Sabtu, 06 Oktober 2012

BERHARAP ITU BAGIAN DARI IMAN


(Jajang Suhendi,Cikedal-Pandeglang)

Kita harus memahami bahwa takut, harap, dan cinta kepada Allah merupakan bagian dari iman. Pernyataan ini disepakati oleh seluruh ulama, tanpa terkecuali. Ibadah yang kita lakukan timbul dari rasa takut kepada Allah, takut mendapat balasan sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Pekerjaan yang kita lakukan tidak sesuai dengan perintah Allah malahan mengerjakan sesuatu yang dilarangnya tentu akan dibalas dengan siksaan yang amat pedih. Bisa balasannya berupa kesulitan di dunia maupun di akhirat, maka kita menuntut diri untuk melakukan ibadah sebanyak dan setinggi mungkin kualitasnya. Apabila tidak melakukannya berarti kita siap untuk dibenci atau disiksa yang sangat pedih.



Kita harus memahami bahwa takut, harap, dan cinta kepada Allah merupakan bagian dari iman. Pernyataan malahan mengerjakan sesuatu yang dilarangnya tentu akan dibalas dengan siksaan yang amat pedih. Bisa balasannya berupa kesulitan di dunia maupun di akhirat, maka kita menuntut diri untuk melakukan ibadah sebanyak dan setinggi mungkin kualitasnya. Apabila tidak melakukannya berarti kita siap untuk dibenci atau disiksa yang sangat pedih.


Mengapa kita berharap keberkahan, kebaikan, keadilan, kekayaan, keselamatan, dan berbagai harapan lainnya? Kita tahu apabila kita merasa berharap kepada Allah dan balasan-Nya, berupa kemudahan di dunia dan di akhirat, maka kita harus meningkatkan ibadah. Tanpa harap, kita akan meningkatkan ibadah. Betapa pentingnya kita berharap berbagai kebaikan dari Allah dengan syarat kita melakukan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.


Apabila kita merasa cinta kepada Allah, maka kita akan melakukan ibadah yang terbaik. Tanpa rasa cinta, kita tidak akan melakukan ibadah yang terbaik. Banyak yang tidak masuk akalnya dalam melaksanakan ibadah. Yang kentara hanyalah pengorbanan bukan pendapatan berupa materi. Hukum logika pada kesempatan beribadah rasanya tidak ada di dalamnya. Namun secara ruhaniah dapat kita rasakan banyak manfaatnya. Ada istilah “tak kenal maka tak sayang” harus kita akui kebenarannya. Kenali dulu apa yang Allah perintahkan dan laksanakan seoptimal mungkin.


Setelah kita mengetahui pengertian dzkir dan manfaatnya, maka kita melakukan dzkir sebanyak-banyaknya dengan penuh keikhlasan. Tanpa melakukan komentar ketika kita melakukan dzikir yang banyak. Mengapa sebagian orang yang masih banyak komentar dan dalih dalam melaksanakan dzikir kepada Allah sementara melakukan kegiatan selainnya tanpa banyak pendapat. Keyakinan, itulah istilah yang harus kita praktekkan seawall mungkin. Keyakinan merupakan hal yang sangat membantu keberhasilan kita masing-masing.

Semakin besar harapan kita kepada Allah dan balasan-Nya, maka kita akan semakin baik pula ibadahnya. Kemudian sebaliknya, semakin kecil harapan kita kepada Allah dan balasannya, maka akan semakin buruk pula ibadahnya. Perbesarlah harapan kebaikan kepada Allah untuk memperbesar kualitas kepribadian kita masing-masing. Namun masih ada orang yang meremehkan akan pentingnya berharap kepada Allah dan balasannya.
Orang yang kurang menaruh harap kepada Allah, akhirnya akan menaruh harap yang berlebihan kepada dirinya sendiri. Para motivator yang kebamblasan memprioritaskan kemampuan otaknya dalam memberikan motivasi kepada kliennya. Seolah-olah mereka menuhankan dirinya atau menuhankan orang lain yang memiliki kemampuan lebih. Menganggap otaknya lebih unggul. Menganggap atasannya lebih unggul daripada dirinya. Begitu pula seorang ayahnya, gurunya, dan pegawai lainnya yang diangganggap unggul melebihi yang lainnya. Bukan itu yang dimaksud.


Apalagi orang menganggap lebih pada mesin ciptaan manusia. Bisa melalaikan dirinya pada ibadah kepada Allah. Dengan upaya menganggap lebih pada selain kepada Allah dalam urusan kegiatan dan kebendaan, maka kita akan melakukan kemalasan dalam beribadah dan beramal saleh apa yang Allah perintahkan untuk dikerjakannya. Barharaplah kita kepada Allah untuk memberikan sesuatu yang terbaik. Diri kita semoga menjadi orang yang berkepribadian unggul dalam fondasi ketawadhuan dan tawakal kepada-Nya. Semoga terjauh dari adanya sifat sombong dan angkuh atas kekuatan yang diberikan Allah kepada kita.

0 komentar:

Posting Komentar