Rabu, 20 Juni 2012

MENULIS DIARY DAN JURNAL BAGI GURU

MENULIS DIARY DAN JURNAL BAGI GURU

Oleh: Jajang Suhendi

(Kepala SDN Padahayu 2, Cikedal-Pandeglang)


Menulis merupakan salah satu bagian keterampilan berbahasa yang bersifat menghasilkan (produktif) sesuatu. Sebelum menulis buku dan karya tulis yang sifatnya lebih banyak dan kompleks tentunya bagi guru adalah menulis yang sifatnya sederhana saja.
Seperti menulis diary, jurnal dan artikel sangatlah penting dilakukan oleh guru tersebut.

Yang jelas, baik menulis diary dan terutama jurnal bisa membawa keuntungan yang menarik bagi mereka. Dapat kita perhatikan tentang pentingnya menulis diary atau jurnal, yaitu menulis di jurnal atau diary bisa membantu guru untuk memperjelas masalah yang sedang berusaha dipecahkan.

Rata-rata manusia punya kemampuan yang terbatas dalam menampung banyak pertimbangan, fakta, hingga perasaan secara bersamaan di dalam pikirannya. Apalagi jika pikiran ini terlalu dibebani dengan aktivitas menampung dan mengingat, maka kemampuan seseorang untuk berpikir dengan konsentrasi jadi terbatas.

Menuangkan isi kepala di atas kertas akan membantu kita dalam menganalisa, menemukan detail yang penting, mencari titik lemah dan juga menemukan inspirasi dari masalah yang sedang dihadapi. Sehingga menulis bisa membuat masalah jadi lebih cepat tersolusikan.

Menulis diary/jurnal akan membantu kita mengingat event dan momen pencerahan dalam hidup ini. Orang yang bahagia adalah mereka yang punya banyak sekali momen indah yang terabadikan, entah lewat gambar ataupun tulisan. Tulisan membantu kita mengekalkan momen-momen menyenangkan dan mencerahkan yang seringkali kurang cukup terjabarkan dalam bentuk gambar. Bila kita tidak menuliskannya secara rinci, maka kita bisa kehilangan nuansa dan emosi yang melingkupi setiap serpih dan bongkah pengalaman kita.

Sekedar mengingat pengalaman menyenangkan dalam hidup bisa membuat kita merasa lebih baik. Terkadang rasa pilu memang bisa muncul, tapi kemudian kita sadari bahwa di saat pengalaman buruk sudah lama berlalu, kita jadi lebih mampu menemukan hikmah dari setiap pengalaman itu. Maka hikmah dan pembelajaran itulah yang jadi penuh nilai.
Menulis akan membantu dalam mencurahkan beban pikiran.

Jika sistem operasi windows kehabisan beban pikiran, maka performanya bisa memburuk bukan main. Manusia pun juga bisa seperti itu, beban pikiran berlebih bisa membuat produktivitasnya menurun. Maka menulis di jurnal bisa membantu diri dalam membuang isi beban pikiran berlebih, untuk mendapatkan pelepasan secara emosonal. Jurnal bisa semacam jadi teman
Baca Selengkapnya~~ >>

MENULIS MENGGUNAKAN NOTEBOOK

MENULIS MENGGUNAKAN NOTEBOOK

(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)



Sebagai guru harus memandang notebook dan sejenisnya sebagai barang yang sangat bermanfaat. Bukan dipandang hanya sebagai barang mewah dan sulit menggunakannya. Kita pandang benda itu sebagai barang atau sarana yang sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan karier dan prestasi untuk meningkatkan kemampuan personal dan kemampuan profesionalnya.

Benda ini bermanfaat bisa digunakan sebagai media untuk menulis artikel atau buku. Dari tulisan sederhana sampai tulisan yang sangat tinggi nilai jualnya. Ada beberapa manfaat notebook apabila digunakan untuk menulis yang direncanakan dengan baik. Ada nilai fiansial dan nilai penghargaan terhadap kualitas diri kita sebagai guru sekaligus sebagai penulis. Tulisan dalam bidang pembelajaran maupun dalam bidang pendidikan pada umumnya.

Dahulu seorang guru dalam mengerjakan administrasi kelasnya, Seorang kepala sekolah dalam mengerjakan administrasi sekolahnya, dan siapa saja yang kerjanya berhubungan dengan tulis-menulis, hanya mengandalkan pulpen dan buku tulis. Namun sekarang ada alat yang sangat memudahkan kinerja kita yaitu komputer, laptop, notebook, dan sebaginya.

Barang-barang inilah harus kita akrabi agar semuanya bisa akrab kepada kita. Dalam pekerjaan dalam bidang tulis-menulis dengan alat-alat ini semuanya jadi lebih efektif. Pekerjaan guru menjadi menjadi lebih efektif, hasilnya banyak dan tenaga yang kita gunakan sedikit. Alangkah beruntungnya seorang guru dan kepala sekolah yang bisa memanfaatkan alat-alat tersebut.

Sebaiknya seorang guru dalam mendidik anak-anaknya harus melebihi cara mendidiknya yang lain. Alasannya seorang guru termasuk salah satu pihak yang bergerak di bidang pendidikan. Seorang guru harus bisa mendidik dan mengajar terhadap dirinya sendiri sebelum mendidik dan mengajar orang lain.

Di antaranya seorang guru harus bisa belajar dan berlatih bagaimana cara menulis dengan menggunakan media komputer dan sejenisnya. Dalam memperlakukan anak-anak biasanya orang tua lebih mementingkan untuk membelikan baju bagus daripada membelikan buku-buku atau media komputer atau laptop.

Kecuali anak-anak nya yang memang tidak mau belajar dan berlatih dengannya. Membelikan baju bagus yang mahalpun orang tua tidak banyak komentar meskipun harganya mahal, tetapi untuk membelikan buku banyak komentar terhadap harganya yang mahal. Sementara untuk membeli laptop banyak
Baca Selengkapnya~~ >>

MENULIS UNTUK MENENTUKAN BAHAN TULISAN

MENULIS UNTUK MENENTUKAN BAHAN TULISAN

Oleh: Jajang Suhendi

Mengapa sebelum kita menulis harus banyak bahan tulisan yang dikumpulkan? Dan bagaimana caranya untuk mengumpulkan bahan-bahan tulisan tersebut? Dengan banyaknya bahan tulisan yang terkumpul dan tentu harus dikuasai sebelum kita menulis akan membuat penulis mampu menulis secara efektif. Langsung kita menulis sesuai sasaran dengan apa yang akan kita tuliskan. Banyak bahan tulisan yang kita dapatkan lewat aktivitas membaca, mencatat, observasi, membuat kliping, dan sebagainya.

Cara mengumpulkan bahan tulisan dalam satu tempat untuk setiap tema atau topik penulisan. Gunakan semacam jurnal. Bahan tulisan itu kita organisasikan dengan rapi supaya mudah dicari apabila diperlukan. Kita harus memastikan bahwa bahan atau data yang kita miliki benar dan akurat, sehingga apa yang kita tulis dapat dipertanggungjawabkan.

Kemudian bahan-bahan tulisan tersebut dibuat outline/kerangka tulisannya. Langkah ini perlu dilakukan, untuk memudahkan kita dalam menjalani proses penulisan. Memang tidak semua penulis melakukan hal ini. Ada yang cukup membuat outline di luar kepala. Namun, terutama sekali bagi kita yang masih pemula, membuat outline akan memudahkan kita untuk membuat tulisan yang runtut. Ide atau tema yang bagus tanpa didukung alur tulisan yang runtut akan membuat tulisan tidak menarik untuk dibaca.
Baca Selengkapnya~~ >>

MENULIS UNTUK MENENTUKAN TEMA

MENULIS UNTUK MENENTUKAN TEMA

Oleh: Jajang Suhendi

Menentukan tema. Anda sebaiknya menulis dalam bidang yang Anda kuasai. Anda guru Bahasa Indonesia misalnya, tulislah buku yang berkaitan bidang Bahasa Indonesia. Anda seorang guru SD, tulislah sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran atau pendidikan.

Begitu seterusnya. Keuntungan menulis bidang yang dikuasai, biasanya akan lebih mudah dan menyenangkan untuk melakukannya. Alasannya, setiap hari dia mengeluti masalah pembelajaran atau pendidikan. Kedua hal tersebut merupakan makanan sehari-harinya.

Kita bisa menulis materi di luar bidang profesi, tetapi alangkah lebih baiknya kita menulis menurut bidang prefesi sebelum kita banyak menulis dan menjadi kebiasaan menulis sesuai bidang yang dikuasainya.

Terpenting bukan masalah bisa dan tidaknya kita menulis di luar bidang profesinya, tetapi masalah pertanggungjawaban apa yang dituliskannya. Selama Sepanjang kita bisa mempertanggungjawabkan apa yang ditulisnya, maka sah-sah saja.

Hanya saja, seseorang akan lebih mudah untuk menulis bidang yang dikuasainya daripada bidang yang tidak atau kurang dikuasainya.
Baca Selengkapnya~~ >>

MENULIS UNTUK MENGEMBANGKAN KERANGKA TULISAN

MENULIS UNTUK MENGEMBANGKAN KERANGKA TULISAN

Oleh: Jajang Suhendi (Cikedal-Pandeglang)

Kerangka tulisan sangat membantu penulis dalam menuliskan sebuah tema tulisan secara runtut. Dari penentuan tema ke pengembangan tulisan sangat membantu penulis dalam proses penulisan yang lebih efektif dan efisien. Tahapan pengembangan tulisan sebagai tindak lanjut dari pembuatan kerangka karangan.

Rasanya kurang bermanfaat secara optimal menulis kerangka karangan tanpa adanya upaya merealisasikan penulisannya. Kerangka karangan hanya tinggal kerangka karangan saja tanpa adanya proses mengembangkan tulisan dan upaya mempublikasikannya. Alasannya tidak aka nada penerbit yang mau menerbitkan sekedar kerangka karangan saja.

Kesibukan akan mudah dibantu dengan adanya kerangka karangan tersebut. Menulis berdasarkan kerangka karangan bisa ditunda kegiatan menulis apabila ada keperluan lain. Menulis bisa dilakukan secara rutin dengan meluangkan waktu setiap harinya. Awalnya memang akan banyak hambatan, akan tetapi atasilah hambatan itu, sehingga kita bisa menyelesaikan sebuah tulisan. Kemudian tanpa kita sadari, kita akan memiliki kebiasaan menulis dan menikmatinya.

Bentuklah kebiasaan menulis berdasarkan kerangka karangan secara komitmen. Siapa saja yang bisa membentuk kebiasaan menulis? Hanya diri sendirilah yang lebih tahu masalah proses pembentukan kebiasaan menulis.

Memang pertama-tama kita mengalami kesulitan untuk membentuk kebiasaan menulis. terpenting kita punya tekad bulat untuk membiasakan diri untuk menulis. lebih mudahnya menulis berdasarkan kerangka karangan. Dengan bermodalkan tekad bulat dalam menulis kita akan dapat menikmati dunia kepenulisan di tengah-tengah kesibukan.

Baca Selengkapnya~~ >>

Nulis Buku, Pak Dosen!

Nulis Buku, Pak Dosen!

www.fatihsyuhud.com

Cara termudah bagi seorang akademisi untuk membangun kredibilitas akademiknya adalah dg menulis buku. Terutama bagi mereka yg sudah menjadi dosen. Apakah saya sedang bercanda? Kalau menulis artikel singkat di koran atau menulis paper ilmiah untuk jurnal saja “tidak sempat”, bagaimana mungkin “ada waktu” untuk menulis buku?

Menulis buku bagi seorang dosen sebenarnya sangat mudah. Rata-rata dosen UI, UGM, ITB, dll menulis buku. Isinya pun sederhana tapi cukup representatif. Waktu kuliah S1 jurusan hukum di Indonesia, saya terkesan dg buku “Dasar-dasar Ilmu Politik” karya Prof Miriam Budiarjo, guru besar UI yg mantan diplomat di AS. Isinya ringan tapi berbobot dan yg lebih penting lagi semua kandungan buku tsb adalah kumpulan materi kuliahnya selama setahun di FISIP UI! Apa yg dilakukannya merupakan ide sederhana tapi cemerlang: menulis buku dari kumpulan materi kuliah yg diajarkan pada mahasiswa. Dg demikian, bisa dipastikan

bahwa semua dosen dapat menulis buku. Paling sedikit, setahun sekali. Asal setiap materi kuliah dipersiapkan secara serius. Tidak sulit, bukan?
Kandungan buku yg berasal dari kumpulan materi kuliah dosen sebenarnya bukan hal baru. Semua dosen di seluruh dunia melakukan hal serupa, termasuk dosen-dosen kita di India, di Mesir, Eropa, Amerika, dll. Saya ungkapkan lagi di sini, karena saya melihat dosen-dosen alumni India belum ada yg melakukannya; mungkin belum tahu atau mungkin lupa. Apapun kemungkinannya tidak ada jeleknya kalau saya ingatkan kembali.
Buku juga dapat berupa kumpulan makalah ilmiah yg pernah kita bawakan di sejumlah seminar, pernah dimuat di jurnal atau kompilasi tulisan artikel pendek yg pernah dimuat di media.

Buku sejumlah tokoh akademisi banyak juga yg berasal dari kumpulan tulisan mereka di media. Buku-buku Prof Dr Nurcholis Madjid seperti “Keislaman dan Keindonesiaan”, “Islam dan Peradaban”, dll. adalah salah satu contoh.
Kenapa kalangan akademisi umumnya begitu getol menulis atau menyusun buku? Jawaban pertama yg keluar adalah “untuk membangun kredibilitas atau reputasi akademis”. Ini tidak berarti bahwa kalangan akademisi yg tidak mempunyai karya ilmiah sama sekali sebagai bodoh. Tidak. Ia bisa saja pintar, bahkan mungkin saja lebih pintar dari yg menulis. Tapi, tanpa memiliki karya bagaimana orang lain tahu bahwa anda memiliki
kapabilitas/kemampuan akademis yg mumpuni? Bagaimana orang tidak akan meragukan ijazah dan titel Anda yg berderet-deret? Dan pada tataran praksis, bagaimana Anda dapat mencapai kredit poin untuk menjadi profesor apabila tanpa memiliki karya tulis?
Akademisi Pakar dan Non-Pakar

Secara faktual, walaupun tidak pernah disebut secara eksplisit, kalangan akademisi terbagi menjadi dua kelompok: pakar dan non-pakar. Apabila Anda rajin menonton channel TV berita internasional seperti CNN, BBC, CNBC atau rajin membaca jurnal dan majalah internasional seperti TIME (www.time.com), NEWSWEEK (www.newsweek.com), Al Jazeera www.aljazeera.net), The Guardian (www.guardian.co.uk), The Times
(www.times.co.uk), Internationl Herald Tribune (www.iht.com), dll, maka anda akan melihat siapa saja tokoh-tokoh yg mengisi di situ. Dari kalangan akademisi, biasanya yg muncul tulisannya atau wawancaranya adalah mereka yg sudah menulis buku. Di
CNN atau BBC umpamanya, di bawah gambar tokoh yg diwawancarai biasanya selalu ada keterangan tentang buku yg ditulisnya yg berkaitan dg topik wawancara.

Begitu juga dg kalangan akademisi yg mengisi kolom-kolom majalah internasionl. Bangga sekali saya rasanya ketika melihat tampang dan tulisan Gunawan Mohamad, mantan pemred majalah TEMPO, tampil di majalah bergengsi Amerika, TIME. Di akhir tulisannya ada keterangan singkat bahwa dia adalah penulis buku SIDELINES (kumpulan tulisannya di Tempo dalam kolom Catatan Pinggir).

Apa artinya semua ini? Jelas, seorang akademisi baru dianggap pakar yg kredibel dan patut didengar kata-katanya kalau dia sudah membuahkan karya tulis, terutama yg berbentuk buku. Baik itu berupa kumpulan tulisan pendek atau karya utuh. Tanpa itu, janganlah merasa bangga hanya karena telah berhasil menjadi dosen. Karena kredibilitas kedosenan/akademisi Anda masih dipertanyakan banyak orang.

Nah, apakah seorang akademisi yg tak memiliki karya tulis pantas dianggap pakar? Apakah gelar M.A. dan Ph.D belum cukup untuk menjadi akademisi pakar yg kredibel? Tentu saja bisa. Akan tetapi masalahnya adalah, pertama, siapakah yg tahu akan kepakaran anda bila tidak menulis? Kedua, bagaimana kita dapat mengklaim diri sebagai pakar apabila keilmuan kita belum teruji dan dikritisi selain oleh mahasiswa sendiri yg umumnya akan berpikir dua kali untuk mengkritisi dosennya.

Aturan tak tertulis dalam dunia kompetisi adalah semakin teruji kualitas seseorang di
“medan tempur”, maka akan semakin tinggi kualitas orang tsb.
Dalam lingkup nasional dan internasional, akademisi yg belum memiliki karya tulis (published articles, atau buku), belum dianggap pakar, walaupun dia sudah bergelar M.A. atau Ph.D. Sebaliknya, walaupun baru lulus S1 tapi kalau sudah menulis buku bisa dianggap akademisi pakar. Gunawan Mohamad adalah salah satu contoh.
Sumber: www.fatihsyuhud.com

Baca Selengkapnya~~ >>

PERJALANAN HIDUPKU

PERJALANAN HIDUPKU

Oleh: Jajang Suhendi
(Kepala SDN Padahayu 2, Cikedal-Pandeglang)

Aku bertanya kepada ayah dan ibu ketika aku tamat SMP. Aku minta dilanjutkan sekolah ke SMP. Begitu pula ketika aku tamat SPG. Kedua orang tuaku sangat senang bahwa aku mau melanjutkan lagi sekolah tanpa disuruh oleh mereka. Nama ayahku adalah Bapak Ana Atmaja (dipanggil Bapak Adama) almarhum. Ibuku namanya Ibu Eem Komirah. Ayah bekerja sebagai tukang jahit yang akrab dengan anak-anaknya. Aku berkesan sekali ketika aku masih usia SD. Beliau sering mengajar dan mendidik dengan semangat kebapakan. Namun sekarang telah tiada hanya tinggal kenangan manisnya saja.

Begitu pula ibuku mengajar dan mendidik dengan antusias tinggi bahwa aku harus dilanjukan belajarnya ke sekolah yang lebih tinggi. Kenyataannya keberadaan ekonomi keluarga aku kurang setelah kakekku telah meninggal dunia. Aku salah seorang cucu yang disayangi kakek. Di desa Ganeas kecamatan Sumedang Utara kabupaten Pandeglang aku tinggal. Melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Situraja kabupaten Sumedang. Mengapa aku tidak melanjutkan ke SMP yang berada di kecamatan Sumedang Utara? Aku merasa lebih nyaman sekolah di SMPN 1 Situraja, karena letaknya di sebuah kecamatan yang cukup jauh dari kota kabupaten, berbeda dengan SMP yang ada di lingkungan kecamatan Sumedang Utara.

Pada waktu aku termasuk anak yang pertama masuk di SMPN 1 Situraja yang berasal dari desa Ganeas. Teman-temanku, baik yang setarap maupun yang usianya di bawah usiaku sangat bersahabat. Sekarang yang aku tahu nama teman sekolah yang berasal dari kampung dan desa Ganeas sudah ada tambahan di depan atau di belakang namanya. Mereka memiliki jabatan yang terhormat. Yang masih aku ingatkan, nama-nama aku itu Drs. Ade Kusnadi, Kapten Dedi Junaedi, Drs. Yopi Widiana, Rd. Cecep Teten Sutisna dan Rd. Deden Heri Supriatna.

Tinggal kenangan bagiku setelah aku sudah dan Rd. Deden Heri Supriatna. Tinggal kenangan bagiku setelah aku sudah lama berpisah. Sungguh mengesankan pertemanan bersama mereka. Mengapa aku sampai bisa berpisah yang lama?
Setelah aku tamat SMP, mulai hubungan aku bersama teman-teman tersebut semakin menjauh. Mereka ada yang menjadi guru SMA, danramil, dan pembisnis yang cukup berhasil. Mungkin aku yang berada di bawah mereka. Begitu aku tamat SPG PGRI Sumedang, aku pergi ke luar kabupaten, yaitu pergi ke wilayah Pandeglang Banten. Pada saat itu masih propinsi Jawa Barat.

Tepatnya aku mulai berada di wilayah Banten Juni 1982 dan mendapat SK CPNS pada bulan Desember 1982. Aku menjadi guru SDN Sindangraja desa Babakanlor kecamatan Jiput kabupaten Pandeglang. Selama aku belum mendapat SK CPNS, aku tidak pulang ke Sumedang, tetapi aku menjadi tenaga honorer di SMP Yayasan yang ada di kecamatan Jiput. Kemudian di MTs MA Cening sampai aku menjadi tenaga CPNS masih membaktikan diri di sekolah tersebut. Tidak mengganggu waktu mengajar di SD, aku menjadi tenaga honorer di MTs pada waktu siang hari sampai sore hari.

Aku dimutasikan dari SDN Sindangraja ( sekarang SDN Babakanlor 3) ke SDN Bungbulang (sekarang SDN Cening 2), dan SDN Dahu 2. Pada tahun 2005 aku diangkat menjadi Kepala SDN Karyasari 2 kemudian dimutasikan ke SDN Padahayu 2 yang semuanya berada di kecamatan Cikedal kabupaten Pandeglang Banten. Aku sangat senang mengajar atau mendidik di sekolah yang lebih tinggi lagi. Aku menjadi tenaga honorer pada waktu siang hari sampai sore hari di SMAN Labuan (sekarang SMAN 3 Pandeglang) dari tahun 1996-2002. Tenaga honorer di SMAN 11 Pandeglang, dan pernah memberi materi perkuliahan di UT dan UNMA untuk kelompok Pagelaran.

Dan sekarang aku berhenti menjadi guru honorer di SMA, beralih untuk mempersiapkan diri untuk menjadi penulis artikel, makalah, dan Insya Allah akan mengisi kekurangan para guru untuk menulis di media cetak maupun di media online. Bukan aku berniat untuk menyombongkan diri dengan menulis artikel ini. Aku hanya mau memberi motivasi dan semangat kepada rekan- rekan guru untuk mulai menulis sekarang juga. Sambil kita membaktikan diri sebagai guru sekaligus menjadi penulis. Dengan pekerjaan menulis diharapkan kita mampu berbagi dengan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi orang banyak lewat tulisan. Menurut Abu Al-Gifary (Toha Nasrudin, S.Pd.I) menulis adalah dakwah bil-lisan.

Aku mengajak kepada semua guru yang ada di kabupaten Pandeglang dan Sumedang khususnya untuk mulai menulis sekarang juga. Kita jangan melihat usia tua dan mudanya, tetapi semangatnya yang harus kita perhatikan untuk mau menjadi guru sekaligus menjadi penulis. Aku merasa bangga dan bersyukur kepada Allah bahwa tulisanku telah bisa dibaca oleh banyak orang yang jauh sekalipun tempatnya. Aku menulis artikel di Blog.

Walaupun aku tidak bisa membuat Blog, ternyata salah seorang murid kesayanganku waktu di SD sekarang telah menjadi penulis dan pembicara muda yang handal, mau membuatkan Blog. Aku merasa bangga mempunyai murid yang sekarang telah aku anggap menjadi guru menulisku. Semoga sebelum pensiun aku bisa menjadi penulis sebagaimana Pak Hernowo dengan buku “Mengiakat Makna Updatenya”

Guru menulis yang langsung maupun guru menulis yang tidak langsung akan tetap aku jadikan penulis idolaku. Aku tidak melupakan atas jasa-jasanya secara tidak langsung aku sedikitnya telah bisa menulis. aku telah berubah dari tidak bisa menulis menjadi bisa walaupun masih dalam taraf pemula. Memang daripada tidak memulai menulis, aku lebih baik memulai menulis walaupun masih banyak kekurangan dalam hal struktur kalimat maupun kekurangan isinya. Lebih baik aku melakukan kesalahan menulis daripada aku tidak melakukan kesalahan menulis karena tidak melakukannya. Semoga kesalahan atau kekurangan dalam menulis menjadi guru terbaikku.

Aku sangat kangen kepada rekan-rekan waktu kecil dan sekarang telah menjadi guru atau menjadi dosen. Mari kita budayakan menulis dari tulisan yang sederhana maupun tulisan yang bersifat lebih kompleks. Dan aku menunggu saran dan kritiknya yang membangun. Mari kita saling berbagi ilmu dan pengalaman lewat tulisan. Mari kita berproses untuk mengadakan perumbahan diri. Awali kita menulis di buku harian. Sebab buku harian menurut Sofa Nurdiyanti (sarjana Psikologi) bermanfaat untuk (1) menghilangkan stress, (2) merencanakan target, (3) menuliskan komitmen, (4) mengontrol target, (5) memformulasikan ide baru, (6) gudang inspirasi, (7) menyimpan memori, (8) memudahkan penyelesaian masalah, dan (9) media refleksi serta kebijaksanaan. Untuk lebih lengkapnya silakan Anda untuk membuka http://maydav.wordpress.com/2011/04/05/cerita-tentang menulis/

Sebelum aku menutup tulisan ini, aku mau mengajak kepada rekan-rekan guru untuk membaca beberapa artikel di www.js-ruangberbagi.blogspot.com. Aku berharap kepada rekan-rekan guru yang kebetulan membaca artikelku untuk memberi saran dan kritikannya yang membangun, supaya proses menulisku semakin bertambah maju. Mengalami perbaikan demi perbaikan. Isi Blog aku masih banyak kekuarangan dan aku mengakui aku masih belajar menulis di Blog tentu di dalam hati masih banyak rasa takut salah. Namun aku sudah berniat untuk menulis yang belajar dari banyak kesalahan menulis tersebut. Aku mau mempraktikkan 90 persen latihan menulis dan 10 persen bakat.


Baca Selengkapnya~~ >>

SUKSES MENULIS BUTUH KOMITMEN PADA TUJUAN

SUKSES MENULIS BUTUH KOMITMEN PADA TUJUAN

Oleh: Jajang Suhendi, S.Pd.
(Kepala SDN Padahayu 2, Cikedal-Pandeglang)

Apa yang dimaksud sukses pada judul di atas? Sukses yang saya maksud adalah keberhasilan dalam bidang tulis-menulis bagi seorang guru atau kepala sekolah. Menjadi penulis yang aktif dan produktif lebih utama daripada menulis tanpa makna hal itu. Menulis aktif adalah menulis yang banyak, setiap hari dan malamnya sibuk menulis. tetapi belum mencapai sasaran “menghasilkan “ uang, penghargaan, atau aktualisasi diri penulisnya. Yang banyak menulis sebagaimana banyak membaca selama belum menghasilkan dari apa yang dibaca atau dituliskannya berarti pekerjaan itu belumlah dikatakan produktif.

Menulis produktif berbeda dengan menulis aktif. Para penulis di media massa dan media elektronik menulis banyak tulisan ada yang produktif dan ada yang belum produktif. Yang dikatakan produktif, tulisan itu menghasilkan banyak uang dan penghargaan bagi penulisnya. Bisa dikatakan bahwa menulis produktif itu banyak menulis atau tidak terpenting ada hasilnya. Akan lebih baik kita menulis aktif dan produktif dalam upaya peningkatan hidup dan kehidupan kita. Kedua kegiatan menulis tersebut akan mampu mengubah keadaan seorang penulis dari keadaan terpuruk menjadi keadaan terbaik. Dari keadaan finansial serba kekurangan menjadi orang yang banyak uang dan mendapat pengakuan dari orang banyak.

Kita menulis banyak yang berdasarkan sasaran cita-cita menjadi tulisan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain. Menulis aktif dan produktif idealnya harus disatukan. Menulis produktif harus diawali dengan menulis aktif. Nanti hasilnya banyak tulisan yang berkualitas itulah yang saya maksudkan. Sarana yang digunakan dalam upaya menulis aktif dan produktif adalah buku tulis kecil, pulpen atau media komputer. Namun yang saya rasakan lebih efektif adalah menulis di atas buku tulis yang kecil. Begitu saya mempunyai ide-ide menulis, bisa langsung saya tuliskan tanpa harus membuka laptop atau komputer. Setelah proses menulis dianggap selesai baru saya salin atau saya menyuruh orang lain untuk mengetik apa yang sudah saya tuliskan di buku tulis tersebut.

Setelah saya memiliki kemampuan menulis aktif dan produktif, saya merasa yakin bahwa dengan kemampuan menulis aktif dan produktif tersebut saya bisa sukses dalam bidang kepenulisan. Begitu juga saya bisa sukses di bidang finasial. Ada hubungan timbal balik antara kesuksesan menulis aktif dan produktif dengan kesuksesan di bidang finansial. Sukses menulis tentu akan menghasilakan uang, mengapa? Minimalnya menulis yang bisa diterbitkan di media massa atau media elektronik dalam bentuk artikel dan maksimalnya dalam bentuk buku. Tinggal bagaimana caranya saya untuk bisa keluar sebagai pemenang menjadi penulis yang aktif dan produktif tersebut.

Saya harus pandai-pandai memanfaatkan waktu sebagai peluang mencapai keberhasilan menulis. Menangkap peluang besar untuk banyak membaca buku, majalah, koran, dan materi bacaan di internet. Kemudian saya mengaplikasikannya lewat kegiatan menuliskan apa yang saya baca tersebut. Membaca dan menulis yang banyak sekaligus memiliki kualitas yang tinggi. Sekarang bagaimana cara menulis buku atau artikel yang aktif dan produktif? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu saya harus fokus pada penelitian terhadap hasil-hasil penulisan para penulis profesional dan sedikitengalaman saya dalam menulis artikel.

Walaupun baru beberapa kali artikel saya dimuat di majalah bulanan, saya rasanya sudah mendapat pengakuan yang sangat berarti dalam proses kepenulisan buku nanti. Saya yakin, dengan adanya komitmen terhadap latihan menulis tentu akan mendatangkan hasil yang memuaskan.


Baca Selengkapnya~~ >>

TERNYATA MENULIS ITU MENYENANGKAN

TERNYATA MENULIS ITU MENYENANGKAN
Oleh: Jajang Suhendi
(Kepala SDN Padahayu 2 Cikedal Pandeglang)

Setelah saya banyak membaca tulisan tentang menulis, maka saya mendapatkan suntikan motivasi. Walaupun keadaan sibuk dengan pekerjaan rutin mengajar atau tugas sebagai kepala sekolah, saya tetap melakukan kegiatan menulis. Rasanya ada yang ketinggalan apabila dalam satu hari saja saya tidak menulis. Ketika tidak mempunyai ide menulis saya tetap menulis walaupun hanya satu paragraf saja. Panjang dan pendeknya apa yang saya tuliskan tidak menghambat saya untuk tidak menulis. Panjang dan pendeknya tulisan tidak terlalu menjadi alasan saya untuk tidak menulis.

Kesibukan dalam melaksanakan tugas pokok mengajar atau memimpin sebagai kepala sekolah, ketika merasa tidak punya ide, dan ketika merasa tidak percaya diri menulis, saya tetap melakukan kegiatan menulis. Semuanya tidak saya perhatikan. Yang saya perhatikan adalah bagamana agar saya lebih senang menulis tersebut. Saya lebih merasa kreatif dan ingin terus menulis walaupun keadaan sebenarnya telah berjam-jam lamanya saya menulis. Bahkan semakin lama saya menulis semakin lancar menulis. Dalam hati saya berbicara apabila saya semakin banyak menulis akan meraih keuntungan secara mental maupun secara finansial.

Semakin lama saya bertekad untuk banyak menulis yang disertai dengan upaya peningkatan kualitas. Setidaknya kualitas menurut kemampuan saya sendiri sambil memperhatikan buku atau tulisan yang menjadi pedoman kepenulisan saya. Sambil terus banyak melakukan kegiatan menulis saya tetap banyak membaca. Antara membaca dan menulis tidak ada waktu secara terpisah seperti apa yang saya lakukan dahulu. Antara membaca dan menulis waktu dulu secara terpisah sehingga walaupun waktu sudah bertahun-tahun saya tidak menghasilkan tulisan sedikitpun. Setelah sering membaca buku “Mengikat Makna Up Date” karya Mas Hernowo dan Fatih Zam, saya berubah lebih suka menulis sambil membaca dan membaca sambil menulis.

Banyak hal timbul sewaktu saya menjalankan apa yang mau saya tuliskan. Sebelum menulis saya tidak tahu apa yang akan saya tuliskan, tetapi setelah saya menulis dan menulis timbul perasaan untuk memaksakan diri menulis. menulis secara konsisten dan memiliki komitmen yang kuat untuk

kebendaan tanpa nilai-nilai kesenangan.
Saya kurang mempertimbangkan bagaimana agar saya banyak uang, rumah bagus dan segala kebendaan yang serba ingin baru model dan kualitasnya. Saya lebih memperhatikan bagaimana agar saya, istri saya dan anak-anak saya berhasil di dalam kualitas pendidikan dan pekerjaannya. Antara rumah, sawah, kebun dan sebagainya, saya lebih memilih anak-anak lebih maju. Minimal pendidikan mereka sarjana tanpa melupakan nilai-nilai kepribadian.

Yang saya rasakan enak dan nyaman apabila anak-anak terbiasa tegur sapa yang santun daripada tingginya pendidikan tetapi kurang akhlak. Ketika ada anak yang kurang sopan dalam tatakrama dan budi bahasa dalam hati kecil menangis mengapa demikian? Namun dalam hati saya berdoa semoga dia tidak menganggap formalitas terhadap kebiasaan ucapan salam ketika mau pergi dan ketika sudah datang dari tempat lain.

Sewaktu ada kejadian yang kurang menyenangkan dari pihak orang-orang terdekat maupun orang-orang puhak luar, saya langsung saja menuliskan apa yang saya rasakan kurang tersebut. Saya marah melihat kejanggalan karena akibat dari kekurangan diri saya atau kekurangan perilaku orang lain, saya menuliskannya. Perasaan marah, kecewa, khawatir dan perasaan negatif lainnya karena apa yang saya inginkan tidak terlaksana, saya obati dengan menuliskannya. Saya lebih suka melampiaskan rasa negatif lewat menuliskannya. Bagi saya ternyata menulis itu menyenangkan sekali. Menulis itu bisa saya jadikan tempat mengaduh kepada Allah ketika ada hal dan keinginan di luar cita-cita.

Bahkan saya merasa tidak percaya akan tulisan yang telah saya selesaikan. Apabila saya berniat untuk merevisi tulisan saya sering tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Namun menuliskan pada langkah awal tidak terasa lelah dan jemu. Apabila saya bandingkan antara waktu menulis dan waktu merevisi, ternyata waktu menulis lebih cepat tanpa melupakan banyaknya. Sementara waktu merevisi sangat lama dan sering tertunda tidak satu kali selesai. Pada waktu saya menulis tanpa memperhatikan baik dan buruknya tulisan saya ternyata pada waktu itu di dalam hati ada perasaan nikmat. Merasa nikmat karena saya menulis dengan hati yang ikhlas. Atau pada waktu itu saya menulis dengan hati, tetapi pada waktu saya merevisi tulisan saya berati saya menulis dengan pikiran. Menulis dengan hati melebihi menulis dengan pikiran.

Menulis itu bagi saya layaknya naik naik sepeda motor. Ungkapan ini sering didengar, karena memang itulah gambaran yang bisa menganalogikan kegiatan menulis. Dari setiap hari membaca, menulis maka akan semakin terasahlah kreativitas saya. Setiap hari menaiki sepeda motor akan lancarlah saya dalam menaiki sepeda motor tersebut. Tentunya didasari dengan keberaniaan, berani jatuh dengan terus berhati-hati. Menulis sama seperti naik sepeda motor, dimulai dulu dengan yang mudah lalu mencoba yang lebih agak sulit.

Saya jadikan menulis sebagai sebuah kebutuhan sama seperti halnya makan dan minum. saya akan lapar dan haus ketika tidak menulis dan membaca hari ini. Karena butuh, dorongan itu diusahakan muncul dari dalam, berusaha untuk memenuhinya. Berusaha menjadikan menulis sebagai kegiatan di bawah alam sadar kita. Sesuatu yang dilakukan dalam alam bawah sadar kita akan membuat kita seperti mendapatkan energi tambahan. Sesuatu yang dilakukan karena disukai dan hobi akan membuat menulis menjadi nikmat. Apalagi jika orang lain juga bisa menikmatinya.

Untuk menumbuhkan kreativitas harus terus diusahakan dengan menumbuhkan banyak melakukan latihan menulis. Apapun bisa menjadi bahan untuk menulis, kapanpun akan bisa menulis. Panjang atau pendek, yang terpenting pesannya tersampaikan, tetapi jika panjang mungkin pesannya akan bisa lebih banyak. Kemampuan daya serap dan ingat orang juga terbatas, pendekpun tidak menjadi masalah. Terpenting saya tidak lupa untuk terus membaca dan menulis, kreativitas akan terus mengikuti keduanya.
Baca Selengkapnya~~ >>

AGAR LAPTOP LEBIH MENGHASILKAN


AGAR LAPTOP LEBIH MENGHASILKAN

Jangan kita memandang laptop dari segi barang mewahnya, tetapi kita memandang laptop itu dari segi manfaatnya. Manfaat karena bisa digunakan menulis artikel atau buku. Dari tulisan sederhana sampai tulisan yang sangat tinggi nilai jualnya. Ada beberapa manfaat laptop apabila digunakan untuk menulis yang direncanakan dengan baik. Ada nilai fiansial dan nilai penghargaan terhadap kualitas diri kita sebagai penulis. Dari tulisan bersifat pribadi sampai tulisan yang bisa bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Kita biasa membelikan anak-anak baju baru dan cukup mahal harganya, tetapi kita tidak banyak komentar dengan harga yang mahal. Sementara untuk membeli laptop banyak alasan tidak mampu. Memang benda itu mahal bagi orang yang tidak berantusias bahwa benda itu sangat banyak manfaat dari pada bahyanya.

Bagi kita harus ada upaya ke arah memiliki laptop itu, sebab apabila dibandingkan dengan buku dan pulpen untuk menulis karangan sangat jauh berbeda. Cara kerja laptop lebih praktis dan hemat tenaga dan biaya untuk langkah-langkah selanjutnya. Sebelum kita menggunakan laptop, kita tentu buku dan pulpen baguslah yang lebih praktis digunakan untuk menulis karangan atau apa saja dalam hubungannya dengan perihal tulis-menulis.

Ternyata apa yang terjadi? Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, bahwa benda itu sangat menolong cara kerja sebagai penulis pemula. Ide-ide lebih lancar mengalir keluar dari benak ketika kita mengetik kata-kata lewat laptop dari pada kita menulis di buku tulis menggunakan puloen. Apabila kita salah ketik atau akan menambah dan mengurangi kata-kata dalam karangan tersebut, rasanya kita sangat terbantu dalam menulis.

Saya sebagai penulis pemula pada awalnya merasa tidak mungkin bisa menggunakan laptop. Saya merasa mustahil bisa mengerti internet dan mustahil bisa menulis karangan melalui alat itu. Sering saya berbicara di depan teman-teman guru dan Kepala Sekolah bahwa saya tidak mampu menggunakan komputer atau laptop. Sungguh Allah Maha Pengasih kepada umatnya yang mau berusaha untuk mengerti dan mau menggunakan laptop itu (Jajang Suhendi,Cikedal-Pandeglang)
Baca Selengkapnya~~ >>

Sabtu, 02 Juni 2012

BELAJAR DENGAN RUMUS B DAN B

(Jajang Suhendi, Cikedal_Pandeglang)

Kita bisa belajar untuk mendapatkan ilmu dari mana dan dari siapa saja terpenting intinya kebenaran. Ilmu yang kita pelajari alangkah lebih baiknya apabila dipraktekkan dengan sebaik-baiknya. Ilmu akan membawa kemaslahatan kepada pemiliknya. Apa yang telah diajarkan oleh Mahatma Gandhi tentang ajaran kebenaran, ajaran anti kekerasan dan ajaran cinta kasih.
Kita tahu ketiga hal itu isinya baik walaupun datangnya dari ajaran di luar agama Islam. Dalam Islam juga mengajarkan bahwa kita sebagai umatnya harus mengajarkan dan mempraktekkan kebenaran, tidak melakukan kekerasan dan saling adanya cinta kasih dalam kebenaran itu, cinta kasih yang bersifat hawa nafsu bukan cinta kasih, tetapi hawa seksual yang harus kita kekang dengan landasan ajaran agama yang kita anut.
Kita bahas sumber belajar dari bahan bacaan, seperti buku dan ainternet. Kedua sumber belajar tersebut lebih mudah dan efektif cara mendapatkannya, dari pada sumber belajar yang lainnya. Namun belajar lewat buku dan internet harus sungguh-sungguh supaya apa yang kita pelajari bermanfaat bagi kita. Tidak sembarang membaca, memerlukan konsentrasi dan cara tertentu. Salah satu yang digunakan Winarno Surakhmad waktu membaca buku itu menggunakan rumus B dan B. Tepat pada hal-hal yang dianggap penting berhenti (B) beberapa saat. Kemudian kita bertanya (B) dengan menggunakan kata tanya yang sesuai dengan kata-kata, kalimat, dan paragraf yang dianggap penting tersebut.
Misalnya kita tepat pada kalimat Kadang aku tertidur sambil memeluk mesin tik berselimutkan buku-buku untuk referensi Balada Si Roy, berhenti beberapa saat kemudian bertanya dengan beberapa pertanyaan. Siapa yang dimaksud pada kalimat tersebut? Di mana dia tertidur? Mengapa tidur sampai begitu? Dan beberapa pertanyaan yang lainnya bisa membuat pembaca buku mengetahui banyak dari buku yang dibaca. Pembaca yang baik tentu mudah menjawab pertanyaan semacam itu, karena sebelum membaca sudah sedikitnya telah mengetahui informasi tentang kalimat tersebut.
Cara membaca dengan menggunakan teknik membaca B dan B akan membuat proses membaca semakin mudah mendapatkan materi yang kit abaca dengan mengaktifkan daya nalar dan kepekaan pikiran berikut hati nurani kita. Tergantung dari bentuk pertanyaan hapalan, pikiran dan perasaan yang kita gunakan. Walaupun kita bisa nenjawab dengan cara singkat, maka untuk melatih cara berpikir dan merasakan sesuatu yang kit abaca, kita lebih baik menggunakan cara menjawab yang panjang dan sistematik. Kita belajar dan berlatih menggunakan bahasa Indonesia supaya lancar.
Untuk memperlancar bagaimana cara membaca dengan menggunakan pertanyaan tersebut di atas, dapat diperhatikan contoh berikut. Siapa yang dimaksud dalam kalimat tersebut? Jawabannya tidak mudah apabila kita hanya melihat sepenggal kalimat tersebut. Kita perlu adanya teks yang kit abaca. Kita jawab dengan nama pengarang Balada Si Roy tentunya. Namanya Mas Gol A Gong sebagai salah seorang penulis professional yang memimpin Rumah Gunia di kota Serang. Beliau sangat produktif membuat buku-buku yang menginspirasi para pembaca atau para pengikut pelatihan menulis yang diadakan di Rumah Dunia atau di setiap ada panggilan sebagai pembicara tentang menulis.
Beliau mengawali kepenulisan dengan mengarang buku Balada Si Roy, melalui proses yang cukup panjang. Patut kita ikuti bagaimana cara beliau sampai sukses menjadi penulis. Melalui perjalanan yang membuat beliau matang dalam bidang kepenulisan. Beliau tidak hanya pandai berteori kepenulisan, tetapi sangat piawai dalam mempraktekkan kepenulisan. Karya-karya beliau saya rasa sangat memotivasi menulis yang tidak mengenal lelah. Baik hubungan melalui tulisan maupun hubungan langsung, beliau sangat peramah dan suka menerima pembicaraan orang lain.
Mulai saat itu saya menulis dengan inspirasi banyak ambil dari beliau. Beliau menyinggung pembaicara yang pertama waktu itu bahwa saat itu bukan acara seminar biasa, tetapi acara pelatihan kepenulisan. Pembicara pertama panjang lebar menjelaskan materi pembicaraannya, tetapi belia mengatakan “ Terpenting saat ini banyak melakukan bagaimana agar kita mampu menulis. bukan banyak pembicaraan secara lisan, tetapi banyak menulis.” itulah yang membuat saya lebih banyak meluangkan waktu untuk menulis, bukan berbicara banyak alas an itu dan ininya.
Sesuai dengan pendapat bahwa keterampilan menulis ditentukan 10 persen bakat dan 90 persen praktek. Oleh karena itu, saya mulai banyak praktek menulis. salah dan benarnya saya menulis tidak menjadi alasan untuk tidak menulis. Dengan kebiasaan praktek menulis, kita akan mampu menjadi penulis professional, itulah keyakinan saya. Apalagi sekarang sudah ada alat untuk menulis yang lebih menghemat waktu, tenaga, dan pemikiran. Ada kata-kata, kalimat atau paragraph yang salah atau perbaikan dan penambahan, rasanya saya lebih mudah menyikapinya.
Sampai-sampai saya lupa bahwa usia saya sudah mencapai empat puluh Sembilan tahun. Istri juga mengatakan bahwa saya sudah tua bukan untuk menjadi penulis, mengapa tidak sejak dulu saja saya menulis. saya ingat bahwa belajar dan berlatih tidak dibatasi oleh usia tua atau mudanya. Sepanjang hayat masih dikandung badan, kegiatan menulis harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Mungkin nasib saya mau praktek menulis setelah usia tua. Usia boleh tua, tetapi semangat tidak pernah tua.
Ilmu tentang teknik membaca B dan B telah lama saya dapatlkan dari seorang Profesor yang ahli di bidang penelitian ilmiah. Saya menyadari betapa baiknya apabila teknik ini dipraktekkan dalam kegiatan membaca. Kita lanjutkan bagaimana menjawab pertanyaan yang kedua di atas. Di mana dia tertidur? Ini harus memerlukan konsentrasi yang lebih dari menjawab pertanyaan nomor pertama. Jawaban atas pertanyaan itu memerlukan jawaban pemikiran yang tersirat. Dalam teks tidak tertulis tempat penulis tersebut berada. Kita jawab dengan refleksi bahwa penulis tertidur di kamar kerjanya.
Sehubungan dengan aktif dan kreatifnya dia sampai-sampai ketiduran di ruang kerjanya. Tidak memperhatikan apakah dia sudah berbenah atau belum sebelum di pergi tidur. Biasanya orang sukses dalam menulis bekerja dengan jumlah waktu dan tenaga pemikiran yang sangat optimal melebihi orang pada umumnya. Terkadang mereka kurang memperhatikan situasi dan kondisi mengizinkan atau tidaknya. Mereka membuat situasi dan kondisi yang kondusif menulis. banyak dan tidaknya bukanlah ukuran baik dan tidaknya seseorang.
Pemahaman menulis terus berkembang dengan banyak latihan menulis, termasuk salah satu teknik membaca B dan B yang saya kemukakan di atas. Walaupun sekarang kita paparkan contoh cara menggunakan teknik B dan B, kurang mendukung tanpa banyak praktek dari pihak kita sebagai penulis pemula. Mari kita gunakan teknik menulis yang baik ini walaupun hanya satu macam saja. Satu macam teknik membaca yang sering diterapkan dalam latihan dan mencoba menulis artikel atau buku untuk dikirim ke penerbit. Untuk saat ini agar ditunda dulu perasaan malu atau takut salah menulis itu.
Belajar dan berlatih menulis dengan teknik B dan B sangat mempermudah kita membaca atau belajar. Hal ini banyak dilakukan olerh orang-orang yang mempunyai perhatian pada kegiatan membaca ini. Lebih baik salah kemudian kita perbaiki dalam menulis dari pada kita tidak melakukan kesalahan tanpa mau mencoba. Kita belajar dari kesalahan menulis pada tahap awal, supaya pada tahap selanjutnya kita tidak mengulangi kesalahan yang kedua kalinya. Selamat mencoba semoga berhasil.






Baca Selengkapnya~~ >>
BELAJAR DARI SEGELAS AIR

(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Hampir semua apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, dan apa yang baca member inspirasi kepada saya. Setelah saya menerima masukan dari seorang penulis profesional, yaitu Mas Gol A Gong-pemimpin taman baca Rumah Dunia. Walaupun hanya baru satu kali pertemuan rasanya banyak pelajaran tentang materi kepenulisanku.
Terima kasih saya ucapkan kepada salah seorang muridku sewaktu di SD, Atih Ardiansyah dengan nama pena Fatih Beeman ( manusia lebah). Dia menjadi murid kesayangan saya yang sejak kecil menurut kepada apa yang saya anjurkan. Sejak kecil dia sudah mampu menghapal teks pidato dua lembar polio atau lebih dalam waktu sehari semalam. Sangat jarang seusia dia yang kuat daya nalarnya.
Selain itu dia sudah memiliki keberanian untuk berbicara di depan orang banyak tanpa mengalami hambatan rasa malu atau rasa lemah lainnya. Sungguh dia sekarang telah lulus kuliah di UNPAD Bandung dan katanya dia mendapat penghargaan belajar di luar negeri. Saya menulis dan berani mengirimkan ke media massa karena motivasi dan semangatnya.
Saya bertanya tentang bagaimana cara menjadi penulis buku malah dia balik bertanya “ Apakah Bapak merasa telah membesarkan hidup saya dalam dunia ya tulis-menulis?.” Dan dia mengatakan bahwa dia bisa menjadi begitu karena modal dasar menulis dari saya. Dia masih ingat dan mengatakan kepada saya bahwa hidup menjadi kepala ayam lebih baik daripada menjadi ekor singa.
Apa yang saya katakan hampir semua diingatkan dan diaplikasikan. Terkadang saya sudah lupa tetapi dia masih ingat apa yang pernah saya katakana kepadanya. Akhirnya saya memutuskan untuk banyak menulis apa saja dan berupaya untuk mengirimkan ke penerbit atau redaksi majalah yang ada di lingkungan kabupaten dan propinsi.
Alhamdulillah artikel yang saya kirim ke majala Warta Winaya yaitu majalah di bawah kepemimpinan Dewan pendidikan Kabupaten Pandeglang. Artikel yang saya kirimkan ke majalah Suara Guru Banten dapat diterima baru satu kali, dan Surat Kabar Berkah dapat menerima pula. Semoga hal itu menjadi langkah awal saya dalam mengembangkan misi di bidang menulis, membaca, pendidikan, kepribadian, dan bidang lainnya yang sesuai dengan kemampuan saya.
Pepatah yang pernah saya sampaikan kepada Fatih Beeman akan kembali kepada diri saya. Menjadi kepala ayam maksudnya seorang pemimpin diri sendiri dalam bidang kepenulisan. Saya harus lebih dahulu banyak menulis khususnya di kecamatan Cikedal. Sedangkan menjadi ekor walaupun ekor singa tetap hanya sebagai pengikut yang selalu mengikuti inisiatif orang lain yang menjadi pemimpin.
Ketika saya melihat segelas air the yang sengaja disediakan istri, maka perasaan dan pikiran saya konsentrasi pada segelas air tersebut. Ternyata banyak hal yang saya dapatkan. Di antaranya yang dapat saya tangkap makna di balik benda tersebut. Gelas saya ibaratkan sebagai keadaan diri saya, baik sebagai keadaan fisik maupun non fisik.
Diri saya sebagai satu kesatuan kepribadian yang terdiri dari hati (perasaan), dan otak (pikiran). Telah saya tuliskan kedua unsure kepribadian saya tersebut harus diberi makan makanan yang bergizi. Jadi gelas yang saya maksud sebagai perasaan saya, pikiran saya, dan jasad fisik saya yang harus kita isi dengan air kehidupan yang berarti bagi kelangsungan hidup saya.
Air menurut saya dapat menjadi singkatan dari Agama, Ilmu, dan Ridha Allah. Yang saya masukkan ke dalam gelas (diri saya) adalah tentang nilai-nilai agama Islam, ilmu pengetahuan, dan atas dasar keridhaan Allah. Untuk apa kita memiliki agama dan banyak ilmu tanpa adanya ridha dari Allah? Oleh karena itu saya sengaja menjadikan air di dalam gelas sebagai sumber inspirasi yang sangat penting bagi saya, dan tentu bagi orang lain.
Saya ibaratkan diri saya sebagai gelas yang berisi air kehidupan yang sangat berarti bagi saya di dunia dan akhiratnya. Walaupun saya menulis tentang diri saya, tetapi maknanya bisa berlaku bagi siapa saja yang menganggap penting pada isi pembicaraan yang saya maksud. Pada awalnya saya menulis untuk diri saya tetapi pada intinya untuk kita semua yang haus akan nilai-nilai agama, ilmu pengetahuan, dan keridhaan dari Allah.
Kita harus hati-hati memegang dan menjaga gelas agar tidak pecah. Begitu juga tentang gelas kepribadian saya harus kita jaga secara baik dan hati-hati. Kita upayakan gelas (kepribadian) kita diisi dengan berbagai nilai keagamaan, ilmu pengetahuan yang berdasarkan nilai-nilai tersebut sebanyak-banyaknya. Bagaimana kalau gelas (kepribadian) kita penuh dengan nilai-nilai dan ilmu pengetahuan itu? Saya jawab, dengan banyaknya apa yang kita dapatkan agar kita berikan kepada orang lain.
Saya berniat saling berbagi dengan ilmu pengetahuan yang saya dapatkan lewat belajar di sekolah, kuliah, dan lewat membaca secara otodidak. Membaca buku dan membaca lewat internet. Saya tergila-gila membaca blog, artikel, dan bentuk tulisan lainnya di internet. Dan Alhamdulillah saya bisa mendapatkan manfaat dari sumber ilmu pengetahuan tersebut. Walaupun masih sedikit terpenting biar sedikit terus saya amalkan dengan cara menyampaikan lewat menulis seperti ini.
Pikiran kita dan perasaan kita agar kita kembangkan terus dan apabila telah banyak untuk kita padatkan di dalam diri kita. Sepadat mungkin ilmu yang ada di dalam diri kita kemudian kita berikan kepada orang yang membutuhkannya. Pemberian kita kepada orang yang membutuhkan bermacam-macam materi. Orang memberikan sesuatu berupa nasihat, uang atau harta benda, dan pemberian berupa ilmu pengetahuan dan kemampuan tentang sesuatu kepada orang lain.
Namun idealnya kita harus bisa memberi berbagai hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Secara logika kita agak sulit member ilmu pengetahuan dan keterampilan apabila diri kita dalam keterbatasan. Sebagaimana gelas apabila belum penuh tidak akan bisa mengalirkan air ketika posisinya dalam keadaan berdiri tegak. Begitu juga diri kita tidak akan mampu memberi sesuatu kepada orang lain sementara diri kita dalam kekurangan.
Bisa saja kita memberi sesuatu kepada orang lain dalam keadaan kondisi serba kekurangan. Oleh karena itu Pak Mario Teguh menyarankan agar sejak usia SD sampai usia 40 tahun sebagian besar waktunya hanya untuk belajar memenuhi otak kita dan hati kita dengan berbagai kebaikan. Dan setelah usia 40 puluh tahun agar mengaplikasikannya kepada diri sendiri dan orang lain. Hal ini telah digunakan para santri di pesantren agar dalam waktu tertentu hanya belajar dan belajar saja. Baru setelah selesai bisa keluar untuk mengamalkan ilmu yang didapatnya dengan susah payah.
Memang apabila kita ingin memiliki ilmu yang aplikatif harus konsentrasi penuh pada satu sasaran atau satu disiplin ilmu tertentu. Pikiran dan perasaan kita hanya tertuju pada satu sasaran saja apabila hal itu ingin langsung bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sementara mempelajari ilmu yang lainnya sekedar pengetahuan saja. Dan apabila memungkinkan kita tidak ada salahnya untuk menguasai sebanyak mungkin ilmu. Namun kita harus mengingat keterbatasan kemampuan sebagai manusia, apalagi kita kurang penuh dalam menuntut ilmu tersebut.
Yang benar-benar optimal dalam menuntut ilmu juga sangat sulit untuk menjadi ahli dan menguasai sebanyak mungkin ilmu sampai penerapannya. Apalagi orang yang hanya setengah-setengah dalam menuntut ilmu tersebut. Jangankan berbeda disiplin ilmu yang ingin kita kuasai, dalam satu disiplin ilmu itupun sangat dalam apabila digali secara serius.
Saya telah melakukan untuk menguasai ilmu di berbagai disiplin ilmu ternyata saya tidak mampu. Berbagai buku telah saya baca dan telah saya telaah yang ada ada hanyalah kejenuhan. Ada buku baru saya beli dan saya baca dengan berbagai metode membaca yang terbaru. Hasilnya sekedar pengetahuan yang tidak aplikatif.
Mulai saat itu saya beralih pada satu sasaran, yaitu mencoba hanya membaca dan mempelajari tentang masalah membaca dan menulis saja. Walaupun hanya sedikit saja dapat saya rasakan dengan penuh kebahagiaan. Membaca, menulis dan mengirimkannya ke penerbit atau redaksi, ternyata langsung dapat diterima. Dan bisa dibaca rekan-rekan guru dari tingkat kecamatan sampai tingkat propinsi. Padahal baru beberapa bulan saja.
Berbeda pada waktu saya terlalu berambisi ingin menguasai sebanyak mungkin ilmu dari tahun 1982 sampai bulan Agustus 2010 selama itu saya tidak bisa menghasilkan tulisan yang bisa dibaca orang lain dengan ruang lingkup yang cukup luas.
Cara belajar tempo dulu bagaikan saya minum banyak minuman, ada air teh , air es, air sirop, dan segala macam minuman yang katanya enak dan menyehatkan. Ternyata perut saya tidak menerima semuanya dalam satu kesatuan pribadi yang terbatas ini. Mulai sekarang biar hanya satu bidang kajian tetapi dihadapi secara profesional, maka akan membuat diri saya bisa profesional pula.
Saya berbicara seperti begini bukan sombong ingin dipuji orang lain, tetapi saya benar-benar ingin berbagi pengalaman bahwa dengan terlalu ambisi ingin menguasai banyak hal tanpa memperhatikan kondisi diri kita, maka tidak akan membuata diri kita seorang ahli yang aplikatif dalam mengembangkan ilmunya.
Itulah tulisan ini terinspirasi oleh salah satu benda seperti air dan gelas. Masih banyak lagi benda-benda dan peristiwa yang dapat menginspirasi saya dan begitu pula Anda apabila ada kemauan untuk mendalaminya. Semoga kita bisa belajar atau membaca buku, membaca diri kita, membaca alam beserta isinya. Kegiatan membaca ternyata akan memberikan makna kehidupan kita. Oleh karena itu sungguh sangat disayangkan apabila kita tidak mengisi kesempatan yang baik ini dengan kegiatan membaca secara luas.




Baca Selengkapnya~~ >>
BACALAH BUKU
DAPATKAN MAKNANYA
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Kita perhatikan orang-orang yang sangat rajin membaca setiap harinya. Berbeda dengan orang yang tidak suka membaca Setiap ucapan dan perilakunya akan jauh berbeda, bagi pembaca sewaktu berbicara lebih efektif tidak banyak waktu terbuang percuma. Apa yang dikatakannya mesti kata yang berisi apa yang telah dibacanya, banyak berbicara ada kemungkinan banyak materi ilmu yang dikatakannya. Kita banyak bergaul dengan mereka akan ketularan makna akan buku-buku yang pernah dibacanya. Sama halnya dengan kita membaca akan banyak makna yang didapatkan, begitu juga mendengar dan diskusi dengan pembaca yang efektif itu akan banyaklah makna yang kita dapatkan. Beruntunglah orang yang banyak membaca dan bergaul dengan pembaca, sedikitnya kita akan menerima ilmunya.
Semakin banyak membaca buku sambil mengaktifkan diri dengan tanya jawab mengenai materi yang kita baca itu, maka ilmu kita akan semakin berambah dan kemampuan membaca kita akan semakin bertambah pula. Kegiatan tanya jawab mengenai materi bacaan bisa kita lakukan sendiri dengan menggunakan metode membaca efektif dan efisien. Akan kita kemukakan contoh membaca dengan cara yang lebih efektif sehingga mengasyikkan apabila sering dikembangkan setiap kali membaca artikel atau buku.
Bacaan tentang cerita berjudul “Burung Balam dan Semut Merah” adalah bahan bacaan siswa Sekolah Dasar, tetapi sangat baik apabila dijadikan contoh bagaimana membaca dengan mengaktifkan metode tanya jawab yang sering para guru gunakan dalam pembelajaran di sekolah. Kita sambil membaca sekilas untuk membuat beberapa pertanyaan isi bacaan atau bisa saja kita hanya menjawabnya karena sudah tersedia pada buku tersebut. Kita jawab satu per satu pertanyaan tersebut, misalnya, (1) Apa judul bacaan yang kamu baca? (2) ada berapa tokoh dalam cerita itu? (3) siapa yang minta tolong di danau? (4) mengapa dia minta tolong? (5) siapa yang menolongnya? (6) bagaimana caranya dia menolongnya? Apakah yang menolong dalam cerita itu ditolong kembali? (7) bagaimana cara menolongnya? (8) cobalah ringkas cerita yang kamu baca tersebut!
Sekarang kita tinggal menjawab setiap pertanyaan tersebut sambil membaca. Kita klasifikasikan dulu pertanyaan di atas, nomor (1), (2), dan (3) adalah pertanyaan ingatan sebab jawabannya singkat berupa fakta saja, sedangkan nomor yang lainnya termasuk pertanyaan bersifat pikiran banyak membutuhkan pemahaman yang mendalam. Oleh karena itu dalam penilaian jawaban atas pertanyaannya berbeda, pertanyaan bersifat hapalan atau ingatan biasa diberi skor satu, sedangkan pertanyaan bersifat pikiran diberi skor lebih besar.

Baca Selengkapnya~~ >>
MENULIS ADALAH
TUGAS HARIANKU

(Jajang Suhendi, Cikedal Pandeglang)

Apa manfaat dari kegiatan menulis bagi Anda? Jika Anda sebagai guru tentu akan sepakat bahwa menulis adalah kegiatan tindak lanjut dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Apalagi sekarang adanya Penelitian Tindakan Kelas dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah (KTI). Bagiku sangat cocok bahwa menulis termasuk tugas poko seorang guru profesional. Tugas seorang akan tuntas dengan adanya kegiatan menulis ini. Pada saat ini menulis yang menggunakan media elektronik (laptop, netbook, atau computer). Tugas menulis akan lebih efektif dengan menggunakan media tersebut. Ada yang salah tulis, lupa terlewat, dan kesalahan tulis lainnya akan mudah diperbaiki tanpa harus menipeks misalnya.
Menulis sangat bermanfaat bagiku untuk mempermudah melanggengkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide yang telah kita dapatkan lewat membaca, merenung, menyimak, dan kegiatan penelitian. Dengan menulis aku bisa berpikir lebih bebas dan merasakan sesuatu dengan senikmat-nikmatnya. Berbeda dengan berbicara manfaatnya pada saat itu saja tidak lama seperti kesannya membekas di hati dan kepala. Menulis mulai saat ini merupakan hal yang bisa membuat diriku merasa sehat dan tenang walaupun situasi dan kondisi keuanganku sangat menghawatirkan.
Jangan kita memandang laptop dari segi barang mewahnya, tetapi kita memandang laptop itu dari segi manfaatnya. Manfaat karena bisa digunakan menulis artikel atau buku. Dari tulisan sederhana sampai tulisan yang sangat tinggi nilai jualnya. Ada beberapa manfaat laptop apabila digunakan untuk menulis yang direncanakan dengan baik. Ada nilai fiansial dan nilai penghargaan terhadap kualitas diri kita sebagai penulis. Dari tulisan bersifat pribadi sampai tulisan yang bisa bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Kita biasa membelikan anak-anak baju baru dan cukup mahal harganya, tetapi kita tidak banyak komentar dengan harga yang mahal. Sementara untuk membeli laptop banyak alasan tidak mampu. Memang benda itu mahal bagi orang yang tidak berantusias bahwa benda itu sangat banyak manfaat dari pada bahyanya.
Bagi kita harus ada upaya ke arah memiliki laptop itu, sebab apabila dibandingkan dengan buku dan pulpen untuk menulis karangan sangat jauh berbeda. Cara kerja laptop lebih praktis dan hemat tenaga dan biaya untuk langkah-langkah selanjutnya. Sebelum kita menggunakan laptop, kita tentu buku dan pulpen baguslah yang lebih praktis digunakan untuk menulis karangan atau apa saja dalam hubungannya dengan perihal tulis-menulis.
Ternyata apa yang terjadi? Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, bahwa benda itu sangat menolong cara kerja sebagai penulis pemula. Ide-ide lebih lancar mengalir keluar dari benak ketika kita mengetik kata-kata lewat laptop dari pada kita menulis di buku tulis menggunakan puloen. Apabila kita salah ketik atau akan menambah dan mengurangi kata-kata dalam karangan tersebut, rasanya kita sangat terbantu dalam menulis.
Saya sebagai penulis pemula pada awalnya merasa tidak mungkin bisa menggunakan laptop. Saya merasa mustahil bisa mengerti internet dan mustahil bisa menulis karangan melalui alat itu. Sering saya berbicara di depan teman-teman guru dan Kepala Sekolah bahwa saya tidak mampu menggunakan komputer atau laptop. Sungguh Allah Maha Pengasih kepada umatnya yang mau berusaha untuk mengerti dan mau menggunakan laptop itu.
Hasrat menggebu-gebu seolah-olah saya masih pelajar saja. Sering saya dikritik istri apabila saya sedang menulis di buku tulis bahwa saya banyak menulis tidak pernah ada hasilnya. Tidak ada karangan yang bisa diterbitkannya. Memang hati saya sangat sedih mengapa saya banyak meluangkan waktu untuk menulis. Ada lagi orang yang mengatakan kepada saya bahwa saya seperti orang yang usia muda saja tidak karuan melakukan seperti siswa membaca atau menulis untuk memikirkan sesuatu yang mustahil.
Yang lebih menyakitkan hati saya ketika ada orang yang mengatakan “Sekarang bukan waktunya berpikir, tetapi sekarang waktunya untuk bekerja yang banyak menghasilkan” Maksudnya, saya harus banyak menghasilkan uang dan uang saja. Mulai saat ini saya harus membuktikan bahwa menulis merupakan kegiatan yang bisa menghasilkan banyak hal dari pada pekerjaan lainnya.
Bagi saya menulis merupakan pekerjaan yang sangat menjanjikan dan memberi peluang untuk bisa berbuat lebih leluasa. Saat Hari Raya bisa berkunjung ke rumah orang tua dan saudara, saat orang lain membutuhkan pertolongan saya bisa lebih dahulu. Apapun hal yang penting-penting bisa saya lakukan, karena menulis yang bisa membuat saya banyak menghasilkan finansial.
Semoga ada pihak-pihak yang bisa memotivasi dan memberikan peluang karangan-karangan yang saya susun diterima menjadi bahan bacaan bagi kalangan tertentu, khususnya bidang pendidikan. Orang lain bisa hidup mengembangkan ilmu dan pengalamannya lewat berbicara secara lisan. Saya memohon kepada pihak penerbit untuk bisa mengabulkan niat saya sebagai penulis yang tidak sekedar menulis saja. Saya mau menulis yang bisa memberi peluang kepada kedua belah pihak untuk saling menguntungkan.
Bukan untuk kepentingan pribadi saja saya menulis, tetapi saya niatkan untuk kepentingan orang banyak. Benar-benar saya menulis agar saling memberi, karena dengan cara begitu saya bergerak di bidang profesi keguruan atau kependidikan. Tentu saja saya mengajak kepada seluruh guru atau Kepala Sekolah agar membiasakan diri untuk menulis mulai saat ini pula.
Marilah kita berjuang untuk melawan kebodohan agar kita dan para siswa menjadi orang-orang yang mengerti mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah. Sebelum memiliki laptop silakan menulis di buku tulis dengan alat tulis pulpen, tetapi sasaran laptop agar menjadi prioritas bagi Anda dan saya. Apalagi bagi guru dan Kepala Sekolah yang sudah mendapat gelar guru profesional dengan sertifikat sertifikasinya.
Kita jangan malu salah menulis artikel atau makalah, karena kesalahan menulis adalah hal yang wajar. Menjadi hal tidak wajar apabila kita tidak mau dan mampu mengembangkan potensi kita yang ada di dalam diri kita masing-masing. Kita harus malu kepada diri kita sendiri dan orang lain, karena kita tidak berani berbuat sesuai dengan potensi kita. Selamat berjuang lewat tulisan, semoga kita bertemu di setiap penerbitan majalah bulanan. Kita ikut serta memajukan wilayah Pandeglang khususnya dan Indonesia pada umumnya dengan berbagai tulisan di sekitar tema pendidikan atau kepribadian bangsa.
Baca Selengkapnya~~ >>
FAKTOR PENGHAMBAT MEMBACA CEPAT
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Kebiasaan salah dalam membaca akan menghambat kecepatan membaca. Hal ini harus menjadi perhatian bagi pembaca yang belum mengenal bagaimana cara membaca cepat dengan pemahaman isi bacaan yang kita baca. Kebiasaan yang salah yang dibawa sejak kecil, yaitu membaca dengan gerakan bibir dan melafalkan kata-kata, gerakan kepala dari arah kiri ke kanan, menggunakan jari atau benda lain yang digunakan penunjuk kata-kata yang kita baca.
Ada pula saat kita sudah dewasa yang merupakan kesalahan dalam membaca cepat, yaitu membaca dengan menyuarakan kata-kata yang dibacanya (vokalisasi), dan membaca dengan melafalkan kata-kata di dalam hati dan fokus pada pelafalan bukan pada pemahaman ide-ide yang dibacanya.
Baik kesalahan membaca yang dibawa sejak kecil maupun kesalahan membaca setelah dewasa harus kita atasi dengan cara-cara sebagai berikut: pertama, mengatasi vokalisasi dengan cara kita meniupkan bibir sebagaimana kita sedang bersiul dan bisa dengan meletakkan lengan di leher sampai di tenggorokan tidak terasa lagi ada getaran. Kedua, mengatasi gerakan bibir dengan merapatkan bibir, menekan lidah ke langit-langit , mengunyah permen, menjepit pulpen dengan bibir sampai tidak ada lagi getaran di bibir dan tenggorokan.
Ketiga, mengatasi gerakan kepala dengan meletakkan telunjuk ke pipi dan menyandarkan kedua siku di atas meja, tangan memegang dagu seperti kita sedang memegang janggut atau meletakkan ujung telunjuk di hidung. Keempat, mengatasi membaca menggunakan jari untuk menunjuk kata-kata yang dibaca, yaitu dengan tangan memegang buku yang sedang dibaca atau memasukkan kedua tangan ke dalam saku.
Kelima, mengatasi membaca yang diulang-ulang (regresi) dengan tekad di dalam hati untuk tidak mengulang-ulang membaca kata-kata yang sudah dibacanya. Perhatian terus pada kata-kata atau unit pikiran yang dibacanya. Keenam, mengatasi membaca dengan lafal kata-kata walaupun tidak diucapkan secara nyaring (subvokalisasi). Kita perlebar jangkauan mata untuk menangkap beberapa kata dan menangkap hanya ide-idenya. Menangkap ide-ide bukan membaca simbol kata-kata saja.
Namun yang mempermudah penguasaan membaca cepat dengan pemahaman isi bacaan yang tinggi bukanlah hanya mengetahui bagaimana kita mengatasi hambatan seperti di atas, tetapi kita harus banyak melakukan latihan membaca teks-teks mulai dari teks yang mudah sampai teks yang sulit. Dan dalam hati kita niatkan untuk memahami tips dan menggunakannya setiap membaca teks yang dibacanya.
Kita niatkan mulai saat ini kita tidak akan membaca dengan gerakan bibir untuk melafalkan kata-kata yang kita baca. Mulai saat ini kita tidak akan membaca sambil menggerakkan kepala dari kiri ke kanan buku yang kita baca. Waktu membaca kita tidak akan menggunakan jari tangan untuk menunjuk setiap kata yang kita baca.
Begitu juga mulai saat ini kita tidak akan membaca nyaring dengan vokalisasi dan subvokalisasi, kecuali sewaktu kita sedang mengajarkan tentang membaca nyaring kepada para siswa atau anak-anak kita. Sewaktu membaca untuk kepentingan ilmu pengetahuan yang melalui bahan bacaan kita harus membaca menangkap ide-ide atau gagasan tentang isi bacaan.
Sekedar contoh membaca cepat untuk langsung menemukan gagasan yang disampaikan penulis dapat kita perhatikan penjelasan berikut.
Dua insan bisa ngobrol berjam-jam, berbagi gagasan, bahkan menyatupadukan pendapat. Namun setelah selesai ngobrol, mereka tidak merasakan penyatuan yang saling membahagiakan. Sebaliknya, meski percakan itu hanya berlangsung 15 menit, tapi bila sungguh-sungguh saling berbagi perasaan asli, pasti mereka akan menghayati penyatuan yang membahagiakan.
Yang kita perhatikan bukan kata demi kata, tetapi gagasan dari paragraf itu. Paragraf tersebut mengandung makna bahwa setiap percakapan pada intinya hubungan saling berbagi dalam perasaan asli untuk mempersatukan hal yang membahagiakan, bukan hanya sekedar obrolan biasa. Kita langsung menangkap inti paragraf itu dengan menghindari beberapa hal yang menghambat dalam upaya membaca seperti di atas.
Inti paragraf tersebut di atas bisa berbeda-beda dalam pengungkapannya, seperti penyatuan pendapat dan hubungan saling berbagi. Setiap pembicaraan bukan ukuran panjang dan pendeknya, tetapi berisi dan tidaknya pembicaraan tersebut. Pembicaraan yang bermakna saling memberi kebahagiaan dengan mempersatukan pendapat atau gagasan di antara orang-orang dalam pembicaraan tersebut.
Inti pembicaraan setiap paragraf bisa berbeda-beda, tetapi pada intinya sama. Itulah membaca yang cepat tanpa melupakan pemahaman terhadap isi bacaan. Kita bisa membaca satu kalimat, satu paragraph, atau satu wacana lengkap. Pada dasarnya, kita membaca cepat dengan pemahaman yang tinggi. Kita menjauhi semua hal yang menghambat membaca cepat dan efektif.




Baca Selengkapnya~~ >>
JANGAN BERHENTI MENULIS
Oleh: Jajang Suhendi
(Cikedal-Pandeglang)

Kesalahan dalam menulis memang wajar bagi seorang penulis pemula. Namun menjadi tidak wajar apabila sudah tahu tetapi tidak banyak belajar dan berlatih untuk memperbaiki kesalahan dalam menulis tersebut. Memperbaiki kesalahan setelah selesai menulis. Bukan memperbaiki kesalahan sebelum tulisan itu selesai, karena akan memperhambat proses menulis yang lebih baik. Semakin banyak berlatih untuk memperbaiki kesalahan dalam menulis, maka hasilnya akan lebih cepat sempurna dari proses sebelumnya.
Apabila ingin cepat berhasil menjadi mudah menulis yang lebih baik dari sebelumnya, kita harus berani mencoba lebih banyak menulis apa saja tanpa terlalu banyak pertimbangan takut salah menulis. hal itu akan menghambat keberhasilan menjadi penulis profesional. Biarkan terus dia menulis apa yang mesti dituliskannya dari awal sampai tuntas hingga akhir. Apapun yang keluar dari dalam hati dan pikirannya lewat tulisan agar dibiarkan tanpa hambatan berhenti. Selanjutnya direvisi hal-hal yang salahnya, diubah dengan memperhatikan acuan atau aturan menulisnya. Menulis tanpa memperhatikan tatacara penulisan dilakukan di ruang privat, dan menulis selanjutnya pakai aturan penulisan dilakukan di ruang publik.



















Baca Selengkapnya~~ >>
MENGAPA GURU HARUS MENULIS?

Oleh: Jajang Suhendi
(Cikedal-Pandeglang)

Menurut pengamatan penulis, sebagian besar guru belum membiasakan diri menulis. Dan menulis bagi mereka belum menjadi budaya. Pada umumnya budaya menulis di kalangan guru masih rendah. Padahal kegiatan menulis seharusnya menjadi ciri khas yang membedakan antara kaum guru dengan kaum non guru. Padahal setiap orang harus mempunyai ciri khas, termasuk kemampuan guru dalam bidang profesinya harus dapat kita bedakan dengan kemampuan non guru. Menurut pendapat penulis, mereka bukan tidak bisa menulis, tetapi mereka belum merasakan manfaat secara langsung dari kegiatan menulis tersebut. Hendaklah mereka banyak mencoba berlatih menulis. menggunakan waktu luang sebagai suatu kesempatan yang baik digunakan untuk menulis. Mau kapan lagi wahai para guru untuk menulis setiap waktu luang?

Kemampuan menulis guru harus lebih tinggi dari petani, dan pedagang misalnya. Dari guru yang belum sama sekali terbiasa menulis sampai guru yang sudah terbiasa menulis harus tetap melakukan kegiatan menulis tersebut. Untuk melihat prestasi belajar siswa yang baik harus diawali oleh prestasi guru itu sendiri. Termasuk prestasi menulis guru harus lebih tinggi disbanding dengan prestasi menulis siswa. Kemampuan menulis guru dalam bidang pendidikan dan khususnya bidang pembelajaran harus menjadi bahan penelitian secara seksama. Dalam bidang menulis yang merupakan kajian guru pada zaman informasi ini tidak bisa kita hindari

Penulis mau lebih banyak menyoroti kemampuan guru dalam bidang tulis-menulis pada saat-saat ini. Di mana pada saat inilah pekerjaan menulis bagi guru merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindari. Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah harus mampu lagi menulis Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Setiap kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke IV/b mereka harus membuat karya tulis berupa PTK dan PTS tersebut. Diharapkan para guru mampu menulis karya-karya tulis tersebut secara mandiri dan orisinil hasil buatan sendiri.

Sangatlah kurang pantas apabila guru tidak mampu menulis walaupun hanya satu paragraf sederhana saja. Oleh karena itu untuk mengurangi ketidakpantasan tersebut, marilah kawan-kawan guru untuk memulai menulis pada saat ini. Kita jangan menunggu sampai semangat menulis hilang kembali. Memang kalau kita menunggu datangnya semangat menulis sangat sulit. Pada dasarnya kita malas untuk melakukan yang dianggapnya sulit. Atau dianggapnya kurang bermanfaat dan tidak langsung diarasakan manfaatnya. Apalagi banyak guru yang mampu secara finansial yang sumbernya dari bidang lain. Atau bisa saja mereka mandiri secara finansial dari modal yang bersumber dari penghasilan (gaji), tetapi bukan langsung dari kegiatan bidang profesinya sebagai guru.

Keberhasilan bidang finansial di luar jalur profesi keguruan merupakan penyebab tidak maunya guru melakukan kegiatan menulis. Berbeda dengan guru yang sukses yang diawali dengan karier sebagai guru penulis. Namun penulis dalam waktu yang sangat lama tidak fokus pada kegiatan menulis ini dapat dilalui oleh siswa yang aktif dan terfokus kegiatannya menulis. Mereka melakukan percepatan dalam bidang tulis-menulis. terbentuklah seorang mahasiswa atau sarjana yang mempunyai keahlian dalam menulis. Bahkan ada yang sudah menjadi penulis buku berkualitas padahal usianya masih muda. Jelas pekerjaan yang dilakukan dengan lebih terfokus akan berdampak cepat berhasil.

Dalam bidang menulis yang dilakukan secara terfokus akan mengahasilkan berupa finansial yang memadai. Pada awalnya mereka menulis untuk mendapatkan uang berubah menjadi mereka menulis terus dan uanglah yang mengikutinya. Menulis untuk mencari uang setelah itu uanglah yang mencari penulis. Penulis buku Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi, Mengikat Makna Update, dan penulis produktif lainnya bisa sukses dalam bidang menulis menandingi pembisnis yang unggul dalam bidang finansial dan tentu mereka unggul dalam dakwah lewat tulisan memberi pencerahan kepada setiap orang yang mau membaca, menghayati, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka sukses menulis karena tidak berpangku tangan mengandalkan datangnya perasaan senang menulis. Mereka benar-benar bisa mengalahkan rasa malas dan bosan untuk menulis. Mereka berani mencoba menulis sampai sukses menghampirinya.

Kita jangan menunggu datangnya semangat menulis. Walaupun kita pada saat tertentu tidak mau menulis, seharusnya kita mencoba menulis apa saja terpenting di dalam ingatan kita ingin menjelaskan dan berbagi kepada sesama tentang suatu ilmu dan pengalaman lewat menulis. Kita miliki ide-ide dalam pikiran dan perasaan kita sebelum datangnya waktu yang tepat untuk menulis. Agar kita mau dan lancar menulis, kita harus mampu melibatkan pikiran dan hati ke dalam kegiatan menulis tersebut. Awali menulis itu dengan keterlibatan pikiran dan hati kita sendiri. Menulislah dengan hati terdalam tanpa menghiraukan pikiran benar dan salah apa yang akan kita tuliskan. Sikap seperti itu menghambat dalam menulis. sampai waktu puluhan tahunpun kita tidak akan bisa menjadi penulis profesional. Kita akan jalan di tempat berpuluh-puluh tahun tidak akan mampu menulis yang memberdayakan kemampuan kita.

Alasan mengapa sebagian guru tidak mau menulis, maka penulis hanya beranggapan bahwa mereka tidak mau menulis itu karena belum mengetahui dan merasakan manfaat menulis tersebut. Pada umumnya mereka masih terpaku pada budaya mengobrol, menonton dan berbicara secara lisan. Memang kita tidak bisa menghindari komunikasi lisan dalam kehidupan ini, tetapi yang penulis maksudkan janganlah kegiatan mengobrol, menonton, dan berbicara menjadi budayanya tanpa memperhatikan kegiatan menulis sebagai budayanya. Supaya kegiatan mengobrol, menonton, dan berbicara secara lisan lebih produktif, maka hal tersebut harus ditindaklanjuti dengan kegiatan menulis. menurut Pak Hernowo antara membaca dan menulis bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Terlahirlah sebuah buku “Mengikat Makna” yang menjadi teman sejati penulis sampai bisa menulis artikel yang bisa diterima redaksi Majalah Bulanan tingkat kabupaten dan tingkat propinsi.

Memang apabila kita saksikan banyak guru yang pandai berbicara secara lisan, tidak mampu menulis sesuai dengan aturan kebahasaan. Namun terpenting bukan aturan menulis secara teoritis yang diutamakan pada saat-saat sekarang. Bukan banyak pertimbangan takut salah atau belum mampu menulis, tetapi terpenting menulislah sekarang juga. Masalah benar dan salahnya menulis bukan menjadi bahan pertimbangan sebelum menulis. Untuk memperbaiki kesalahan apa yang kita tuliskan ada saatnya yang tepat. Pada saat tenang kita bisa merevisi tulisan kita, sambil menunggu istri memasak di dapur, kita memegang netbook dan mulailah pada saat itu pula kita merevisi tulisan yang telah kita tuliskan sebelumnya atau pada saat itu dapat kita gunakan untuk menuliskan apa saja untuk mengolah ide-ide yang ada di dalam benak kita.

Menulislah dan merevisi tulisan kita sesuai dengan waktunya masing-masing. Jangan kita melakukan revisi pada saat kita memulai untuk menuliskan ide-ide. Biarkan saja tulisan kita mengalir dari lubuk hati atau pikiran kita tanpa tergannggu oleh masalah revisi. Apabila hal tersebut kita lakukan pada saat menulis dan mengolah ide-ide kita dalam bentuk tulisan, maka percayalah tulisan kita tidak akan pernah jadi-jadi. Penulis mengalami puluhan tahun dari tahu 1982 sudah bamyak menulis, tetapi tidak pernah ada tulisan yang jadi dan bisa diterima di majalah atau koran. Namun setelah penulis tidak menghiraukan kesalahan apa yang dituliskan, terus saja penulis mengekspresikan ide-ide lewat menulis. Penulis mencoba menempatkan kapan waktu penulis menulis dan kapan waktunya penulis merevisi. Dua hal penulis lakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat.

Adapun untuk memperbaiki kesalahan menulis ada waktunya. Ada saatnya kita merevisi tulisan kita. Sebenarnya mereka kurang disiplin waktu dalam mengarahkan pada suatu aktivitas yang sia-sia. Yang sering kita saksikan tidak kalah pentingnya adalah budaya menonton televisi. Hampir sebagian besar waktu mereka digunakan untuk menonton tanpa apresiasi dan menjadi pelajaran dari apa yang mereka tonton tersebut. Menonton TV tidak ada salahnya selama kita bisa menggunakan pendekatan yang lebih produktif. Menonton dan menulis kita hubungkan bagaikan saudara kembar yang saling menolong sehingga tercapailah keberhasilan dalam bidang tulis-menulis. dekatilah kegiatan apa saja dengan menulis. Selain menonton, membaca juga bisa kita dekati dengan kegiatan menulis.

Orang yang menyukai menulis atau membaca dalam mengisi waktunya tidak sia-sia. Begitu mengobrol sekalipun dia sambil memperhatikan bahan untuk dituliskannya. Hasil pembicaraan antara dirinya dengan orang yang diajak bicara tidak begitu saja dibiarkan tanpa adanya proses menuliskannya. Semua bahan pembicaraan secara lisan diubah menjadi bahan pembicaraan secara tertulis. Apa yang dibicarakan secara lisan diambil makna dan manfaatnya. Rasanya tidak berarti apabila bicara tanpa menghasilkan sesuatu. Maksudnya, hasil pembicaraan lisan diekspresikan kembali secara tertulis. Setelah kita tahu betapa banyaknya manfaat menulis, maka kita harus mengakhiri dan menindaklanjuti kegiatan apa saja dengan menuliskannya. Semoga menonton, mengobrol, dan komunikasi lisan menjadi hal yang lebih produktif dengan menuliskannya.

Orang yang mementingkan kegiatan membaca dan menulis dalam menggunakan waktu senggangnya hanya sedikit mengobrol tetapi lebih banyak menulis setelah membaca, mengobrol, dan kegiatan lainnya. Semua apa yang dilakukannya bermuara pada kegiatan menulis. Bagi guru menulis setelah membaca materi bidang pendidikan, psikologi dan materi yang berhubungan dengan bidang profesinya. Komunikasi tertulis bagi orang yang suka dan mampu membaca dan menulis lebih banyak daripada komunikasi lisan (mengobrol). Dengan memanfaatkan kegiatan menulis, semuanya lebih mendatangkan manfaat yang lebih banyak. Rasanya tidak aka ada kesia-siaan apabila ditindaklanjuti dengan kegiatan menuliskannya. Membaca apapun akan menjadi produktif apabila hasilnya kita tuliskan.

Kita bertanya atau mewawancai seorang kepala sekolah yang berhasil dalam memajukan prestasi belajar siswanya, maka kita tuliskan tentang mengapa mereka sampai berhasil. Jawaban mereka merupakan bahan inspirasi menulis yang lebih berharga daripada kita hanya bertanya tanpa menuliskannya. Pertanyaan seperti itu akan terbuang begitu saja apabila tidak ditindaklanjuti dengan menuliskannya. Bisa berarti bicara tanpa bukti apabila kita bertanya tanpa kita mau melanggengkan lewat menuliskannya. Termasuk membaca juga tanpa menuliskan ringkasan, rangkuman atau menggabungkan materi yang kita baca dengan materi yang sudah menjadi milik kita rasanya tidak produktif. Maka, penulis mengajak kepada rekan-rekan seprofesi untuk memanfaatkan kegiatan menulis sebagai sarana pengikat makna dan pengembang makna.

Membaca kita jadikan kebiasaan dan budaya positif yang perlu kita adopsi, dari orang-orang yang rajin membaca. Kita teladani orang-orang yang rajin membaca dan banyak tulisan yang dihasilkannya. Kita jadikan idola orang-orang yang suka membaca sekaligus menuliskannya. Hal itu sangat berharga dan bermanfaat bagi kita. Terutama apabila kita suka akan ilmu pengetahuan, informasi dan pengalaman. Membaca merupakan syarat mutlak baiknya menulis. Jika kita memulai belajar menulis maka perbanyaklah membaca, menyerap informasi sebanyak-banyaknya dari media massa. Jika kesadaran guru sudah meningkat dari kebiasaan membaca menjadi menulis. Saya yakin, pendidikan di negeri ini akan maju dengan pesat.

Namun sungguh disayangkan sebagian besar guru belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. Mereka harus selalu meningkatkan kompetensi dibidang tulis-menulis atau jurnalistik. Kegiatan menulis bagi guru pada saat ini merupakan syarat dalam sertifikasi. Kompetensi menulis bisa dijadikan dasar dalam berbagai tulisan ilmiah dan penelitian tindakan kelas. Mengapa guru harus menulis penelitian tindakan kelas(PTK)? Pada saat ini hanya gurulah yang lebih tahu permasalahan di bidang pembelajaran di kelas. Mereka lebih tahu bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut.

Sementara para ahli di bidang lain yang mampu meneliti tidak seperti guru tindak lanjut dari penelitian tersebut. Setelah guru melakukan penelitian, maka hasilnya bisa langsung diterapkan dalam proses pembelajaran selanjutnya dengan lebih baik. Memang peneliti lain selain guru mampu meneliti di dalam kelas, tetapi hasil penelitiannya bisa saja tidak diaplikasikan di sekolah. Oleh karena itu kegiatan menulis karya tulis ilmiah sangat penting dilakukan oleh guru dan pihak peneliti yang lain sifatnya membantu. Dengan adanya kolaborasi dalam penelitian dan dibuktikan dengan karya tulis.

Banyak manfaat bagi guru apabila mereka membiasakan diri menulis, minimal ada enam nilai manfaat dari menulis. Sebagaimana The Liang Gie (1992:1-3) mengatakan tentang nilai manfaat menulis, yaitu (1) nilai kecerdasan, (2) nilai kependidikan, (3) nilai kejiwaan, (4) nilai kemasyarakatan, (5) nilai keuangan, dan (6) nilai kefilsafatan. Setiap guru menulis harus sedikitnya mengandung enam nilai tersebut. Atau walaupun hanya satu nilaipun dari kegiatan menulis lebih baik daripada tidak sama sekali menulis. Apapun tujuan kita melakukan sesuatu tujuannya adalah mendapatkan nilai-nilai kebenaran. Termasuk kegiatan menulis mengapa harus dilakukan oleh para guru apabila ingin menularkan generasi penerus yang memiliki kecerdasan.

1. Nilai Kecerdasan

Dengan menulis, seorang guru dituntut untuk menghubung-hubungkan ide yang satu dengan yang lainnya. Bahan bacaan yang telah kita baca menjadi ilmu dan pengalaman akan lebih baik apabila dihubung-hubungkan dengan bahan yang dibaca pada saat itu. Menulis merupakan sarana memadukan du aide atau lebih menjadi satu ikatan ide yang lebih bermakna.

Begitu pula dengan menulis kita akan mampu merencanakan uraian yang sistematis dan logis, menimbang suatu perkara yang tepat, selalu mengamati dan menganalisis fakta sosial yang selalu berubah secara dinamis. Namun walaupun pada awalnya menulis yang tidak sistematis juga bisa bermanfaat apabila kita secara terus-menerus rajin merevisi dan mengembangkan dan akhirnya tulisan kita bisa lebih sistematis. Bagusnya tulisan kita akan memperbagus pola pikir dan pola pembicaraan kita. Tanpa disengaja dengan menulis yang sudah menjadi kebiasaannya akan mempengaruhi pola tingkah laku kita.

Secara tidak langsung menulis merupakan upaya mengikat makna (penulis meminjam istilah dari Pak Hernowo). Bebagai makna yang berseliweran bisa kita ikat dengan kegiatan menulis. Berbeda dengan orang yang rajin membaca tanpa dibarengi dengan menulis yang efektif, makna-makna yang berseliweran berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya kepaduan makna. Menulis pantas sekali disebut kegiatan mengikat makna tersebut. Sangat terasa bagi penulis ketika menyukai kegiatan membaca sekaligus mengikatnya dengan menulis, maka penulis lebih cepat sedikitnya mampu menulis artikel lebih banyak dari waktu-waktu sebelumnya.

Dulu sebelum akrab dengan istilah mengikat makna (menulis), walaupun puluhan tahun belajar dan berlatih menulis penulis tidak mampu menulis artikel satu judulpun. Jelas bagi penulis, menulis merupakan kegiatan yang mampu menambah kecerdasan dari waktu-waktu sebelumnya. Jika guru membiasakan untuk melakukan aktivitas menulis, maka secara otomatis akan selalu meningkatkan daya pikir, kemampuan imajinasi, kreativitas, memori, dan kecerdasan.

2. Nilai Kependidikan

Seorang penulis pemula yang terus saja menulis, walaupun tulisannya belum berhasil diterbitkan atau tulisannya berkali-kali ditolak, sesungguhnya telah melatih diri untuk tabah, ulet, dan tekun. Pekerjaan menulis yang dilakukan dengan penuh komitmen, Insya Allah pada suatu saat akan mencapai keberhasilan. Berhasil dalam dunia kepenulisan tidak sedikat yang hidupnya lebih sukses. Penulis merasa yakin walaupun sudah berusia setengah abad bila biasa menulis akan sukses seperti orang-orang terdahulu dalam bidang tulis-menulis.

Bila telah sukses, pastilah akan termontivasi untuk meningkatkan karya tulisannya, meningkatkan untuk menulis yang lebih bagus. Bukankah ini adalah pendidikan yang luar biasa? Pendidikan yang dicapai lewat menulis rasanya akan lebih cepat dirasakan daripada sekedar lewat membaca saja. Dapat penulis alami, penulis hampir tiga puluh tahunan membaca tanpa menghasilkan tulisan yang baik. Memang menurut pengalaman penulis, walaupun kita puluhan tahun membaca tanpa ditindaklanjuti dengan menuliskannya, maka hasilnya nihil.

3. Nilai Kejiwaan

Mengapa menulis bisa mengandung nilai kejiwaan? Tanpa nilai-nilai kejiwaan, kegiatan menulis rasanya kurang bermakna bagi diri dan orang lain yang membacanya. Menulis perlu dilakukan dengan sepenuh hati dan penjiwaan yang mendalam. Penulis dituntut untuk ulet dan terus berkarya, terus menulis, mengarang, dan pada akhirnya karya tersebut sampai di meja redaksi dan dimuat di koran, buku atau majalah. Hasil ini tentu membuat penulis merasakan kepuasan batin, kegembiraan hati, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri. Semua ini mendorong untuk terus berkarya sampai ke puncak kemajuan tanpa batas.

4. Nilai Kemasyarakatan

Apa buktinya bahwa menulis bisa mengandung nilai kemasyarakatan? Tulisan yang baik akan mampu dibaca banyak orang. sekalipun tidak banyak dibaca apabila kebetulan dibaca, maka pembacanya akan merasa tertarik. Penulis yang sukses, tulisannya akan dibaca masyarakat banyak, diapresiasi, menjadi sumber inspirasi, bahkan bisa sebagai rujukan masyarakat. Maka di sinilah, penulis mendapatkan penghargaan masyarakat yang luar biasa, baik berupa pujian, keteladanan, atau pun bentuk penghargaan yang lain.

Namun penulis masih dalam tahap pemula sudah merasakan nikmatnya disapa orang yang tempatnya berjauhan. Ketika penulis bertemu pada acara peringatan hari besar misalnya, penulis disapa tentang bagaimana caranya menulis artikel agar bisa diterima penerbit. Padahal penulis belum merasa baik dalam menulis, tetapi di dalam hati masih ada perasaan ada peningkatan dan ada lebihnya dari orang yang tidak sama sekali menulis. Walaupun kenyataan sehari-hari orang yang kurang pandai berbicara secara lisan, tetapi menulisnya lebih banyak kita baca di surat kabar, majalah, dan buku. Orang tersebut bukan berarti bodoh tetapi mungkin ilmu dan pengalamannya untuk disampaikan dengan cara menuliskannya.

5. Nilai Keuangan

Penulis sukses, tulisannya dimuat, diterbitkan dalam bentuk koran, majalah, buku, atau apa pun yang berorientasi profit, akan mendapatkan imbalan uang dari pihak-pihak yang menerbitkan karya-karyanya. Dapat kita baca buku karya Drs. Toharudin (Abu Al-Ghifary), beliau menjadi orang kaya secara ilmu dan secara finansial menandingi para pembisnis. Dan banyak lagi para penulis yang mampu mencapai derajat para pembisnis dan para investor dalam bidang finansial. Penulis merasa tertarik dengan perilaku seperti itu. Mereka kaya arti dan kaya harta yang mampu membuat dirinya berhasil dan membuat orang lain merasakan keberhasilan dari dirinya.

Makin tinggi tingkat budaya membaca masyarakat di suatu negara, maka makin cerah pula masa depan penulis. Artinya menulis bisa dijadikan suatu profesi yang mulia sekaligus menjanjikan jika ditinjau dari sisi financial. Itulah mengapa penulis sebagai pemula dalam menulis sangat menyukai menulis padahal usia sudah lima puluh-tahunan. Menjelang pensiun penulis mau menikmati masa pensiun dengan kegiatan menulis yang bisa sampai dipublikasikannya. Penulis tidak mau memberi kesan bahwa dengan menulis bisa miskin. Mudah-mudahan penulis sebagai guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah dasar bisa menjadi penulis produktif. Akan memanfaatkan sisa waktu dengan kegiatan menulis yang memberdayakan diri penulis sendiri sekaligus memberdayakan orang lain.

6. Nilai Kefilsafatan

Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli pikir sejak zaman dahulu adalah keabadian. Jasad orang arif tidak pernah abadi. Jasad orang pintar tidak pernah kekal. Tapi buah pikiran mereka tak akan musnah. Kekal sepanjang masa, karena diabadikan melalui karya yang ditulisnya. Sampai hari ini manusia modern mengetahui kearifan Plato melalui naskah percakapannya. Sampai sekarang kita masih mengenal ajaran Aristoteles dari buku-buku yang ditulisnya. Pendek kata dengan menulis mereka ada, mereka hidup, mereka dibaca, mereka diketahui, mereka dimengerti dan mereka pun di hargai.

Seberapa besarkah niat kita untuk menulis? Sebaiknya jangan ditunda-tunda. Mulailah dari membaca. Karena membaca dan menulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Persis dua sisi mata uang. Menulis tanpa membaca akan menghasilkan tulisan yang tidak bermutu. Sebaliknya membaca tanpa menulis, manfaatnya hanya untuk diri sendiri. Keduanya berjalan bersama, seimbang, seirama, saling melengkapi dan menyempurnakan.

Akhirnya, setelah kita memahami manfaat menulis di atas maka sangat disayangkan jika sampai sekarang masih ada guru yang enggan menulis. Bukankah ilmu itu untuk diamalkan, dibagikan, dikembangkan dan ditanamkan serta diabadikan ke dalam diri siswa. Makan mulailah dari sekarang. Dengan menulis kita bisa menjadi diri sendiri, dengan menulis kita bisa berubah, dengan menulis kita bisaberubah. Dunia bergerak ke arah tiga gelombang, dari gelombang pertanian menuju gelombang industri, dan akhirnya sampai kepada gelombang informasi.

Dengan menulis kita bisa mengabdi, dengan menulis kita bisa beribadah, dengan menulis kita bisa berdakwah. Bukankah Islam sangat mendorong umatnya untuk menulis. Motivasi itu secara jelas dalam firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya sebagai berikut:

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Ia menciptakan manusia dari darah yang kental. Bacalah demi tuhanmu yang mulia, yang mengajari (manusia)dengan pena, mengajari manusia sesuatu yang tidak diketahui."

Pena sebagai simbol tulisan digabungkan dengan membaca, sebuah kombinasi sinergis yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan hubungan yang erat, menjalin simbiosis mutualisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Besar Qotadah yang mengatakan bahwa Pena adalah nikmat dari Allah Swt. Seandainya ia tidak ada, maka agama ini tidak bisa berdiri tegak dan kehidupan ini tidak bisa berjalan dengan baik. Sementara itu, Imam Ghazali berkata, "Dengan menulis, Anda bisa mencerdaskan berjuta-juta manusia secara tidak terbatas"

Baca Selengkapnya~~ >>

Jumat, 01 Juni 2012

BELAJAR DARI ALAM
Oleh: Jajang suhendi

Perasaan sedih karena kegagalan yang pernah aku alami terbawa-bawa kea lam mimpi. Ternyata jawabannya tidak disangka-sangka muncul tanpa diundang dan dipersiapkan sebelumnya. Ketika dating muncul menghampiriku, maka ketika itu pula aku menyambutnya dengan tangan terbuka. Namun datangnya bukan lewat lisan secara langsung. Dia muncul di benak setelah aku memperhatiakan keadaam waktu malam dan siang. Aku merasakan yakin dengan menghidupkan hati dengan keyakinan kepada Allah akan mengabulkan keinginan setiap makhluk-Nya.
Hingga saat ini aku masih terkungkung dengan utang. Terutama utang ke pihak Bank rasanya sulit untuk melepaskan darinya. Entah apa yang membuat aku terlilit utang tersebut. Perilaku rasanya tidak melakukan kesalahan yang dilarang oleh Allah. Kenyataannya aku mampu menjadi sarjana dan anak-anakku minimal lulusan sarjana. Di balik proses menjadikan diriku dan anak-anak pribadi bermutu dan bermartabat, dampaknya aku banyak utang. Namun apapun yang terjadi tentu ada kesalahan dalam bertindak dari pihak diriku. Aku tidak boleh memungkiri kelemahan yang membuat diriku gagal.
Tanpa penyebab kesalahan bertindak tentu aku tidak mungkin gagal. Namun sebaiknya kegagalan tersebut sudah menjadi nasib atau jalan hidupku yang benar-benar harus aku syukuri. Betapa tidak? Hal itu suatu tanda bahwa aku masih diperhatikan disayangi lewat jalur ujian kesulitan ekonomi rumah tangga. Harus aku jalani sepenuh hati agar aku mendapatkan limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Allah menciptakan diriki dengan permasalahan dan pemecahannya. Pemecahan masalah yang harus dihadapi sekuat perasaan, pikiran, dan tenaga yang maksimal sebagai tanda terima kasih Allah yang telah melimpahkan nikmat panca indera dan indera keenam. Suatu nikmat yang tidak diberikan kepada hewan dan makhluk lainnya. Sungguh suatu berkah melimpah yang tiada tara keunggulannya. Patut aku mensyukuri dengan aktivitas yang semaksimal mungkin melakukannya.
Dengan mata aku menyaksikan kejadian malam dan siang. Di waktu malam aku melihat cahaya bintang-bintang di langit. Cahayanya terang sungguh indah dipandang membuat diriku merasa takjub atas keagungan Allah. Mengapa bintang-bintang cahayanya terang? Aku berpikir bintang bercahaya karena tidak ada cahaya matahari. Berbeda dengan keadaan waktu siang hari cahaya bintang terkalahkan oleh cahaya matahari. Hal itu bagiku mengandung pelajaran yang sangat berharga. Berharga sebagai solusi atas setiap permasalahan yang menimpa diriku.
Apabila aku hubungkan keadaan waktu malam dan siang dengan keadaan diriku yang sedang tertimpa masalah utang, maka aku menemukan banyak nilai bagiku. Cahaya bintang dan cahaya matahari ibaratkan dengan keadaan susah dan senangnya diriku. Adanya cahaya bintang karena tidak ada cahaya matahari, menjadi pelajaran bagiku. Ada keberhasilan atau kesuksesan karena adanya kegagalan. Sukses diibaratkan cahaya bintang di waktu malam setelah adanya keadaan gelap (banyak utang dengan permasalahan yang lainnya). Yang aku harapkan tentu hidup tidak mengalami susah dulu, tetapi langsung kaya berkah dan bermanfaat bagi semua orang yang ada di sekitarnya.
Keadaan senang tanpa susah akan berdampak buruk dalam bentuk yang lain. Orang yang sejak kecil sampai dewasa mendapatkan warisan banyak dari orang tuanya. Ditambah dia kuliah sampai bekerja menjadi dokter misalnya. Apabila dia tanpa adanya upaya diri untuk memperhatikan kualitas diri dan orang lain, maka rasanya orang tersebut menderita kerugian. Dia terjebak dalam kesenangan sewaktu di dunia saja sementara kelak di akhirat kosong tanpa makna. Sebenarnya Allah menguji manusia dengan dua keadaan senang dan susah.
Kesenangan dan kesuksesan yang dibentuk dengan perjuangan secara mandiri akan dapat dirasakan hasilnya dengan kepuasan dan rasa syukur kepada Allah. Sementara kesenangan dan kesuksesan yang dibentuk tanpa perjuangan atau karena nasib baik dari warisan orang tua, hasilnya kurang bermakna. Kelebihannya tidak dipergunakan untuk kemanfaatan orang banyak. Dia sibuk mengurus kepentingan diri dan keluarganya saja. Perhatian dan kepedulian untuk sesama kurang diperhatikannya. Sungguh dia terjebak dengan ujian kesenangan tersebut.
Yang aku harapkan hidup bahagia yang hakiki. Bahagia banyak rizki kemanfaatan untuk kepentingan ibadah dan beramal saleh. Aku mau menjadi insana yang berani memberi banyak harta kekayaan, perasaan dan pikiran untuk kepentingan ibadah dan amal saleh. Orang lain tidak berani memberi sumbangan tersebesar untuk membantu kaum duafa, rumah ibadah, dan pengembangan ilmu pengetahuan dari anak-anak yang tidak mampu. Terpenting aku diberi ketabahan dalam menjalani keadaan susah dulu, banyak masalah dulu, dan banyak menghadapi rintangan perjalanan hidupku. Ibarat cahaya bintang di waktu malam dari awal malam sampai perbatasan di waktu pagi. (20 November 2011)

Baca Selengkapnya~~ >>
DZIKIR ITU MENGUATKAN JIWA RAGA
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Saya akan mencoba menggali setiap kata yang akan menjadi perhatian dalam menulis. Kata “dzikir” mulai saya dekati. Saya rasakan dan saya pikirkan tentang maksud di balik keberadaan kata tersebut. Ada orang berbicara “Tak kenal maka tak sayang” begitu juga dengan kata “dzikir” bagi saya sangat berperan di dalam kehidupan saya. Bergandengan dengan kata piker, maka dzikir lebih ke arah hati yang harus bergeraknya, sedangkan piker bergerak ke arah otak. Antara hati dan otak memiliki fungsi yang berbeda dalam sasarannya. Dzikir bukan untuk banyak dibicarakan, tetapi untuk banyak dilakukan. Mengasah dzikir dengan banyak kita melakukan dzikir tersebut dengan jumlah yang banyak dan berupaya dilakukan seoptimal mungkin.
Banyak berdzikir sampai menimbulkan bekas di dalam hati dan berdampak praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Lafadz “Laa ilaha ilallah” walaupun hanya terdiri dari tiga kata bagi saya sangat berarti dalam mempengaruhi kehidupan saya. Bukan karena banyak saya sebut-sebut atau banyak bicarakan di dalam percakapan sebagaimana pembicaraan lewat diskusi, seminar atau pendidikan dan latihan para PNS. Dzikir bukan untuk banyak ibicarakan, tetapi harus banyak dilakukan. Dalam setiap kesempatan, dzikir dengan lafadz Laa illaha ilallah harus berates-ratus balikan diucapkannya. Dengan gerak fisik dan mental secara stabil dzikir tersebut saya ucapkan menimbulkan dampak positif pada perilaku dan kehidupan saya.
Mulai dari niat sampai pada pelaksaan berdzikir, berdasarkan keikhlasan dan rasa syukur. Bukan karena paksaan dan perintah orang lain saya berdzikir, tetapi berdasarkan dorongan ibadah dan sebagai tanda syukur atas nikmat yang telah banyak Allah berikan kepada saya. Dapat saya rasakan proses dan hasil berdzikir, perasaan tenang, nyaman, tentram, bahagia, dan perasaan positif lainnya. Walaupun keadaan diri saya dalam keadaan kekurangan bidang keuangan. Bahkan masih banyak utang melilit dan melingkar di leher saya, maka saya tetap merasakan nikmatnya keadaan seperti itu. Memang hidup bukan selamanya mengandung logika. Terkadang logika di kesampingkan tanpa harus merana karena hukum sebab akibat berlaku. Agnes Monica mendendangkan lagu yang katanya “hidup bukanlah logika.”
Perhitungan matematika kadang-kadang kurang berlaku di dalam kehidupan saya ketika telah masuknya bagian keagamaan. Terutama Islam mengandung banyak misteri yang tidak bisa kita uraikan dengan hukum matematika. Dalam hubungannya dengan agama Islam dan karakter suatu bangsa, hukum matematika ditunda dulu. Seburuk apapun kelakuan orang tua atau orang lain, masih mengandung sisi positifnya. Oleh karena itu kita bergaul dengan orang lain harus tetap memperhatikan misteri di luar hukum alam yang berlaku. Kembali pada peran dan fungsinya berdzikir, berdo’a, membaca shalawat, dan membaca Al-Qur’an apabila kita lakukan sepenuh hati dan penjiwaan yang mendalam, maka semuanya menghasilkan sesuatu yang sangat berharga bagi kita. Sayapun dapat merasakan bagaimana besarnya manfaat berzikir yang lebih banyak dari kebiasaan sebelumnya.
Kekurangan dalam bidang finansial hampir saya lupakan setelah saya banyak berdzikir dengan suara nyaring atau dalam hati. Saya yakin di balik melakukan dzikir sebanyak-banyaknya dalam keikhlasan akan berdampak positif bagi saya. Mudah-mudahan upaya kreatif berdzikir membawa diri saya ke arah kebahagiaan. Kreativitas berdzikir membuka pemahaman tentang cara kerja pikiran dan perasaan saya. Dzikir itu dahsyat. Semakin saya paham tentang cara kerja pikiran, semakin banyak hikmah yang bisa ditemukan dari berbagai ibadah ritual dalam agama Islam. Salah satunya ialah hikmah dari dzikir. Dzikir adalah salah satu pelatihan yang hebat dalam melatih kualitas pribadi umat Islam baik secara ukhrawi maupun duniawi. Kita akan mendapatkan hasil ganda dari dzikir yang kita lakukan.
Makna dzikir harus kita pahami sebaik-baiknya. Untuk memahami makna dzikir secara benar kita perlu bertanya kepada pak ustad atau pak kiyai. Berdzikir yang benar mampu membawa hikmah terhadap kehidupan dunia kita. Ternyata dzikir memberikan makna luar biasa kepada kehidupan kita. Selain hati kita menjadi lebih bening, maka dzikir akan melatih semangat kita menjadi lebih dahsyat untuk meraih prestasi. Prestasi dalam beribadah, beramal saleh, dan beraktivitas setiap hari dan malam. Ketenangan dalam melakukan sesuatu akan memberikan kemampuan kita mengendalikan pikiran kita. Kita melakukan dzikir dengan khusyu akan memberikan latihan yang sangat luar biasa dalam pengendalian pikiran kita.
Kalimat-kalimat dzikir mengandung makna akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga bisa membentuk ah\khlak yang mulia dalam kehidupan kita. Jika kita melakukan dzikir dengan cara yang benar, tenang, dan sambil menghayati setiap makna dari semua yang kita ucapkan, maka usaha tersebut akan membentuk amalan yang sangat luar biasa. Dengan berdzkir kita akan menjadi muslim yang taat beribadah. Membuat diri kita kuat, jenius, dan memiliki motivasi tinggi dalam melakukan berbagai hal dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak akan pernah malas lagi dalam melakukan berbagai ibadah baik ibadah ritual dan ibadah muamalah.
Dzikir merupakan salah satu metode kerohanian yang sangat baik. Metode ciptaan manusia yang terbaikpun tidak akan bisa melebihi dan kampuhan dzikir.Tidak ada metode yang dihasilkan oleh para ahli pengembangan diri melebihi dzikir. Namun kenyataannya orang hampir melukanan dan menyia-nyiakan dzikir. Sebagai rahmat Allah yang begitu pentingnya dibiarkan tanpa perhatian yang mantap. Kita sering menyia-nyiakan dzikir dan tapa melakukan dzikir dengan komitmen, hal itu menunjukkan kualitas umat Islam itu sendiri.
Kemunduran umat Islam dapat kita lihat dari banyak dan tidaknya umat Islam dalam mengerjakan dzikir. Mereka banyak yang meninggalkan dzikir, banyak mempermasalahkan bagamana cara dzikir yang baik sementara pelaksanaannya kurang. Meninggalkan dzikir berarti meninggalkan salah satu ajaran agama Islam itu sendiri. Meninggalakan salah satu ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari berarti kita meninggalakan ibadah. Marilah kita kembali untuk melaksanakan ibadah salah satunya berdzikir dengan penuh komitmen dalam upaya meningkatkan kualitas diri kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna.
Berdzikir yang dilakukan dengan baik sesuai ketentuan akan mudah mempengaruhi pikiran dan perasaan kita. Kekuatan pikiran bawah sadar kita akan bangkit. Oleh karena itu kita harus menjadikan dzikir sebagai salah satu pilihan kita dalam mencapai kesuksesan. Kesannya kesombongan bagi orang yang tidak mau berdzikir banyak dengan semangat menggebu-gebu. Pada umumnya orang memandang keberhasilan Rasulullah menjadi nabi dan rasul dari segi hasilnya saja sementara prosesnya kurang diperhatikan. Biasanya orang memilih sesuatu yang ringan-ringannya saja, bukan yang berat-beratnya. Padahal keberhasilan Rasulullah untuk mendapatkan hasil shalat wajib yang lima waktu dari perjalanan Isra dan Mi’rajnya diraih dengan perjuangan yang sangat berat. Begitu pula kita marilah menyukai prosesnya dulu agar kita mengamalkan hasil secara optimal. Kita memiliki semangat berdzikir karena kita ingat akan perjuangan sebelum berhasil menjadi sesuatu.


Baca Selengkapnya~~ >>