Sabtu, 06 Oktober 2012

BERSAHABAT DENGAN KATA-KATA


Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang Asal Sumedang


Belajar merupakan suatu upaya untuk mengubah diri dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak dewasa menjadi dewasa. Ukuran tingkat kedewasaan tidak bisa diukur hanya dengan usia. Biar orang itu masih muda usianya, tetapi jalan pikirannya telah matang dapat dikatakan bahwa orang itu telah dewasa. Sebaliknya, orang yang usianya tua tetapi belum menunjukkan kedewasaan berarti orang tersebut belum dewasa secara mentalitas. Tingkat kedewasaan seseorang bisa dicapai melalui suatu proses, namanya proses belajar.


Belajar bisa kita peroleh melalui bangku sekolah atau bangku kuliah. Belajar di kedua tempat tersebut lebih formal yang ditandai dengan ijazah sebagai bukti bahwa kita telah menyelesaikan upaya belajar tersebut. Tujuan belajar di sekolah dan belajar di perkuliahan agar kita memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang memadai sehingga bisa hidup layak di keluarga dan di masyarakat yang lebih luas lagi. Belajar ada yang melalui suatu proses yang panjang dalam upaya mencapainya, tetapi ada pula yang sangat longgar karena berbagai alasan.


Walaupun saya telah lulus sekolah atau kuliah, tetap masih merasa kehausan akan ilmu yang belum bisa saya miliki pada saat belajar dan kuliah. Terkadang saya merasa malu dengan apa yang saya peroleh di bangku kuliah tidak sesuai dengan ijazah yang diraihnya. Merasa malu karena belum bisa menyesuaikan ijazah dengan kemampuan yang ada di dalam diri. Saya kuliah mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uninus Bandung lulus pada tahun 1998, tetapi masih merasa kurang mampu dalam hal tulis-menulis. Padahal pekerjaan menulis itu merupakan keharusan bagi alumnus mahasiswa jurusan kebahasaan.


Saya harus menuntut diri agar mampu menulis fiksi maupun non fiksi dalam upaya pengembangan diri melalui kegiatan menulis ini. Saya merasa malu dengan keadaan diri yang belum bisa hidup selaras dengan apa yang seharusnya menjadi profesi. Mengingat usia sudah semakan bertambah tua, tetapi masih jauh dari kemampuan profesi saya sebagai guru yang bisa selaligus menjadi penulis. Menulis apa yang menjadi bahan pembahasan di bidang pendidikan.


Namun saya merasa bersyukur kepada Allah masih diberi kesempatan untuk banyak belajar dan berlatih menulis dari para penulis professional, baik yang masih muda, sedang atau yang sudah lanjut usia. Semuanya menjadi motivator saya untuk mulai saat ini pula menulis dengan semangat muda. Saya tidak malu karena usia telah tua, yang saya membuat malu adalah apabila saya tidak mau dan tidak mampu menulis padahal pekerjaan menulis itu jelas-jelas tugas profesi seorang guru.


Pak Hernowo sebagai guru yang terjun ke dunia tulis-menulis dalam usia empat puluh tahunan, dengan cepatnya beliau sukses dalam kepenulisan yang berkualitas. Banyak buku dan tulisannya yang telah beliau hasilkan setelah usia empat puluh tahunan. Melebihi para penulis yang telah lama menggelulti dunia kata. Puluhan buku yang telah beliau tulis, semuanya bisa mengikat makna apa yang telah beliau bacanya. Mulai saat itu pula saya mau menulis seperti beliau. Beliau sebagai motivator dalam bidang tulis-menulis bagi saya.


Mengapa tidak saya ikuti beliau dengan semangat menulis yang luar biasa hebatnya? Saya harus berani mencoba menulis sekarang juga, agar bisa mengikuti cara beliau menulis yang paling produktif. Banyak tulisan yang telah beliau hasilkan semuanya bagus-bagus. Saya mulai menyadari akan pentingnya menulis setelah saya membaca buku Mengikat Makna Update yang sengaja saya pesan dari salah seorang murid saya waktu di SD dan sekarang kuliah di Unpad. Dia menjadi penulis muda yang berprestasi selaligus menjadi pembicara yang fasih berbicara.


Fatih Beeman adalah nama pena dari nama Atih Ardiansyah. Dia termasuk salah seorang siswa berprestasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sewaktu di SD. Dulu sebagai salah seorang murid yang saya bimbing dan saya arahkan menjadi orang yang berprestasi, tetapi sekarang di adalah guru menulis saya yang masih muda dan bisa membuat saya termotivasi untuk mencoba menulis yang siap untuk dikirim ke penerbit yang ada di Indonesia ini.



Doakan Bapak ya agar menjadi penulis seperti kamu walupun usia Bapak sudah setengah abad. Bapak tidak malu-malu untuk menjadi penulis dalam usia tua. Bapak malu apabila punya kemampuan tidak Bapak kembangkan. Bapak takut dikatakan orang sombong yang tidak mau belajar dan berlatih menulis. Padahal sekarang telah banyak sarana pendukung menulis. bapak belajar menulis dari kamu dan belajar menulis melalui kamu. Bapak mau menulis karena kamu yang menyemangati untuk berani mencoba mencintai kata-kata.
Ketika kamu dating di rumah Bapak sambil membawa laptop. Bapak memperhatikan kamu bagaimana cara menulis lewat laptop tersebut. Sengaja Bapak belajar bagaimana cara menulis di internet. Mulai saat itu Bapak sering dating ke Warnet. Menimba ilmu tentang bagaimana cara menulis. Alhamdulillah Bapak sedikitnya bisa memanfaatkan media tersebut dalam hubungannya dengan tulis-menulis. Seperti saat ini Bapak telah mencoba menulis dan mengirimkannya ke penerbit Suara Guru Banten.



Bapak tinggal menunggu apa hasilnya diterima atau tidak naskah artikel yang Bapak kirimkan itu. Terpenting Bapak sangat menyukai proses menggeluti dunia kata. Bapak mencoba untuk sering 26 kata. Bapak mencintai kata-kata semoga kata-kata itu sama-sama mencintai Bapak. Sebagaimana Pak Gol A Gong sebagai penulis professional yang telah menginspirasi dalam mencintai kata-kata. Beliau sungguh mulia diberi kekurangan tangan satu malah menjadi kekuatan yang melebihi orang normal yang berpendidikan tinggi.
Sungguh engkau orang yang patut menjadi teladan saya dalam bidang kepenulisan. Cerdas dalam mencintai, mengakrabi dan membuat kata-kata menjadi senjata ampuh dalam memerangi kebodohan lewat kegiatan menulis. engkau termasuk orang yang baik budi bahasa, sebelumnya saya tidak menyangka Bapak mau berbicara dengan saat saat ada pertemuan di Pendopo Kabupaten Pandeglang.


Terima kasih atas buku-buku yang telah Bapak hadiahkan untuk saya karena saya telah bisa menjawab apa yang Bapak lontarknan kepada saya waktu itu. Hal itu membuat diri saya termotivasi untuk menjadikan kegiatan menulis menjadi suatu keharusan yang dilandasi rasa ikhlas. Saya menjadikan buku Ledakkan Idemu Agar Kepalamu Nggak Meledak sebagai bahan pemicu saya untuk menulis saat ini pula, tidak saya menangguhkannya lebih lama.


Mas Gol A Gong, engkau telah menulis 70 buku yang dituangkan dengan proses kreatif dalam bercerita sampai-sampai saya hamyut dibuatnya. Buku-buku yang engkau tulis sungguh memandu saya dalam mengakrabi kata-kata menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan saya dan kehidupan orang-orang yang suka membaca dan menulis. Buku panduan akan saya baca untuk menjadikan menulis sebagai jalan hidup saya. Ada buku pedoman menulis berdasarkan praktek menulis yang lebih dominan

0 komentar:

Posting Komentar