Sabtu, 06 Oktober 2012

MENULIS DENGAN TERJEMAHAN AL-QURAN

(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)


Sebagai umat Islam sudah merupakan keharusan untuk banyak belajar tentang isi kandungan ayat-ayat. Namun bagi orang yang tidak mengenal sekolah agama atau Madrasah agar tidak kalah semangat belajar untuk menggali makna di balik ayat-ayat tersebut dengan mempelajari terjemahan. Dengan upaya menafsirkan hal-hal secara sederhana saja. Kita mencoba mengumpulkan ayat-ayat yang mempunyai makna yang tema dan isinya sama. Kira-kira dua atau tiga saja sudah cukup menjadi bahan pembahasan yang baik bagi penulis pemula. Kita ambil buku terjemahan kemudian kita kumpulkan yang sama temanya.


Misalnya, saya ambil terjemahan dengan menentukan tema tentang Menyerahkan Diri Hanya Kepada Allah. Kita ambil Q.S.Ali Imron ayat 122,159, dan 160. Ketiga ayat tersebut menerangkan tentang masalah Maha Kuasanya Allah sehingga manusia sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Hanya kepada Allah-lah kita menyerahkan diri. Sebelum berlatih menulis dengan ayat-ayat Al Quran, kita tulis dulu arti dari setiap ayat tersebut yang sesuai dengan masalah penyerahan diri dari setiap umat Islam hanya kepada Allah dalam segala hal dan keadaan.


Terjemahan dari Q.S Ali Imron ayat 122, sebagai berikut: Ketika kedua golongan di antara kamu bercita-cita hendak mundur (lari) dan Allah wali (memeliharakan) keduanya, dan hanya kepada Allah hendaklah orang-orang beriman menyerahkan diri. Setelah itu kita cuplik lagi ayat yang lainnya dari Q.S. Ali Imron ayat 159 yang artinya: Maka dengan rahmat Allah, menjadi lunaklah hati engkau (ya Muhammad) terhadap mereka. Kalau sekiranya berbudi jahat, berhati kasar, niscaya bercerai berailah mereka menjauhi engkau, maka maafkanlah mereka dan minta ampunkanlah untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka tentang urusan itu. Apabila engkau telah bercita-cita (yang tetap), maka bertawakkallah kepada Allah.


Apabila kita masih kurang keterangan tentang terjemahan dari kedua ayat di atas bisa kita tambah lagi satu ayat , yaitu Q.S. Ali Imron ayat 160 yang berbunyi: Jika Allah menolongmu tiadalah orang yang dapat mengalahkanmu dan jika Allah mengalahkanmu siapa yang akan menolongmu kemudian-Nya? Dan hanya kepada Allah hendaklah bertawakkal orang-orang yang beriman.


Dari ketiga ayat tersebut di atas sama pada intinya kita sebagai umat Islam dalam menghadapi segala hal harus menyandarkan diri kepada Allah. Dalam setiap urusan hakikatnya kita pasrah hanya kepada Allah saja, walaupun secara lahiriahnya kita harus berusaha dengan bekerja atau melakukan aktivitas yang lebih produktif. Pada ayat pertama, mengisyaratkan bahwa apabila kita menghadapi teman yang takut akan sesuatu yang kita hadapi dan mau mundur seperti yang tidak mau meneruskan sesuai dengan keinginan kita, selama orang itu masih jelas beriman, maka kita harus memaafkan mereka sambil kita menyerahkan diri kepada Allah.


Kita berusaha terus sambil tidak melupakan niat awal untuk mengerjakan sesuatu dengan baik. Misalnya, sebagai guru yang ada di pedesaan yang jauh dari keramaian, melaksanakan tugas seiap hari efektif pada bulan Ramdhan, anak-anak tidak ada yang hadir. Kita sebagai Kepala Sekolah tidak perlu bertindak kasar karena perlakuan para siswa malas tidak mau sekolah. Mengubah tradisi memang sangat sulit, ada peribahasa dari pada mengubah adat istiadat lebih baik mengubah jagat. Setelah kita berupaya dengan cara yang lebih baik, kita tinggal bertawakkal kepada Allah semoga keadaan bisa berubah.


Kalau kita menghadapi masalah seperti itu, kita harus bersabar dan bertawakkal. Ujian dari Allah beraneka ragam, kita harus lebih waspada akan semua hal yang merupakan ketimpangan yang ada di sekitarnya. Mengenai makna dari ayat yang kedua, kita harus berperangai lemah lembut dan bersikap ramah penuh kebijaksanaan dalam menghadapi orang-orang seperti itu. Tanpa mengurangi kelemahlembutan kita dalam menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan hati. Hati kita tetap fokus kepada Allah, bertawakkal kepada Allah.


Sama halnya dengan ayat ketiga, intinya agar kita tetap berserah diri hanya kepada Allah dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun. Dengan bersandar diri kepada Allah melalui pedoman ayat-ayat Al- Quran yang siap juga terjemahannya untuk kita pelajari secara kalem, tenang, hati damai, tidak tergesa-gesa, niat ibadah hanya dengan mempelajari sedikit saja dari ayat-ayat Al-Quran atau mempelajari apa saja yang sangat penting untuk kita pelajari. Ayat-ayat Al-Quran, kata-kata hikmah, nasihat orang-orang besar, peribahasa, puisi atau apa saja yang baik menurut kita, sangat penting kita jadikan bahan latihan menulis bagi penulis pemula.


Sungguh sangat banyak cara supaya kita bisa menulis, banyak cara supaya kita curhat dengan diri sendiri, curhat kepada Allah bagaimana dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi, dan pokoknya semua yang ada di bumi ini sangat berlimpah dengan solusi. Kita ubah kebiasaan kurang efektif dengan kebiasaan yang efektif. Dari tidak bisa dan biasa menulis menjadi bisa dan biasa menulis dengan cara-cara seperti yang kita bicarakan di muka. Walaupun hanya sekilas ide-ide masuk di benak, setelah kita membiasakan diri menulis, rasanya semuanya bisa memberikan inspirasi kepenulisan.



Kita harus bisa membuktikan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang bisa mengubah keadaan diri kita dari kurang menjadi lebih, dari bodoh menjadi pintar, dari tidak mampu menjadi mampu menulis, dan dari tidak biasa menulis menjadi biasa menulis. Sebelum kita bisa membuktikan bahwa menulis sebagai peluang di masa depan yang sangat menjanjikan dan membuat diri kita mapan dalam financial, sosial, dan spiritual, maka kita cukup hanya menyenangi proses menulis tersebut. Kita mengetahui sesuatu hal bahwa hal itu baik, maka lakukanlah dengan penuh kenikmatan. Mencintai proses akan membuat diri kita berhasil.


0 komentar:

Posting Komentar