. Pada waktu itu tidak terpikirkan bagaimana aku mencari penghasilan yang lebih besar lagi selain gaji bulanan. Menulis sekedar kegiatan mengisi waktu luang saja. Padahal aku pada tahun 1996 sudah mampu menulis artikel yang dimuat di Majalah Suara Daerah Jawa Barat dengan honor Rp.80.000,00 setiap judulnya. Waktu itu masih terasa besar bagiku dan bisa aku belikan barang-barang yang bermanfaat. Sungguh sayang tidak aku kembangkan terus. Aku berhenti menulis artikel setelah Banten menjadi propinsi dan terpisah dari Propinsi Jawa Barat.
Apabila dikembangkan terus tentang kebiasaan menulis sejak diterimanya artikel oleh redaksi Majalah Suara Daerah Jawa Barat mungkin aku telah menjadi penulis buku. Murid aku yang pada waktu itu masih duduk di bangku SD sewaktu aku memperlihatkan artikelku, sekarang sudah menjadi penulis muda yang inspiratif. Apalagi aku sudah lebih awal dari dia. Aku punya bakat menulis sejak kelas 4 SD apabila dikembangkan tentu akan menghasilkan penulis berbakat. Namun aku tidak akan membahas kelemahan mengapa aku tidak mengembangkan menulis sejak waktu itu. Terpenting aku mulai saat ini pula harus berniat untuk menjadi penulis yang aktif, kreatis, produktif, dan inspiratif bagi para pembaca setia. Walaupun usiaku sudah 50 puluh tahun, aku akan memelihara semangat menulis tanpa harus kalah oleh orang-orang yang usianya masih muda.
Suatu impian tidak dilarang Allah, tetapi sangat dianjurkan sekali dalam upaya untuk meningkatkan kualitas diri. Aku memperhatikan karya-karya besar seperti Imam Gazali mampu menulis buku yang tebal-tebal dan berkulitas sampai saat ini. Hal menunjukkan beliau sangat ahli dalam bidang menulis. beliau menulis dengan hati nurani terdalam. Setelah bertahun-tahun beliau menjadi ahli dalam perdebatan. Beralih sebagian waktu dan kesempatannya dengan menulis tentang kebeningan hati. Padahal waktu itu sarana dan prasarana untuk menulis sangatlah terbatas tetapi mampu melebihi para penulis pada saat ini yang sudah lengkap sarana dan prasarananya. Tentu dalam hal ini berbeda pada tingkatan kualitas dalam memanfaatkan hati nurani sebagai panglima pada saat menulis. Menulis atas dasar dorongan ketulusan hati dan pendekatan kepada Allah yang tidak kepalang tanggung. Beliau dan setingkat beliau dalam menulis sungguh-sungguh tanpa mau berbuat setengah-setengah.
Aku sekarang memohon kepada Allah semoga aku mampu menulis dengan kekuatan hati yang telah dilimpahkan Allah kepadaku. Otak dan hati yang diberikan Allah akan aku gunakan untuk menulis yang dilakukan sepenuh hati. Aku tidak akan menghiraukan usia telah tua, aku tidak akan terbatas dengan waktu sudah larut malam atau sibuknya pekerjaan lain. Aku tidak akan terhalang menulis gara-gara tidak ada semangat menulis. Akan aku biarkan semua kendala untuk tidak menulis. menulis akan aku jadikan tempat mengekspresikan isi hati dan pikiranku sepenuh hati. Aku tidak akan membiarkan kesempatan baik ini sebagai peluang yang mampu menuju ke pintu gerbang kesuksesan. Menulis akan aku jadikan impian dasyat yang akan mampu mengangkat kualitas diri dan kehidupanku. Biar aku terkesan terlalu menyombongkan diri dengan menulis ini. Dalam hati aku tidak berniat untuk menyombongkan diri, tetapi sekedar memotivasi kepada rekan-rekan guru untuk mengembangkan potensi kepenulisan kita masing-masing.
Menulis aku yakini sebagai perbuatan mulia yang akan membuka tirai ketidakjujuran, memberi pencerahan terus-menerus kepada diri sendiri dan orang lain yang mau membaca tulisanku. Dengan menulis aku mau mencurahkan segala perasaan sedih dan senangnya diriku dalam mengadapi keadaan. Susah dan senangnya akan aku jadikan sebagai sarana pembelajaran dalam proses pendewasaan diri. Menulis bukan sekedar tujuan finansial belaka, tetapi menulis akan aku untuk mendekati kebenaran sebagaimana tersurat dalam buku-buku Asmaul-Husna. Sifat-sifat Allah mesti aku dekati lewat sarana menulis ini. Berbarengan dengan upaya ibadah dan beramal saleh. BERSAMBUNG
Dulu sebagai penulis tidak begitu menarik hati dengan alasan tidak menghasilkan uang yang menjanjikan. Adapun ada beberapa orang yang sudah diterima tulisannya di suatu majalah tingkat kabupaten tidak mendapat upah sedikitpun. Dalam pikirannya orang tersebut untuk apa cape-cape menulis tanpa menghasilkan. Sebagian pihak media cetak kurang memperhatikan kemauan para penulis pemula untuk memberi penghargaan. Namun apabila kita prediksi masa mendatang kegiatan menulis merupakan kegiatan mulia. Ada yang mengatakan bahwa menulis adalah upaya berjuang melalui media tulis atau dakwah dengan tulisan. Dengan menulis para pembaca akan mampu mendapatkan informasi dan pengaaman orang lain lewat tulisan.
Meraih impian menjadi penulis ibarat memandang satu titik tanpa mau membagi-bagi perhatian. Kepastian bisa kita raih dengan kepastian pandangan dan keyakinan akan kekuasaan Allah untuk mengabulkan-Nya.
Baca Selengkapnya~~ >>
MENYIKAPI KARAKTER ANAK
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Karakter adalah sifat yang dibawa oleh setiap orang. Setiap orang memiliki karakter berbeda atau mempunyai karakter masing-masing. Karakter lebih mengarah pada moral dan budi pekerti seseorang, tentunya yang bersifat positif. Apabila guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran telah memahami karakter siswanya, maka hasil yang diperolehnya akan lebih optimal. Berbeda dengan guru yang sama sekali tidak memahami karakter siswa tersebut. Ukuran keberhasilan belajar siswa dapat diketahui dari tingkat pemahaman tidaknya guru terhadap karakter masing-masing siswanya. Menurut pengamatan sepintas saya, pendidikan budi pekerti siswa zaman sekarang jauh di bawah pendidikan karakter siswa ketika saya masih sekolah. Mengapa demikian? Memang berbeda para siswa waktu dulu menerapkan pendidikan karakter setiap saat. Sebelum pelaksanaan belajar maupun di luar jam pelajaran para guru dan siswa menerapkan pendidikan karakter tersebut.
Sebelum masuk ke ruangan kelas, siswa diperiksa kebersihan badan, kuku, rambut, dan pakaian. Mereka berbaris secara tertib sebelum masuk kelas. Siswa yang kotor atau tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan diselesaikan dulu. Ditanya atau terkadang yang rambutnya gondrong dipotong dulu. Pendidikan budi pekerti sangat diutamakan selain pendidikan yang menekankan pikiran atau pengetahuan. Perlakuan siswa kepada guru sangat baik, berbeda dengan zaman sekarang, hanya sebagian kecil saja yang masih memperlakukan baik kepada gurunya. Dulu ada pelajaran tatakrama dalam berbicara atau bersikap siswa terhadap gurunya. Oleh karena itu pendidikan tatakrama atau karakter siswa harus segera kita sikapi dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan keberhasilan kualitas pendidikan secara kuantitas dan kualitas bisa tercapai dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan karakter di masa sekarang sangat penting kita laksanakan di sekolah-sekolah. Mengapa betapa pentingnya pendidikan karakter dilaksanakan di sekolah-sekolah? Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pendidikan karakter merupakan bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak (Pusat Bahasa Depdiknas). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter siswa. Guru membantu membentuk watak siswa. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Memang keteladanan guru dalam berbagai kesempatan perlu kita arahkan ke karakter yang baik supaya langsung dapat dilihat siswa. Tidak mungkin penerapan karakter yang baik tanpa ditunjang perilaku guru itu sendiri yang baik pula. Rasanya tidak baik guru mengajar di kelas dengan menggunakan bahasa yang kasar atau mengajar sambil merokok di depan kelas. Ada peribahasa guru kencing berdiri, maka siswa akan kencing sambil berlari.
Pendidikan karakter sama dengan pendidikan moral menurut T.Ramli (2003), yaitu memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Adapun tujuannya untuk membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Pada saat ini pendidikan karakter mau tidak mau harus diterapkan di sekolah, karena merupakan tuntutan berdasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus yang sering kita lihat di televise. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Tentu kita sebagai guru sepakat bahwa upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal itu sangat penting. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
Yang kita harapkan dari proses pembelajaran adalah terciptanya siswa yang memiliki karakter baik, memiliki ilmu dan keterampilan yang siap pakai. Dari ilmu pengetahuan yang paling sederhana sampai pengetahuan yang lebih tinggi sesuai dengan tahapan mereka belajarnya. Terpenting adanya karakter yang baik sehingga membentuk kepribadian, perilaku, sifat, tabiat, dan watak yang mulia. Terbentuknya manusia yang berkepribadian utuh, banyak ilmu pengetahuan, mampu mengaplikasikan dengan landasan karakter yang terpuji. Itulah pentingnya pendidikan karakter diterapkan di sekolah-sekolah yang sudah lama meninggalkannya.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib.
Diharapkan siswa memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan siswa mampu bertindak sesuai potensi dan kesadaran yang menunjukkan karakter mulia seperti di atas. Karakter mulia yang dijadikannya sebagai karakteristik yang direalisasikan sebagai individu yang memiliki intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku terpuji. Mempunyai ciri-ciri sebagai orang yang memiliki keunggulan. seseorang yang berkarakter unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Allah, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi ilmu pengetahuan dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam olah hati, olah pikir, olah raga dan kinestetik, dan olah rasa dan karsa. Sekarang adanya pembahasan tentang kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan finansial, kecerdasan kinestik, dan kecerdasan spiritual. Semua kecerdasan tersebut harus ada di dalam diri siswa atau diri kita semua supaya pendidikan di negara kita berciri khas. Itulah sebabnya tulisan ini saya niatkan agar para siswa memiliki kepribadian yang menunjukkan cirri khas berkarakter yang terpuji. Bukan karakter ikut-ikutan tanpa kepribadian terpuji. Bukan karakter yang mengatasnamakan demokrasi tanpa tatakrama penyampaiannya. Yang dibawa atau diperjuangkannya adalah kebenaran tetapi disampaikan dengan cara tanpa karakter terpuji. Hal itu tidak menunjukkan karakter terpuji malah karakter tercela.




Baca Selengkapnya~~ >>
MENUNJUKKAN KARAKTER BANGSA

(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Mana buktinya orang yang telah bercirikan karakter bangsa pada saat-saat ini? Aku belum mampu menunjukkan karakter bangsa yang memadai walaupun aku bekerja sudah mencapai tigapuluhtahunan. Ada beberapa hal yang menyebabkan aku lemah dalam karakter. Di antaranya, aku terbiasa hidup dengan orang-orang yang tidak berkarakter bangsa. Misalnya, aku dan keluarga dalam berbicara dengan bahasa yang kasar, setiap pagi belum semua berlaku sopan santun, bersalaman dengan istri ketika akan pergi dan setelah dating dari pekerjaan. Mungkin hal tersebut masih belum terbiasa.

Namun aku dengan anak yang kedua dan ketiga sudah membiasakannya terutama anak yang bungsu sangat komitmen dalam menerapkan karakter sopan-santun. Belum menjadi teladan bagi istri mungkin sudah menjadi tradisi sejak kecil yang terbawa-bawa melekat dalam kepribadiannya. Apalagi masih ada yang lemah dalam diriku menurut pandangannya. Biarlah sudah penilaian yang pada dirinya untuk aku. Aku lebih baik hidup berdasarkan realitas atau kenyataan sebenar-benarnya dalam bertingkah laku.

Aku berkesan dengan gaya bertutur salah seorang Widyaswara ketika aku mengikuti Diklat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) tahun 2011 pada tanggal 3 sampai dengan 8 Agustus 2011 di Badan Diklat Banten (di Karangtanjung). Orangnya masih muda kelahiran 1980, seorang perempuan cantik yang sudah memiliki anak masih kecil. Walaupun lima hari aku mengikuti Diklat, aku tidak merasa jemu sebab sikap dan perilakunya yang santun membuat aku berkesan. Itulah orang yang telah berkarakter bangsa yang memadai melebihi aku yang sudah tua.

Kestabilan emosi ternyata sangat berperan dalam kehidupan setiap orang. Karakter yang sopan akan membuat orang merasa senang, waktu lama sekalipun tidak membuat halangan untuk merasa bosan mengikuti kegiatan apapun. Karakter yang baik akan laku di dunia glabal yang hamper dilupakan banyak orang. Apalagi orang yang setiap hari dan malamnya selalu bergelut dengan benda-benda mati. Orang-orang terbiasa bergelut dengan computer atau internet sementara hubungan dengan manusia lain disamakan dengan benda-benda tersebut.

Karakter lemahpun masih kurang dimiliki oleh sebagian orang yang hidup dengan manusia lainnya. Bergerak dalam dunia politik, para politisi suka memakan sesamanya di mana orang lain tersebut menghalangi perjalanan hidupnya. Hidupnya selalu dihinggapi prasangka bahwa orang lain harus berada di bawah untuk dijadikan alat dalam mencapai tujuannya. Baik orang yang selalu berhubungan dengan benda mati maupun yang selalu berhubungan dengan manusia lain selama diri pelakunya tidak mengindahkan nilai-nilai kepribadian benar, maka yang ada hanyalah penyelewengan demi penyelewengan belaka.

Mulai saatnya aku berguru secara tidak langsung kepada orang-orang seperti yang aku contohkan di muka. Bukan usia tua saja yang menjadi ukuran keteladanan selama orang tersebut masih belum menunjukkan pribadi berkualitas. Usia muda juga bilamana perlu bias dijadikan contoh bagi kita. Sungguh terpuji bagi siapa saja yang telah menimbulkan kesan positif bagi sesame. Dengan kepribadian terpuji akan membuat orang tanpa menyadari bias mengidolakannya.

Hanya diri sendiri saja yang terlebih dahulu untuk menilai apakah sudah mencirikan kepribadian baik atau belum. Bilamana kita belum menunjukkan pribadi yang baik, maka kita harus bersegera memperbaiki diri bukan mengandalkan orang lain yang memperbaiki pola perilaku kita. Upaya instropeksi diri sangatlah penting kita miliki dalam menghadapi era glabalisasi ini. Sementara nilai-nilai sopan santun hampir dilupakan, baik oleh orang yang terpelajar maupun orang awam. Yang aku herankan masih ada orang yang yang berpendidikan tinggi atau berjabatan tinggi pula belum menunjukkan kepribadian terpuji. Mereka tidak memiliki antusias untuk mengubah diri sendiri. Antusias pada perubahan sudah seharusnya menjadi tradisi yang harus dikembangkan selalu. Apabila kita tinggalkan, maka kita tunggu kehancuran moralitas bangsa. Budaya sopan santun dan berperilaku terpuji ditinggalkannya membuat tradisi kasar, tidak saling menghargai, menganggap nilai-nilai sopan santun dalam berbicara adalah formalitas belaka.

Sungguh aku merasa sedih ada orang yang tidak menganggap penting nilai-nilai sopan santun. Nilai-nilai tersebut tidak dihiraukan dan bukti pembaktian kepada orang tua juga tidak ada, mau apa lagi yang mesti diharapkan? Yang diharapkan manusia hanyalah nilai-nilainya yang kita harapkan, berbeda dengan hewan biasa dimanfaatkan dagingnya, tenaganya atau dijual dengan harga yang menguntungkan. Bagaimana dengan manusia apabila tidak ada nilai yang terkandung di dalamnyax? Sungguh manusia seperti itu tidak mengandung manfaat bagi sesama apalagi bagi orang tua. Nilai sopan santun, menghargai, memberi manfaat, kebersamaan, dan nilai lainnya merupakan keharusan bagi orang-orang Islam, orang-orang di luar itu terserahlah bagi mereka. Umat Islam mau mengikuti Yahudi atau Nasrani terserah, manusia punya pilihan, tetapi harus memilih yang terbaik.

Agar manusia bermanfaat bagi sesama, manusia harus menuntut diri untuk banyak belajar dan langsung mempraktekkan nilai-nilai kebenaran di dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa hal itu, manusia tak ubahnya seperti hewan bahkan lebih buruk keadaannya daripada hewan. Hewan masih bermanfaat dagingnya atau dijual dengan harga tinggi. Membuat pemiliknya menjadi banyak uang bisa membeli apa saja yang menjadi keperluannya. Kita gunakan mata untuk melihat atau membaca tulisan, baik berupa buku maupun berupa tulisan elektronik. Kita gunakan mata dan pikiran atau perasaan untuk memikirkan/merasakan berbagai hal sehingga bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Apalagi sekarang ada media computer/internet bisa digunakan keperluan pembelajaran.

Sebenarnya upaya sekolah dan kuliah hanyalah pengakuan bahwa manusia belajar, sementara upaya belajar melalui media computer, internet bisa dilakukan sebagai sarana untuk mencerdaskan manusia. Belajar secara mandiri akan lebih efektif apabila dibandingkan dengan belajar melalui sekolah atau kuliah yang dilakukan dengan setengah-setengah. Umur dan jenis kelamin bukan menjadi ukuran keberhasilan, tetapi upaya seseorang untuk mengoptimalkan otak dan hati dalam belajar dan berlatih. Walaupun umur kita sudah tua, tidak ada alas an kita malas belajar, bekerja, dan berlatih.

Satu netbook yang setia menyertai diri saya dalam kegiatan menulis yang memberdayakan. Akan saya jadikan netbook sebagai sarana untuk memberdayakan diri saya lewat kegiatan menulis. Menulis yang berisikan nilai-nilai kebenaran, walaupun kenyataannya sangat sulit. Masalah rasanya lebih banyak daripada solusi. Oleh karena itu, saya mulai saat ini akan memperbanyak kegiatan menulis yang akan menguatkan bidang finansial saya. Kenyataan sulit dengan pemecahan masalah, tetap upaya menulis akan saya jadikan prioritas utama. Selain prioritas yang lain tidak saya lupakan pula. Yang membuat saya tidak mau bergerak maju secara cepat dalam pemberdayaan menulis, adalah rasa malas dan setengah-setengah dalam berupaya. Waktu banyak tersita untuk banyak bengong, bergunjing, dan beraktivitas yang tidak produktif.

Apapun objek tulisan akan saya hargai dengan penghargaan yang setinggi-tingginya. Pokoknya apa yang saya tuliskan saya harus menjelmakan tulisan tersebut menjadi bentuk catatan harian, artikel, dan buku. Penulisan artikel dan buku harus menjadi visi utama diri saya. Tulisan saya harus punya nilai dan harga yang tinggi. Di mana saya sudah tua tetap bisa menjaga diri saya menjadi manusia berkualitas dan bermanfaat.
Baca Selengkapnya~~ >>
MENULIS MENGGUNAKAN NETBOOK
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Sebagai guru harus memandang netbook dan sejenisnya sebagai barang yang sangat bermanfaat. Bukan dipandang hanya sebagai barang mewah dan sulit menggunakannya. Kita pandang benda itu sebagai barang atau sarana yang sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan karier dan prestasi untuk meningkatkan kemampuan personal dan kemampuan profesionalnya. Benda ini bermanfaat bisa digunakan sebagai media untuk menulis artikel atau buku. Dari tulisan sederhana sampai tulisan yang sangat tinggi nilai jualnya. Ada beberapa manfaat netbook apabila digunakan untuk menulis yang direncanakan dengan baik. Ada nilai fiansial dan nilai penghargaan terhadap kualitas diri kita sebagai guru sekaligus sebagai penulis. Tulisan dalam bidang pembelajaran maupun dalam bidang pendidikan pada umumnya.
Dahulu seorang guru dalam mengerjakan administrasi kelasnya, Seorang kepala sekolah dalam mengerjakan administrasi sekolahnya, dan siapa saja yang kerjanya berhubungan dengan tulis-menulis, hanya mengandalkan pulpen dan buku tulis. Namun sekarang ada alat yang sangat memudahkan kinerja kita yaitu komputer, laptop, netbook, dan sebaginya. Barang-barang inilah harus kita akrabi agar semuanya bisa akrab kepada kita. Dalam pekerjaan dalam bidang tulis-menulis dengan alat-alat ini semuanya jadi lebih efektif. Pekerjaan guru menjadi menjadi lebih efektif, hasilnya banyak dan tenaga yang kita gunakan sedikit. Alangkah beruntungnya seorang guru dan kepala sekolah yang bisa memanfaatkan alat-alat tersebut.
Sebaiknya seorang guru dalam mendidik anak-anaknya harus melebihi cara mendidiknya yang lain. Alasannya seorang guru termasuk salah satu pihak yang bergerak di bidang pendidikan. Seorang guru harus bisa mendidik dan mengajar terhadap dirinya sendiri sebelum mendidik dan mengajar orang lain. Di antaranya seorang guru harus bisa belajar dan berlatih bagaimana cara menulis dengan menggunakan media komputer dan sejenisnya. Dalam memperlakukan anak-anak biasanya orang tua lebih mementingkan untuk membelikan baju bagus daripada membelikan buku-buku atau media komputer atau laptop. Kecuali anak-anak nya yang memang tidak mau belajar dan berlatih dengannya. Membelikan baju bagus yang mahalpun orang tua tidak banyak komentar meskipun harganya mahal, tetapi untuk membelikan buku banyak komentar terhadap harganya yang mahal. Sementara untuk membeli laptop banyak alasan tidak mampu. Memang benda itu mahal bagi orang yang tidak berantusias bahwa benda itu sangat banyak manfaat dari pada bahayanya. Terutama bermanfaat dalam hubungannya dengan kegiatan tulis-menulis.
Di antara komputer dan laptop maka netbook lebih praktis. Mudah dibawa ke mana saja tanpa harus menggunakan tas besar. Sambil membawa buku-buku kita dapat membawa pula netbook. Namun bukan mudah dan sulitnya kita membawa benda-benda tersebut, terpenting banyak dan tidaknya kita memanfaatkan sebagai media untuk menulis. Mau menggunakan komputer, laptop maupun netbook tidak masalah, yang menjadi masalah adalah belum bisa memilikinya atau tidak bisa menggunakannya. Bagi kita harus ada upaya ke arah memiliki alat-alat itu, sebab apabila dibandingkan dengan buku dan pulpen untuk menulis karangan sangat jauh berbeda. Cara kerja alat-alat itu lebih praktis dan hemat tenaga dan biaya untuk langkah-langkah selanjutnya. Sebelum kita menggunakan alat-alat itu, tentu buku dan pulpen masih bisa digunakan. Namun apabila sudah memilikinya akan lebih bagus dan lebih praktis digunakan untuk menulis karangan atau apa saja dalam hubungannya dengan perihal tulis-menulis.
Mengapa komputer, laptop atau netbook harus bisa kita gunakan sendiri tanpa harus mempercayakan kepada orang lain? Dalam kegiatan menulis yang mengekspresikan isi hati dan isi pikiran lewat menulis, maka kemampuan sendiri menulis sangatlah penting. Benda itu sangat menolong cara kerja guru yang sekaligus mau menjadi penulis. Ide-ide lebih lancar mengalir keluar dari benak ketika kita mengetik kata-kata dari pada kita menulis di buku tulis menggunakan pulpen. Apabila kita salah ketik atau akan menambah dan mengurangi kata-kata dalam karangan tersebut, rasanya kita sangat mudah merevisinya. Saya sebagai penulis pemula pada awalnya merasa tidak mungkin bisa menggunakan netbook. Saya merasa mustahil bisa mengerti internet dan mustahil bisa menulis karangan melalui alat itu. Sering saya berbicara di depan teman-teman guru dan Kepala Sekolah bahwa saya tidak mampu menggunakan komputer atau laptop. Sungguh Allah Maha Pengasih kepada umatnya yang mau berusaha untuk mengerti dan mau menggunakan netbook itu.
Hasrat menggebu-gebu seolah-olah saya masih pelajar saja. Sering saya dikritik istri apabila saya sedang menulis di buku tulis bahwa saya banyak menulis tidak pernah ada hasilnya. Tidak ada karangan yang bisa diterbitkannya. Memang hati saya sangat sedih mengapa saya banyak meluangkan waktu untuk menulis. Ada lagi orang yang mengatakan kepada saya bahwa saya seperti orang yang usia muda saja tidak karuan melakukan seperti siswa membaca atau menulis untuk memikirkan sesuatu yang mustahil. Yang lebih menyakitkan hati saya ketika ada orang yang mengatakan “Sekarang bukan waktunya berpikir, tetapi sekarang waktunya untuk bekerja yang banyak menghasilkan” Maksudnya, saya harus banyak menghasilkan uang dan uang saja. Mulai saat ini saya harus membuktikan bahwa menulis merupakan kegiatan yang bisa menghasilkan banyak hal dari pada pekerjaan lainnya.
Bagi saya menulis merupakan pekerjaan yang sangat menjanjikan dan memberi peluang untuk bisa berbuat lebih leluasa. Saat Hari Raya bisa berkunjung ke rumah orang tua dan saudara, saat orang lain membutuhkan pertolongan saya bisa lebih dahulu. Apapun hal yang penting-penting bisa saya lakukan, karena menulis yang bisa membuat saya banyak menghasilkan finansial.
Semoga ada pihak-pihak yang bisa memotivasi dan memberikan peluang karangan-karangan yang saya susun diterima menjadi bahan bacaan bagi kalangan tertentu, khususnya bidang pendidikan. Orang lain bisa hidup mengembangkan ilmu dan pengalamannya lewat berbicara secara lisan. Saya memohon kepada pihak penerbit untuk bisa mengabulkan niat saya sebagai penulis yang tidak sekedar menulis saja. Saya mau menulis yang bisa memberi peluang kepada kedua belah pihak untuk saling menguntungkan.
Bukan untuk kepentingan pribadi saja saya menulis, tetapi saya niatkan untuk kepentingan orang banyak. Benar-benar saya menulis agar saling memberi, karena dengan cara begitu saya bergerak di bidang profesi keguruan atau kependidikan. Tentu saja saya mengajak kepada seluruh guru atau Kepala Sekolah agar membiasakan diri untuk menulis mulai saat ini pula.
Marilah kita berjuang untuk melawan kebodohan agar kita dan para siswa menjadi orang-orang yang mengerti mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah. Sebelum memiliki laptop silakan menulis di buku tulis dengan alat tulis pulpen, tetapi sasaran laptop agar menjadi prioritas bagi Anda dan saya. Apalagi bagi guru dan Kepala Sekolah yang sudah mendapat gelar guru profesional dengan sertifikat sertifikasinya.
Kita jangan malu salah menulis artikel atau makalah, karena kesalahan menulis adalah hal yang wajar. Menjadi hal tidak wajar apabila kita tidak mau dan mampu mengembangkan potensi kita yang ada di dalam diri kita masing-masing. Kita harus malu kepada diri kita sendiri dan orang lain, karena kita tidak berani berbuat sesuai dengan potensi kita. Selamat berjuang lewat tulisan, semoga kita bertemu di setiap penerbitan majalah bulanan. Kita ikut serta memajukan wilayah Pandeglang khususnya dan Indonesia pada umumnya dengan berbagai tulisan di sekitar tema pendidikan atau kepribadian bangsa.

Baca Selengkapnya~~ >>
MENULIS JADIKAN PEKERJAAN
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Masih banyak orang beranggapan bahwa menulis itu belum bisa dijadikan sebagai pekerjaan. Pandangan seperti ini sebenarnya sebuah hal yang sangat keliru, hasil karya tulis yang baik bisa menjadi pekerjaan yang mumpuni bagi penulisnya. Kalau hasil tulisan itu baik dan dicetak dan nantinya disebarkan, tentunya penulis sendiri yang akan mendapatkan royalty dari hasil karyanya. Memang pola pikir kita yang masih terbatas pada anggapan tidak mungkinnya kita mengahsilkan uang banyak dari menulis harus mulai kita buka lebar-lebar. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin selama pola pikir dan hati nurani dibuka selebar-lebarnya. Tak perlu lagi kita terkungkung oleh anggapan salah tentang kelemahan semangat dan pandangan.
Dulu orang menjadi penulis mengirimkan karyanya ke penerbit tidak langsung diterima dan setelah diterima uangnya jauh dari memadai. Untuk menjadi penulis kaya sangat tidak memungkinkan. Memang apabila kita mengharapkan imbalan dari menulis saja tidak akan pernah cukup. Harus adanya langkah baru yang bisa memperluas sumber penghasilan tambahan. Kita harus mempunyai semangat menjadi penulis, editor, dan sekaligus penjual hasil tulisan kita. Kapanpun kita harus meyakini akan upaya perbaikan dan pengembangan cara menghasilkan uang dalam bidang kepenulisan. Tulisan kita berupa artikel atau buku harus menjelma sebagai sarana pencipta uang banyak.
Uang merupakan salah satu alat untuk memotivasi kita dalam menulis. Kita berbicara tentang uang bukan berarti berbicara ketidakikhlasan dalam berbuat, dalam hal ini menulis. Setiap pekerjaan menulis harus memiliki manfaat secara pribadi dan manfaat secara sosial. Memang uang bukanlah segalanya dalam mengukur keberhasilan seseorang. Namun dapat kita rasakan tanpa uang kita tidak bisa hidup secara lengkap. Dari keperluan sedikit sampai keperluan yang banyak memerlukan uang besar. Baik sesuatu yang berhubungan dengan ibadah maupun yang berhubungan di luar ibadah uang sangat berperan penting.
Mengapa pekerjaan menulis dari sebagian orang tidak sampai mengahsilkan uang banyak? Saya beranggapan bahwa orang-orang tersebut belum maksimal dalam menggeluti menulis sebagai pekerjaan utama. Selama menulis belum dijadikan pekerjaan utama saya rasa tidak akan menghasilkan uang yang lebih banyak. Dalam hal ini, menulis harus dijadikan pekerjaan utama yang mampu menghasilkan uang banyak. Kunci utama untuk menghasilkan uang dengan menulis adalah menulis yang dilakukan sebagai pekerjaan utama yang difokuskan pada satu sasaran keberhasilan. Bagaimana caranya agar menulis bisa menjadi pekerjaan utama? Dengan mengutamakan menulis dalam berbagai kesempatan, situasi dan kondisi kita untuk menulis. Yang pada awalnya kita tidak mampu banyak menulis setiap hari, maka sekarang mulai saatnya kita meningkatkan hasil tulisan setiap hari.
Bagamana caranya kita meningkatkan jumlah dan kualitas tulisan kita? Setiap hari dan malam kita harus meluangkan waktu untuk menulis. Pagi hari atau siang hari, waktu sibuk atau waktu senggang, waktu susah atau waktu senang kita terus tingkatkan untuk menulis. Tentu di dalam hati kita bahwa menulis yang kita kerjakan niatkan ibadah. Selama di dalam hati tertanam niat ibadah mudah-mudahan pekerjaan menulis itu mengandung barokah. Selain menyenangkan karena kita dapat mengekspresikan segala isi hati dan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan, maka kita menghasilkan finansial yang bisa kita manfaatkan untuk kemaslahatan diri dan orang lain.

Baca Selengkapnya~~ >>
MENULIS DENGAN OTAK DAN HATI!
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berifat menghasilkan (produktif) sesuatu. Setelah kita melakukan kegiatan membaca, meneliti, merenung, dan menyimak, maka kita harus melakukan kegiatan menulis. bukan sembarang yang dituliskannya,Kita memerlukan pemahaman tentang objek atau peristiwa yang dituliskannya. Mereka harus mampu memadukan dan mengembangkan ide-ide kepenulisannya dengan rangkaian kata-kata. Mereka harus memiliki keterampilan menggunakan kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi sebuah karya tulis yang bermakna dan bermanfaat bagi pembaca.
Ide-ide atau gagasan yang ada di dalam pikiran dan hati kita untuk dituangkan melalui bahasa tulisan. Dengan menulis, kita bisa mentransfer ilmu pengetahuan dan pengalaman kita. Hasil pembelajaran bisa disampaikan lewat menulis. kegiatan apapun bisa disampaikan melalui menulis. Menulis bisa dijadikan sarana untuk proses pembelajaran, pentransferan ilmu pengetahuan dan aktivitas jiwa lainnya. Yang sangat penting lagi bahwa menulis merupakan media aktualisasi diri kita yang lebih unggul daripada sarana yang lainnya. Hasil kegiatan menulis selama masih bermanfaat bagi orang lain, maka selamanya dapat dimanfaatkan tanpa terbatas dengan ruang dan waktu. Sekalipun penulisnya telah meninggal dunia. Menulis merupakan sarana manusia untuk memperpanjang umurnya.
Kita berdoa minta tolong kepada Allah untuk diberi umur panjang, maksudnya panjang jasanya, kebaikannya dan panjang manfaatnya bagi diri sendiri dan sesama. Karya besar Imam Gazali dengan Kitab Ihya Ulumuddinnya beliau sangat berjasa dalam bidang Tasauf pada khususnya dan bidang penataan hati manusia pada umumnya. Jutaan orang dapat diselamatkan itikadnya dengan membaca buku-buku karya beliau. Pencerahan demi pencerahan hati manusia melalui buku-buku beliau. Sangat panjang manfaat dari karya beliau padahal sudah sangat lama beliau meninggal dunia. Sungguh besar peran dan manfaat tulisan yang bermakna apabila disampaikan dari hati, untuk hati, dan dengan hati yang suci bersih tanpa noda ujub dan takabur. Hati yang ilkhlas mampu mendasari apa yang kita tuliskan. Akan dirasakan sejuk dan nyaman oleh para penuntut ilmu dan nilai-nilai keagamaan.
Perlu kita sadari untuk membuat diri kita memiliki kemampuan menulis yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup orang-orang, kita perlu banyak belajar dan berlatih menulis. Kesulitan menulis semoga dapat kita atasi secara efektif, walaupun memerlukan waktu yang cukup panjang dan tenaga pemikiran yang mendalam. Memang segala upaya apa saja memerlukan pengorbanan hal tersebut. Baik dan tidaknya sesuatu hasil sangat ditentukan oleh tingkat upaya dan doanya seseorang. Begitu juga dalam hal menulis produktif sangat memerlukan kekuatan kemauan dan kempuan yang berlebih lagi. Adanya keseriusan dalam niat dan pelaksanaan menulis apabila kita mau menghasilkan tulisan kita bermakna dan bermanfaat bagi orang lain.
Kesulitan menemukan dan mengembangkan ide-ide kepenulisan dapat diatasi dengan banyak membaca buku atau tulisan apa saja yang mendukung. Penelitian, diskusi, perenungan, dan tukar pendapat juga sebagai sumber kemudahan dalam menemukan dan mengembangkan ide-ide kepenulisan. Ada beberapa hal yang sangat membantu bagaimana cara untuk memudahkan kita menulis. Beberapa cara untuk memudahkan menulis hasil dari proses membaca buku dan tulisan dari internet.
Yang pertama harus kita perhatikan sewaktu mau menulis adalah memulailah kita menulis secepatnya. Salat diawali dengan suatu niat yang khusyu. Hanya satu sasaran yang kita tuju dalam salat, yaitu beribadah kepada Allah dengan sikap tawadhu dan penuh keikhlasan. Hanya satu sasaran yang menjadi fokus perhatian kita, yaitu ibadah. Begitu pula kita mau menulis harus diawali dengan satu niat ibadah lewat media tulisan. Oleh karena itu awali menulis tersebut secepatnya dengan satu sasaran ibadah dengan tulisan. Dengan landasan ibadah, kegiatan menulis kita tidak ada lagi waktu untuk diperlambat. Tidak ada kata terlontar “nanti dulu saya menulis” apabila kita benar-benar kita telah meyakini bahwa menulisnya itu sama dengan beribadah kepada Allah.
Menulislah, menulislah, dan menulislah pada saat ini pula. Alasan mengapa kita harus menulis secepat apa yang terlintas di dalam hati bahwa menulis yang dimaksud sudah termasuk ibadah. Untuk apa kita hidup kecuali bernilai ibadah. Sudah jelas bahwa menulis yang kita maksud adalah suatu ibadah, maka kita harus menulis dengan segera. Kita tidak perlu menunggu lama-lama untuk tidak menulis. Begitu gagasan datang, bersegeralah kita menuliskannya walaupun kita sedang malas untuk menulis. Pada awal kita memulai ada kesulitan menulis atau agak malas menulis sementara kita terus saja menulis situasi berubah. Menulis jadi lancar, ide-ide mengalir bagaikan air, dan perasaan semangat mendasari kegiatan menulis selanjutnya. Itulah suatu keajaiban yang harus kita manfaatkan dalam kegiatan menulis.
Sekarang bagi kita tidak ada alasan untuk merasa sulit atau malas menulis. Istilah sulit menemukan ide-ide menulis bukan manjadi alasan kita untuk tidak menulis. di sekitar tempat tinggal kita banyak warnet tinggal kitanya saja yang pandai-pandai menyikapi media tersebut. Dulu memang saya merasa sulit menemukan ide-ide kepenulisan sebelum adanya media internet, tetapi sekarang sangatlah berlimpah. Tinggal kitanya saja yang harus cerdas memanfaatkan sebaik dan seefektif mungkin. Kita duduk di depan komputer menggunakan jari-jemari untuk menemukan ide-ide kepenulisan. Mengembangkan langsung di layar komputer. Melakukan kegiatan menulis tidak perlu banyak modal. Warnet bisa kita jadikan sarana menulis kita. Walaupun kita perlu menyisihkan uang untuk membeli plasdisk dan uang bekas sewa mengetik.
Usia tua tidak menjadi kendala untuk tidak menulis. Tidak ada dalih kalau umur saya masih muda, saya akan rajin menulis, tetapi sekarang sudah tua. Mengapa saya tidak mampu menulis sejak usia muda? Begitulah beberapa pertanyaan dan pernyataan yang bisa melemahkan kita menulis agar jangan kita hiraukan. Yang terbayang di balik kata-kata ibadah, menulis selalu muncul untuk kita lakukan pada saat ini pula. Mengapa? Menulis merupakan salah satu cara beribadah dan beramal saleh lewat media tulisan yang bisa berlangsung lama tanpa bisa dibatasi ruang dan waktu. Menulis bisa mengungguli berbicara yang terbatas dengan ruang dan waktu. Walaupun sekarang ada media CD yang bisa melanggengkan pembicaraan, tetapi tidak akan mampu mengungguli buku-buku atau tulisan di internet. Mulailah diri kita untuk menyenangi salah satu kegiatan ibadah lewat tulisan.
Hampir di setiap warnet atau perkantoran ada suara musik yang mengiringi mereka bekerja. Padahal dulu kita bekerja, katanya, terganggu dengan suara musik ketika bekerja. Suara musik mengganggu kelangsungan bekerja. Seolah-olah musik harus dipisahkan dari pekerjaan seharihari. Pada zaman sekarang, musik sangat berperan dalam memotivasi kita bekerja. Membuat suasana pekerjaan semakin kondusif dengan latar musik mengalun. Benarkah demikian? Kemajuan ilmu dan teknologi dengan kemajuan sarana dan prasarana internet membuat suara musik sebagai pemicu dan pemacu proses penciptaan suatu karya berharga, di antaranya penciptaan karya tulis bisa didukung suara musik.
Sambil menulis, putarlah musik kesukaan kita untuk melancarkan arus ide/gagasan kepenulisan. Otak kanan dan otak kiri harus berjalan seimbang. Tanpa ada yang diprioritaskan pada waktu kita sedang menulis. berbeda dengan zaman dulu, ketika kita sedang menulis harus terhindar dari suara-suara yang lain. Akan mengganggu kelancaran menulis. suara musik identik dengan suara kebisingan yang harus kita hindari. Sekarang lain lagi keadaannya, suara musik menjadi sarana pencerdasan secara emosional. Otak kanan perlu makanan berupa hiburan dan otak kiri perlu makanan berupa pikiran serius. Perpaduan penggunaan belahan otak kanan dan otak kiri pada saat kita menulis akan membuat diri penulis bersemangat untuk melanjutkan menulisnya. Suara musik akan mampu menjadi daya ungkit menulis. Pengalaman saya membuktikan bahwa menulis yang diiringi suara musik lebih banyak hasilnya daripada menulis tanpa diiringi suara musik. Memang seperti yang tidak masuk akal.
Belahan otak kanan bekerja berdasarkan emosi, seni, hiburan, dan semua hal yang berhubungan dengan emosional lainnya. Berbeda dengan belahan otak kiri bekerja berdasarkan logika. Dengan memutar musik, otak kanan kita ikut terstimulasi sehingga bisa menghadirkan unsur emosi pada tulisan yang membuat isi tulisan lebih hidup. Dapat kita rasakan tulisan ilmiah dengan tulisan yang bersifat popular. Tulisan popular yang tidak menghilangkan sifat keilmiahannya apabila dibaca akan lebih nyaman daripada tulisan yang bersifat ilmiah, seperti skripsi misalnya. Sebab, tulisan skripsi bukan berdasarkan perasaan (hati), tetapi berdasarkan pikiran logis (otak). Oleh karena itu untuk menyeimbangkan peran kedua belahan otak kanan dan kiri kita harus melalui kegiatan menulis berdasarkan pikiran dan perasaan yang seimbang. Gabungan kedua belahan otak dalam hubungnnya dengan menulis akan terasa mengasyikkan. Bacaan hasil kekuatan pikiran dan perasaan akan lebih enak dibaca dan dipahaminya daripada hanya hasil dari sebagian belahan otak.
Dalam menulis efektif tidak bisa kita melupakan waktu yang sesuai dengan apa yang kita tuliskan. Oleh karena itu kita harus memilih waktu yang paling sesuai untuk kegiatan menulis. Memang waktu yang kita pilih untuk menulis bersifat fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Terkadang kita memilih waktu pagi hari kita menulis, terkadang ada yang mengisi waktu untuk menulis dalam keheningan malam sementara orang lain sedang tidur pulas. Ada orang lebih nyaman menulis khusus pada waktu sebagian besar waktu malam sementara waktu siang untuk istirahat. Setiap orang bebas memilih kapan waktu yang lebih produktif untuk menulis. Setiap orang tidak akan tetap menentukan waktu untuk menulisnya. Pada saat yang satu dia memilih waktu malam sebagai waktu yang dianggap tepat untuk menulis dan pada saat lain memilih waktu pagi hari untuk menulisnya. Begitu juga sertiap orang akan berbeda waktu dalam memilih untuk menulis. Situasi dan kondisi sangat menentukan kita dalam menulis.
Bagaimana cara kita dalam memilih waktu yang tepat untuk menulis? Tidak ada waktu yang baik atau yang buruk yang kita jadikan standar untuk menulis. Terpenting waktu yang kita pilih tersebut yang paling dapat kita nikmati untuk menulis dan yang paling sesuai dengan suasana hati menulis kita. Bukan terlalu banyak pertimbangan waktu mana yang paling mudah kita nikmati untuk menulis. Mari kita mulai mencoba untuk menulis menurut waktu yang kita sediakan. Waktu kapan saja kita gunakan untuk menulis, yang paling penting proses kita jalani menulis sebanyak mungkin dan sebaik mungkin. Proses dan hasil sebanyak dan sebaik mungkin kita usahakan untuk menulis. Usahakan kita menulis menurut waktu kapan saja terpenting hasil menulisnya banyak dan berkualitas. Setiap hari kita harus menghasilkan banyak artikel, makalah atau bagian buku yang kita tuliskan. Tiada hari tanpa menulis yang banyak dan berkualitas.
Dalam kegiatan menulis unsur olah raga sangat baik kita masukkan untuk membantu efektivitas menulis. Menulis merupakan aktivitas pikiran yang cukup menguras energi. Maka bila otak kita sudah cukup tegang, segera keluarlah. Lakukan olah raga ringan agar otak mendapat cukup suplai oksigen sehingga pikiran kita segar kembali. Menulis terus-menerus tanpa istirahat tidak baik menurut kesehatan, oleh karena kita penting untuk istirahat atau melakukan penyegaran kembali tenaga dan kekuatan untuk menulis kembali. Semacam ada jeda waktu menulis untuk menghasilkan tulisan sebanyak mungkin. Badan kita perlu istirahat yang memadai dari kelelahan bekerja atau beraktivitas. Agar semangat menulis terus-menerus tumbuh dan berkembang, maka kita harus mengkondisikan waktu untuk istirahat atau penyegaran kembali.
Dapat kita lakukan jalan-jalan di waktu pagi sambil menikmati segarnya cuaca waktu pagi. Sepanjang jalan kita melihat-lihat nikmat alam semesta beserta isinya, dengan rasa syukur kita curahkan kepada Allah yang memberikan berbagai nikmat kepada makhluk-Nya. Menarik nafas dalam-dalam sambil merasakan nikmatnya kita diberi nafas yang sangat besar faedahnya. Tidak bisa kita membayangkan bagaimana seandainya kita tidak bisa bernafas atau di sekitar kita bau busuk yang menyesakkan nafas. Bukan nikmat yang ada, tetapi keluhan demi keluhan bahkan kematian yang akan segera menjemput apabila keadaan yang demikian parahnya. Selain kita berjalan-jalan sambil menikmati anugrah dari Allah, maka kita bisa melakukan kegiatan berharga di rumah. Menyiram tanaman yang ada di halaman rumah bisa kita jadikan sarana untuk memulihkan kembali tenaga untuk menulis kembali. Pokoknya banyak hal yang kita lakukan selama kita dapat merasakan nikmatnya kedaan.
Materi penulisan perlu kita bagi-bagi menjadi beberapa bagian, terutama materi yang cukup panjang. Pembagian materi pembahasan dalam tulisan sangat membantu efektivitas menulis. Materi kepenulisan yang luas harus kita bagi menjadi beberapa bagian kecil. Bila apa yang kita tulis merupakan sebuah proyek besar (seperti menulis sebuah buku, novel, dan sebagainya), maka pecah-pecahlah bagian yang besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Lalu kerjakan satu bagian pada suatu saat. Seperti memecahkan sebuah batu sebesar kerbau, kita tidak mungkin menghantamnya sekaligus. Kita pecahkan satu per satu bagian kecil terlebih dahulu, pasti lama-lama semua akan terpecahkan juga.
Setelah materi dibagi-bagi menjadi bagian kecil akan mempermudah kita dalam menentukan sumber inspirasi kepenulisan. Apa saja yang menjadi sumber inspirasi atau sebagai penunjang pembahasan, maka kita harus membaca atau mempelajarinya lebih seksama. Banyak sumber yang berhubungan dengan materi pembahasan harus kita baca agar proses penulisan lebih mudah dan hasilnya lebih banyak dan berbobot. Sebab, sumber literatur yang banyak dan beragam kualitas kemampuan penulis akan sangat membantu tingkat kualitas kepenulisan kita. Jadi kita harus banyak membaca banyak sumber literatur dalam upaya menulis yang banyak dan berkualitas.
Majalah, koran, novel, cerpen, lirik lagu, puisi, ensiklopedia, buku-buku nonfiksi, peribahasa, komik, atau apa saja perlu kita baca. Pikiran, perasaan, ide-ide dan wawasan keilmuan kita akan berkembang terus apabila kita banyak membacanya. Hal ini dapat menambah wawasan kita. Banyak tokoh keilmuan yang mampu membaca banyak buku dan di rumahnya mempunyai koleksi buku yang berkualitas. Mengembangkan budaya baca yang tidak kepalang dasyatnya. Walaupun usianya sudah tua mereka suka membaca berbeda dengan orang yang masih muda malah banyak nongkrong atau membiarkan waktu berlalu tanpa diisi dengan kegiatan bermakna. Sungguh manusia dalam keadaan kerugiaan apabila tidak menggunakan waktu dan potensi yang sebaik-baiknya. Sebaiknya menjadi penulis yang haus akan buku-buku. Penulis sekaligus menjadi pembaca yang lahap dan rakus membaca.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi orang yang merasa penting dan berkemauan untuk menulis fiksi maupun non fiksi. Kita buka tabir penghalang yang membuat kita tidak bisa bergerak maju untuk menulis dengan berbagai upaya yang memadai. Sebenarnya masih banyak cara untuk meningkatkan kemampuan menulis kreatif apabila kita mau mencari dan menggali lebih dalam cara-cara tersebut dari berbagai sumber literatur. Sekarang banyak warnet dan buku-buku, maka gunakanlah untuk peningkatan kuantitas dan kualitas menulis kita. Salam sukses untuk kita semua!

Baca Selengkapnya~~ >>