Minggu, 08 Juli 2012

MENCIPTAKAN KEAJAIBAN MENULIS

Oleh:Jajang Suhendi, S.Pd.
(Kepala SDN Padahayu 2 Cikedal-Pandeglang)


Kita hidup diciptakan Allah mempunyai dua pilihan yang harus dihadapi dengan penuh pertanggungjawaban. Sengaja manusia diberi karunia panca indera dan indera keenam yang sempurna. Kita diberi pikiran yang sempurna sementara makhluk lain tidak memilikinya. Selain pikiran ada lagi perasaan yang lebih tinggi tingkat kemanfaatannya dari binatang. Oleh karena itu manusia harus bisa menggunakan berbagai kelengkapan tersebut untuk memilih secara cepat dan tepat. Kehidupan di alam dunia ini ada siang dan ada malam, ada suka dan ada duka, ada baik dan ada buruk. Kedua keadaan atau hal tersebut harus menjadi pilihannya.

Tinggal kita bagaimana cara memilih dan menghadapinya saja. Terkadang keadaan yang buruk datang tidak diundang dan tidak kita harapkan. Kita hanya berharap pada hal yang baik-baik saja sementara hal yang tidak baik tidak diharapkannya. Sengaja kita diciptakan oleh Allah untuk siap menghadapi kedua keadaan atau kedua hal tersebut dengan bekal yang telah dipersiapkan sejak kita dilahirkan. Kita harus berani menghadapi berbagai kesulitan seandainya ada di hadapan kita yang datang secara tiba-tiba. Itulah suatu prinsip bahwa hidup itu harus diperjuangankan. Berjuang dalam melawan kebodohan, kemiskinan, dan kesenangan yang diisi tanpa menghiraukan aturan agama dan aturan lainnya.

Dengan tiba-tiba perasaan gelisah datang tanpa kita mengharapkannya. Mengapa perasaan gelisah mesti menghampiri kita padahal kita tidak mengharapkannya? Itulah sebabnya, kita diciptakan untuk menjalani kehidupan yang saling bergantian antara apa yang kita sukai dan apa yang kita tidak sukai. Tidak mungkin Allah menyediakan bumi dan langit beserta isinya untuk manusia mulus tanpa ujian dan cobaan. Dunia ini sengaja Allah

ciptakan untuk kehidupan manusia sebagai tempat ujian. Manusia diuji dengan kesenangan dan kesengsaraan.
Dunia ini tempat ujian manusia, yaitu ujian kesenangan dan ujian kesengsaraan yang kita rasakan lebih sulit kita hadapi. Sebenarnya ujian kesengsaraan tersebut bukan hanya untuk diri kita sendiri saja, tetapi tujuannya untuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Orang-orang tersebut sabar atau tidak menghadapi keadaan kita yang sedang sengsara dan banyak utang. Orang-orang di sekitar kita menjauh padahal pada mulanya mereka dekat-dekat. Untuk melihat siapa teman sejati atau saudara sejati, maka dapat kita rasakan tatkala kita sedang dirundung malang, banyak utang, sakit-sakitan, dan segala hal yang sifatnya kita sedang lemah.

Ternyata dua keadaan kita, senang dan susahnya merupakan sarana ujian bagi diri kita sendiri dan ujian bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Lalu bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang menjauh ketika kita mengalami kondisi terpuruk? Apakah kita harus berubah sikap menjauhi mereka pula? Apakah kita semakin mempererat hubungan kepada orang-orang yang tetap bertahan dalam kesetiaan? Dalam hati sebisa mungkin kita harus ikhlas tanpa harus menuntut orang-orang untuk baik selamanya kepada kita. Kita diciptakan dan lahir di alam dunia untuk siap menghadapi berbagai keadaan.

Ketika berbicara suka dan senangnya kita hidup, maka kita harus menerimanya dengan penuh ketulusan. Dalam arti semua yang menimpa diri kita itu merupakan ujian dari Allah. Jangan marah dan benci kepada orang yang membenci kita. Allah menguji diri kita melalui orang lain. Jadi orang-orang yang membenci dan menjauhi diri kita merupakan sarana untuk menguji yang sengaja Allah tentukan agar kita mampu atau tidaknya dalam menghadapinya. Secara lahiriah kita bisa saja seperti orang yang tidak baik kepada mereka sekedar menjaga kewaspadaan saja.
Baca Selengkapnya~~ >>