Senin, 18 Maret 2013

AKU CURHAT KEPADA ALLAH


Memang tidak salah aku dan Anda ketika mempunyai masalah yang rasanya belum ada penyelesaiannya curhat kepada orang-orang yang paling dekat. Termasuk kepada orang tua atau kepada istri dan anak-anak. Namun ada hal yang sangat mendasar tidak bisa diselesaikan hanya dengan upaya curhat kepada sesama manusia.

Setiap orang mempunyai banyak masalah yang tentu penyelesaiannya membutuhkan pihak yang sangat ahli. Kemampuan manusia sangat terbatas, maka aku menemukan upaya curhat yang paling ideal adalah curhat diri aku kepada Allah.

Pada saat kepepet aku harus melunasi utang yang begitu besar, maka tanpa disangka-sangka ada penyelesaiannya yang tidak masuk akal rasanya. Namun walaupun sudah ada solusi begitu, ketika aku mendapat masalah suka gelisah kembali padahal pada waktu sebelumnya aku telah ada penyelesaiannya.

Mungkin pasang surutnya keimanan diriku berlaku. Apabila keadaanku datar tanpa kesulitan dan rasa gelisah berarti aku bukan manusia. sangatlah wajar aku sering mengalami perasaan negatif pada suatu saat dan pada saat lainnya aku berperasaan positif.
Salat malam merupakan media aku dalam mendekatkan diri kepada Allah. Salat malam merupakan salah satu tempat bercurhat-curhatan kepada Allah.

Mengadu, meminta pertolongan, mengharapkan sesuatu, minta bimbingan agar hidup dan kehidupanku berjalan lurus.
Apabila aku mau menapaki jalan bengkok aku minta hatiku dimasuki perasaan tenang dan berpengharapan selamat di dunia dan akhiratnya. Walaupu di bibir tak bersuara, tetapi di dalam hati menjerit melengking minta pertolongan, bersuara di dalam hati bagaikan berteriak keras di dalam gedung beton yang tertutup yang suaranya tidak kedengaran keluar.

“Ya Allah, aku bertobat kepada Engkau. Bukan perintah-Mu yang aku laksanakan dengan baik, malah apa yang Engkau larang yang aku lakukan. Bukan kenikmatan lahiriah dan batiniah yang aku rasakan, malah aku sering mengeluh dan merasa kurang pada diriku.
Bukan semangat berjuang, beribadah, dan beramal saleh yang aku miliki, malah kemalasan seperti orang yang tidak bertuhan saja.” Betapa banyak karunia Allah yang diberikan kepadaku, malah aku egois tanpa mau membaca Al-Qur’an padahal waktu sangat banyak untuk melakukannya.

Waktu adalah uang, begitu menurut sebagian orang yang tergila-gila dengan uang tersebut. Fokusnya adalah uang dan uang, walaupun mereka alasannya uang berlandaskan ibadah. Dalam urutan prioritas menurut pendapat tersebut berarti uang yang lebih diprioritaskan.

Kalimat “waktu adalah uang pertama datangnya dari orang luar Islam, dipakai oleh sebagian orang Islam. Aku bukan tidak baik ungkapan tersebut, tetapi alangkah lebih baik lagi apabila diubah menjadi “ Waktu adalah ibadah.” Dengan kata kunci “ibadah” berarti menunjukkan ibadahlah yang menjadi prioritasnya.

Setiap mengisi waktu, aku teringat bahwa ibadahlah yang lebih diutamakan. Semakin kuat orientasi waktu diisi dengan ibadah, hal lain mengikutinya dengan baik. Termasuk uang, jabatan, kehormatan, derajat, dan bebagai hal kebaikan akan mengikuti apabila aku kuat dalam pelaksanaan ibadah dan tentu ibadah beriringan dengan amal saleh.

Antara ibadah dan uang (bekerja) harus lebih kita prioritaskan salah satunya, yaitu prioritasnya pada ibadah. Antara mengajar atau mendidik bagi seorang guru dengan beribadah tentu beribadah lebih diprioritaskan, bukan mengajar dan mendidiknya. Mengapa? Dengan ibadah yang sebenar-benarnya semua hal akan terbawa bagaikan magnet besar bisa menarik benda logam yang lebih ringan dari padanya.
Antara melakukan salat ataukah melakukan membaca buku? Melakukan salat harus menjadi prioritas terbukti pengalaman orang-orang sukses lahiriah dan batiniahnya cepat mencapai tujuannya karena mereka lebih mengutamakan salat. Terkadang aku lebih banyak mengikuti dorongan nafsu daripada mengikuti dorongan naluri keagamaan yang benar. Namun sedikitnya setiap lupa aku tersentak untuk membelok lagi ke masalah ibadah yang menjadi prioritas utama.

Apabila ibadah dan amal saleh aku telah banyak dilakukan, maka segala hal akan spontan mengikutinya dengan penuh kesetiaan. Antara minta surge atau minta disayangi Allah? Yang menjadi prioritas adalah minta dicintai Allah. Mengapa Allah lebih diprioritaskan daripada surga? Surga merupakan ciptaan-Nya, sedangkan Allah adalah pencipta alam berserta isinya termasuk penciptaan surga dan neraka.

Apakah Anda mendahulukan minta rizki, kedudukan, dan derajat ataukah minta disayangi Allah? Aku lebih memprioritaskan minta dicintai Allah daripada minta yang lainnya terlebih dahulu. Itulah setinggi-tingginya perasaan tauhid kepada Allah. Bukan aku menganggap tidak perlu meminta kebaikan kepada Allah, tetapi aku maksudkan aku harus terlebih dahulu meminta sesuatu terserah kepada yang memberinya. Meminta dekat, mesra, dan disenangi oleh Sang Pencipta atas segalanya.

0 komentar:

Posting Komentar