Saya ingin bercerita kepada Anda,
sidang pembaca. Tentang rasa malu yang saya tanggung beberapa lama. Saya merasa
malu dengan apa yang saya peroleh dari bangku kuliah. Saya kuliah di jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Uninus (lulus 1998). Akan tetapi, meski selama kuliah saya mendalami materi
sastra dan bahasa, saya merasa kurang mampu dalam hal tulis-menulis. Padahal
(menurut saya) menulis merupakan keharusan bagi alumnus jurusan kebahasaan,
seperti saya ini.
![]() |
gambar dari sini |
Sekarang usia saya sudah 51 tahun.
Di usia yang sudah tidak lagi muda ini, saya terus berusaha untuk belajar
menulis. Saya rasa, menulis sudah lagi menjadi tuntutan untuk seorang guru,
apalagi guru Bahasa Indonesia--meskipun guru SD. Saya bersyukur kepada Allah
karena masih memberi saya kesempatan untuk belajar dan berlatih menulis dari
para penulis profesional, baik yang masih muda atau yang sudah senior. Semuanya
saya jadikan motivator dalam proses belajar ini. Saya tidak merasa malu
bertanya kepada yang lebih muda meski usia saya sudah "tua". Saya
merasa lebih malu apabila saya tidak mampu menulis, padahal pekerjaan menulis
itu jelas-jelas tugas seorang guru.
Mas Hernowo saya jadikan salah satu
guru utama. Mengapa? Karena beliau menerjunkan diri ke dunia menulis di usia
yang terbilang sudah "tua". Beliau menerjunkan diri ke dunia
tulis-menulis, dan dengan kesabaran serta keuletan beliau menjadi sukses. Saya
lalu membandingkan diri saya dengan Mas Hernowo. Kalau Mas Her bisa, mengapa
saya tidak bisa?
Saya
mengetahui Mas Her dan tulisan-tulisannya dari buku Mengikat Makna. Buku
tersebut dihadiahkan oleh murid saya semasa SD, Atih Ardiansyah. Dia murid saya
yang kini menjadi penulis muda dan pembicara yang fasih. Nama penanya Fatih
Zam.
Oya,
Fatih Zam adalah murid kesayangan saya semasa SD. Dia termasuk murid yang
berprestasi di bidang mata pelajaran Bahasa Indonesia. Secara khusus, dia
saya arahkan menjadi mencintai kata. Saya berikan kepadanya majalah-majalah dan
tulisan-tulisan sederhana saya. Tetapi sekarang, dia adalah guru saya. Dia
adalah guru muda saya dalam dunia menulis.
"Fatih,
doakan bapak agar menjadi penulis seperti kamu, walau usia sudah setengah abad.
Bapak tidak akan merasa malu belajar menulis di usia tua. Bapak lebih malu
kalau punya kemampuan, namun tidak dikembangkan. Bapak malah takut dikatakan
sombong karena tidak mau belajar dan berlatih menulis. Padahal saat ini sudah
banyak sarana yang mendukung untuk menulis. Sungguh, bapak belajar menulis dari
dan melalui kamu. Bapak mau menulis lagi kini karena kamu yang menyemangati
untuk kembali mencintai dan mengakrabi kata-kata.
"Ketika
kamu datang ke rumah bapak sambil membawa laptop, bapak yang belum punya laptop
dan belum bisa mengoperasikannya memerhatikan betul. Lalu bapak memaksakan diri
ke warnet untuk belajar menggunakan internet. Alhamdulillah, meski masih
terbatas, bapak bisa memanfaatkan media tersebut dalam mencari referensi. Dan
yang lebih penting, bapak sekarang lebih mencintai kata. Dan semoga kata-kata
itu juga mencintai bapak."
Guru saya selanjutnya adalah Mas Gol
A Gong. Beliau memiliki kemuliaan dengan kekurangannya. Beliau bertangan satu
tapi malah memiliki kekuatan yang jauh melampaui orang "normal" dan
berpendidikan tinggi. Sungguh, Anda orang yang patut menjadi teladan saya.
Cerdas dalam mencintai, mengakrabi, dan membuat kata menjadi senjata ampuh
dalam memerangi kebodohan. Anda orang yang baik budi bahasa. Anda tidak sungkan
berbicara dan berbagi dengan saya waktu seminar di Pendopo Pandeglang, beberapa
waktu lalu.
Terima kasih atas sekeranjang buku
yang telah Bapak hadiahkan untuk saya karena saya telah menjawab apa yang Bapak
tanyakan kepada saya saat itu. Sungguh, itu membuat diri saya termotivasi untuk
menjadikan kegiatan menulis menjadi suatu keharusan yang dilandasi rasa ikhlas.
Saya menjadikan buku Ledakkan Idemu Agar
Kepalamu Nggak Meledak sebagai pemicu saya untuk menulis saat itu
pula, tidak saya tangguhkan barang sedikit pun.
3 komentar:
Pa Tulisanya Bagus
Tabik, guru :)
Pak, tulisannya menyentuh.Saya juga guru yang suka menulis.www.gurudanpenulis.weebly.com.Buku saya yang sudah terbit 3, banyak penerbit yang mau trima naskah pendidikan kok, Pak.
Posting Komentar