Sabtu, 06 Oktober 2012

HARUS PUNYA TUJUAN PASTI

(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)


Begitu ada pengangkatan CPNS Andi punya calon istri dan tak lama kemudian dia mengadakan pernikahan. Padahal dia belum punya gaji yang memadai, baru gaji CPNS yang belum bisa menjamin kelayakan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Kehidupan berumah tangga tak sederhana sekedar cukup hanya sama-sama cinta saja. Banyak yang harus dipenuhi setelah masuk dunia baru. Selain pendidikan, besarnya gaji sangat mempengaruhi efektivitas kelangsungan hidup bersama antara suami dan istri.


Apalagi setelah datangnya sang anak satu orang anak, dua orang anak atau lebih. Nanti kita harus mempersiapkan untuk biaya sehari-hari sampai biaya sekolah dan kuliahnya. Penghasilan masih sangat terbatas. Itulah masalah yang akan timbul dalam kehidupan berumah tangga kelak apabila tanpa persiapan dan tujuan yang matang.
Dari mulai anak masuk tunjangan keluarga sampai kuliah, jumlah tunjangan naik bertahap secara lambat dan kecil setiap kenaikannya. Jumlah tunjangan satu orang anak dari masa SD sampai kuliah sangat minim jauh dari kelayakan. Apabila anak-anak sudah masuk bangku kuliah, biayanya akan menyedot biaya sehari-hari dan biaya yang lainnya. Akan timbul upaya mencari pinjaman uang ke luar. Bank atau koperasi akan menjadi tempat perlindungan dan lama-kelamaan akan menjadi boomerang dalam kehidupan berumah tangga selanjutnya.


Ada kebebasan pinjaman setiap PNS untuk pinjam ke Bank atau koperasi apabila kita tidak mempunyai tujuan yang jelas, uang pinjaman tersebut akan habis tanpa perhitungan yang matang. Banyak masalah kita apabila punya utang besar sebelum kita ounya penghasilan lain yang memadai. Penghasilan hanya gaji saja sementara kebutuhan semakin meningkat akan menjadi masalah ekonomi keluarga kelak. Terbukti bagiku, kehidupan berumah tangga bertpuluh-puluh tahun masih lemah dalam kemampanan ekonomi. Walaupun kedua anak sudah berumah tangga sekedar cukup untuk rumah tangganya sendiri. Belum ada perhatian penuh untuk orang tua. Memang banyak dan tidaknya sumber keuangan keluarga sejak awal harus sudah dipertimbangkan sematang mungkin.


Masalah demi masalah bertubi-tubi berdatangan ke dalam kehidupan berumah tangga apabila kedua insane suami dan istri belum memiliki kematangan sumber penghasilan. Di kala sudah mempunyai anak lebih dari satu orang masa sekolah dan kuliah akan mulai timbul masalah pinjam meminjam uang ke pihak lain yang cukup besar. Sebenarnya kebutuhan rumah tangga sangat banyak dan kompleks. Kebutuhan sehari-hari untuk biaya makan, minum, pakaian, perumahan, berobat, acara pernikahan teman, saudara, dan kebutuhan dalam dan di luar rumah tangga kita akan minta dipenuhinya. Sementara sumber penghasilan kita sangat terbatas.


Ada saja salah satu atau lebih banyak lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan sempurna. Memang bagi orang yang bijak tidak menjadi masalah apabila kita tidak memenuhinya, tetapi bagi orang-orang yang tidak bijak akan timbul masalah. Akan membenci atau memarahi terhadap kita seandainya kebutuhannnya tidak kita penuhi. Hubungan antar keluarga kita dan keluarga saudara misalnya akan rengggang gara-gara kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Hubungan keluarga yang dekat akan terasa sangat jauh apalagi hubungan keluarga yang jauh akan semakin menjauh saja. Hanyalah doa dan permohonan kepada Allah yang kita minta untuk mengadakan perubahan di bidang finansial agar memadai.


Harus ada motivasi ibadah dan strategi penyelesaian masalah keuangan setelah terjadi masalah utang di dalam kehidupan rumah tangga. Kita meminta kepada Allah yang menciptakan masalah dan solusinya. Anggap saja utang banyak tersebut sebagai sarana untuk mematangkan mentalitas diri kita. Kita berupaya masalaha sebagai tuntutan hidup kita semakin matang, dewasa, kuat, dan mandiri dalam segala urusan. Diam dan apatis apalagi putus asa dalam menghadapi masalah seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah malahan akan menjadi diri dan kehidupan jatuh ke tempat yang paling terpuruk. Kita mesti ingat riwayat hidup pada nabi dan rasul sebelum diangkat oleh Allah menjadi nabi atau rasul. Mereka mencapai titik maksimal bahkan sampai-sampai batas hidup dan matinya. Nabi Ibrahim sebelum menjadi nabi mengalami titik yang ada di antara hidup dan mati. Beliau dibakar hidup-hidup, karena beliau sangat dekat kepada Allah, beliau selamat dan api terasa dingin.


Kita ingat riwayat nabi Isa ketika dikejar-kejar musuh, sampai batas laut dan beliau diberi mujizat tongkat bisa membelah lautan. Selamat beliau bisa menyeberang lautan dan air laut membeku. Kita ingat lagi kejadian yang dialami nabi Muhammad SAW ketika akan dibunuh musuh waktu ada di dalam gua Hira. Beliaya selamat dengan pertolongan Allah. Dan masih banyak kejadian yang dialami para nabi, para rasul sampai kepada diri kita pada zaman sekarang yang seperti mustahil kita hindari. Namun kita harus selalu yakin akan pertolongan dan bimbingan Allah ketika kita berada pada posisi malang dan penuh masalah keuangan dan masalah lainnya. Terpenting kita terus-menerus beribadah menjadi prioritas utama dalam kehidupan kita.


Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam mata pelajaran yang dipelajari dan memberikan motivasi belajar kepada peserta didik. Apapun yang kita pelajari, membaca buku, mengikuti proses pembelajaran atau perkuliahan sebaiknya kita menerima atau mengetahui apa tujuannya. Membaca buku juga akan lebih efektif apabila kita mengetahui terlebih dahulu tujuannya. Berbeda dengan orang yang belajar tanpa arah dan tujuan, mereka belajarnya tidak efektif. Hanyalah waktu yang terbuang percuma atau sedikitnya pemborosan waktu yang kita gunakan.


Dalam mengikuti pelajaran dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi sebenarnya harus adanya tujuan yang harus ditetapkannya. Sebagaimana dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adanya Tujuan Pembelajaran. Seperti tujuan pembelajaran yang berbunyi: “ Setelah pelajaran ini selesai anak diharapkan dapat mengerjakan dua penjumlahan pecahan decimal yang penyebutnya tidak sama.” Dari tujuan tersebut kita dapat mengetahui konsep dasar pengerjaan hitung bilangan pecahan yang penyebutnya berbeda.


Konsep dasar penjumlahan pecahan tersebut terdiri dari kata “pecahan” dan “penyebutnya sama”, penyebutnya tidak sama”, dan “pembilang” Misalnya, ½ + 2/5 = …. Kita ketahui dahulu ½ disamakan penyebutnya dengan bilangan 2/5. Kita cari penyebut dari 2 dan 5 yaitu 10. Jadi ½ + 2/5 = …/10 + …/10 = 5/10 + 4/10 = 9/10. Peserta didik mengetahui tujuan yaltu menjumlahkan dua pecahan decimal berpenyebutnya tidak sama. Tadi ½ + 2/5 berarti sama dengan 5/10 + 4/10 dan isinya 9/10. Begitu juga materi pembelajaran untuk mata pelajaran atau mata kuliah yang lain harus kita mengetahui dahulu tujuannya agar mendatangkan hasil yang memuaskan.


Seorang ibu pergi ke pasar mau belanja untuk buka puasa, maka seorang ibu tersebut harus menjacat apa yang akan dibelinya. Agar setelah datang di pasar seorang ibu tersebut tidak membeli barang-barang apa saja tanpa sesuai dengan apa yang dibutuhknnya. Belajarpun begitu, sebelum kita belajar kita catat dahulu materi apa yang mau didapatkan setelah proses pembelajaran atau perkuliahan selesai. Belajar bukan semabarangan tanpa mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Misalnya, kita membaca teks bacaan dan di bawahnya ada pertanyaan isi bacaan, maka pertanyaan isi bacaan tersebut merupakan tujuannya. Bagi pembelajar yang mengetahui manfaat tujuan sebelum belajar, maka yang terlebih dahulu dibacanya adalah pertanyaan kemudian teks bacaan yang hanya berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.


Pertanyaan isi bacaan hampir dilupakan oleh para pembaca, begitu juga para guru yang mengikuti lomba guru teladan banyak membaca teks dahulu. Sebagian besar mereka membaca teks bacaannya dahulu sehingga dalam waktu yang telah ditentukan tidak efektif. Oleh karena itu mari kita baca apa yang termasuk tujuannya dahulu sebelum membaca atau mempelajari sesuatu. Banyak sekali pebedaannya membaca teks bacaan dengan mendahulukan pertanyaan isi teks bacaan dengan membaca teks terlebih dahulu. Banyak waktu yang terbuang membaca teks bacaan terlebih dahulu. Efektivitas membaca akan lebih cepat berhasil yang berdasarkan pertanyaan.


Membaca, belajar, mengikuti materi perkuliahan, dan mengikuti diklat , seminar, dan lokakarya membutuhkan pemahaman akan tujuan apa yang harus kita pahami dari materi yang akan disampaikannya. Apabila tanpa memperhatikan semacam itu, maka kegiatan tersebut terlalu banyak membuang-buang waktu dan tenaga saja. Apakah bisa dicapai dalam waktu yang relatif singkat cara-cara demikian? Hal semacam itu harus adanya upaya maksimal sedini mungkin. Upaya yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Tidak sebagaimana makan mie instan yang dalam waktu relative singkat bisa dipahami. Wahai rekan pembaca yang saya hormati, mari kita melakukan upaya belajar, kuliah, diklat, seminar, workshop, dan pelatihan lainnya sangat memerlukan pemahaman akan tujuan apa yang akan dipelajarinya.

0 komentar:

Posting Komentar