Senin, 18 Maret 2013

BISAKAH SAYA BERHASIL?




Berhasil dalam hal apa? Yang saya maksudkan adalah berhasil dalam berbagai kebaikan bukan sebaliknya. Ukuran keberhasilan menurut ketentuan Islam dan aturan ekonomi dan sosial yang akan lebih saya utamakan agar hidup dan kehidupan saya lebih bermakna. Ketika saya banyak utang berarti saya belum berhasil dalam ukuran finansial dan ekonomi, tetapi berhasil dalam ukuran pendidikan diri dan anak-anak.

Namun apabila dipadukan secara seksama antara finansial dan pendidikan anak-anak, maka saya belum berhasil sebab saya masih banyak yang menagih utang. Solusinya bagaimana? Saya harus selalu fokus pada peningkatan sumber peghasilan selain gaji yang sudah robet dimakan Bank dan pihak pemberi pinjaman berbunga. Saya harus membuka peluang bisnis dan investasi yang sesuai di lingkungan tempat tinggal saya.

Saya harus banyak tanya untuk mendapatkan informasi tentang sumber keuangan selain gaji. Analisa dan tawakal kepada Allah harus menjadi prioritas utama dalam perhatian setiap hari dan malam. Tadi sudah saya kemukakan bahwa ukuran finansial saya belum berhasil, tetapi ukuran pendidikan anak-anak berhasil. Dan setelah dipadukan antara finansial dan pendidikan menurut saya belum berhasil.

Namun apabila saya rasakan dalam penerimaan keadaan seperti itu tidak menjadi penghalang untuk selalu meningkatkan kekuatan tawakal kepada Allah dengan keyakinan yang tinggi bahwa keadaan tersebut atas kehendak dan kekuasaan-Nya untuk diri saya. Sebagai ujian peningkatan kualitas kepribadian saya bagaimana saya menghadapi masalah berat. Memang ujian kesengan sudah saya hadapi di waktu saya sekolah dan merupakan tanggung jawab orang tua. Saya menerimanya tanpa kewaspadaan dengan giat beajar dan berusaha.

Saya terjebak tanpa susah payah saya membiasakan diri bagaimana mencari dan memiliki sumber penghasilan selain gaji sebagai harapan saya di waktu itu. Dulu saya terbiasa memelihara ayam,kambing, dan kelinci yang cukup banyak. Ikut mengarap sawah dan lading dengan sebaik-baiknya. Setelah menjadi guru terlena dengan penghasilan bulanan yang tidak seberapa besarnya waktu itu. Setelah saya meneruskan lagi kuliah saat anak-anak sudah besar dan sampai penyelesaiannya bersamaan dengan anak-anak kuliah. Barulah terasa masalah besar menimpa kehidupan rumah tangga saya.

Bisakah saya berhasil seperti semula bahkan lebih berhasil lagi? Dengan kata kunci “tawakkal kepada Allah, saya bisa berhasil.” Mengapa tidak? Keadaan rizki sudah diatur oleh Allah asalkan saya selalu berupaya untuk takut, berharap. Dan cinta kepada Allah dalam berbagai situasi dan kondisi sesulit apapun. Setiap saya bernafas, saya harus selalu merasa takut kepada Allah. Maksudnya, takut kepada Allah bukan berusaha menjauhinya, tetapi mendekati sedekat-dekatnya.

Berbeda dengan takutnya manusia kepada manusia yang lainnya. Takut saya kepada orang lain atau kepada binatang harus menjauhiya. Berbeda saya takut kepada Allah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah dan amal saleh. Apa yang Allah perintahkan untuk dilaksanakan dan apa yang Allah larang harus dijauhinya. Sesuai dengan ketakwaan makhluk kepada Allah harus komitmen melaksanakan dan menjauhinya. Percayaah hal itu merupakan ketentuan yang diberikan Allah kepada kita semua.

Di dalam perasaan (hati), pikiran (otak) dan di dalam perbuatan saya harus baik-baik saja. Walaupun di dunia ini saya tidak bisa terpisah dari masalah buruknya keadaan alam. Dunia merupakan tempat bercampurnya antara kebaikan dan keburukan. Terpenting di dalam kepribadian saya memaklumi keburukan untuk selalu ada di dalamnya. Di dalam hati jangan membiarkan perasaan dendam, iri, dengki, marah, dan perasaan buruk lainnya untuk dipelihara. Harus semaksimal mungkin dibuang jauh-jauh agar diri saya terpelihara dari perasaan tersebut. Perasaan yang merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Membuat diri saya hangus terbakar tanpa kebaikan yang mudah memperbaikinya.

Dengan ibadah berdoa, berdzikir, membaca salawat, membaca ayat suci Al-Qur’an, dan semacamnya akan bisa mengalahkan penyakit hati yang ada di dalam hati saya. Andapun sama bisa mengatasi segala masalah penyakit hati tersebut. Dapat saya dan anda perhatikan, orang yang selamat dari kendala penyakit hati walaupun usianya masih muda akan cepat mencapai keberhasilan hidupnya. Sementara orang yang terlalu memelihara penyakit hati walaupun usianya sudah tua hidupnya di bawah standar.

Keberhasilan hidup akan bisa dicapai dengan gerak langkah yang pasti. Kepastian yang sesuai dengan aturan yang ada. Aturan menurut agama maupun menurut aturan manusia. Apabila saya mau menjadi penulis tentu harus banyak berdoa dan berdzikir dalam hubungannya dengan dunia tulis-menulis. Sambil saya terus-menerus berlatih menulis tanpa memperhatikan suasana hati yang mendukung dan tidaknya. Saya harus menjadikan praktek menulis sebagai kebutuhan jiwa dan raga saya.

Tidak ada salahnya saya menulis sambil berharap kepada Allah untuk menjadikan upaya menulis saya sebagai upaya dakwah lewat tulisan dan kebutuhan penumbuh dan pengembang kepribadian saya. Menulis layaknya saya makan dan minum apabila tidak saya memenuhinya akan lapar dan haus. Bahkan kematian akan menjemput saya. Bagi saya menulis identic dengan makan, minum, dan oksigen yang sangat saya butuhkan.

Dengan keyakinan yang mendalam atas ketentuan Allah bahwa setiap orang yang selalu meningkatkan ketakwaannya akan dijaga, dipelihara, dan dibimbing oleh Allah sampai pada tingkat ketercapaian yang maksimal. Asalkan saya selalu paham akan hikmah di balik semua kejadian yang menimpa diri saya dan menimpa diri orang lain. Saya harus pandai-pandai menangkap rahasia di balik masalah utang, sakit, dan kesengsaraan lainnya.

Saya harus belajar terus bagaimana menanggapi semua masalah dengan bijak dan berprasangka baik kepada Allah. Allah memberikan musibah kepada saya khususnya bukan tanda Allah membenci saya, tetapi sebagai tanda kasih dan sayang-Nya. Orang-orang yang dibenci Allah akan dibiarkan hidup tanpa perhatian dan ujian. Mereka dibiarkan hidup bamblas mau selamat dan mau celaka dibiarkannya.

Saya harus merasa bersyukur kepada Allah dengan kasih dan sayang-Nya saya selalu ditegur dan diperingati agar tidak melenceng dari garis yang sudah ditentukan-Nya. Selalu terjaga dari keburukan demi keburukan yang ada akan menghambat atau menutupi jalannya kehidupan saya. Dengan rasa syukur saya selalu dijaga dari keburukan yang bisa mencelakan saya.

*Penulis adalah Kepala SDN Padahayu 2, Cikedal-Pandeglang


0 komentar:

Posting Komentar