Kamis, 06 Desember 2012

APA MAKSUD SEMUA INI?

oLEH: Jajang Suhensi)

Sejak kecil aku sudah memiliki bakat seni pewayangan. Teman-teman menonton pertunjukan wayang golek yang dibawakan aku bertempat di bagian dapur. Wayang terbuat dari kertas dan ditempatkan di atas batang pohon pisang. Aku memainkan wayang-wayang buatan aku sendiri. Teman-teman dengan asyiknya menonton pertunjukan, mereka bayar dengan uang hanya satu ringgit. Aku kira bakal jadi dalang. Ternyata aku jadi dalang buat anak-anak SD.


Aku termasuk cucu seorang kakek yang memiliki kekayaan paling banyak di desaku waktu itu. Ayahku tidak peduli dengan kekayaan ayahnya yang cukup banyak. Mungkin beliau punya keyakinan lain dari orang pada umumnya, sehingga tidak ada minat untuk mendapatkan kekayaan dari kakek. Aku waktu itu belum mengerti tentang pentingnya harta kekayaan. Aku masih usia SD. Dan ketika lulus SPG juga aku belum mengerti pentingnya harta kekayaan. Aku tidak tahu mengapa harta kekayaan kakekku sebagian besar jatuh kep tangan anak angkat kakek yang pintar itu. Ayahku kebagian sedikit tidak seimbang dengan anak angkat kakek tersebut.


Namun aku pergi berkelana ke Banten setelah lulus SPG. Sambil menunggu aku diterima jadi guru, aku menjadi tenaga honor di salah satu SD. Waktu itu ada salah seorang guru yang mengajar di SD tersebut. Sekarang dia menjadi pendamping hidupku. Apa yang selalu aku upayakan sebelum aku diterima menjadi seorang guru PNS? Menjadi tenaga honorer dari tingkat SD, SMP, Mts, SMA, dan Perguruan Tinggi sekalipun yang aku inginkan. Walaupun aku hanya lulusan SPG tidak mau dikatakan tidak mampu mengajar. Semangatku mengajar cukup tinggi. Aku memgajar sambil belajar. Terutama pelajaran Bahasa Inggris di MTs aku pegang dengan semangat yang tinggi.


Aku lulusan SPG PGRI bukan negeri, tetapi pada akhirnya aku diterima menjadi guru sekolah dasar negeri. Tidak ada bedanya aku dengan lulusan SPG Negeri. Namun penempatan tugas sebagai guru di SD yang berada di pedesaan tidak sebagaimana penempatan di kota besar. Banyak imbalan lain yang besar jumlahnya dan bisa melebihi besarnya imbalan gaji bulanan. Sebelum adanya kenyataan bahwa tugas mengajar di pedesaan cukup minim, maka aku bersemangat kuliah lagi walaupun aku sudah mempunyai anak tiga orang. Apa yang terjadi setelah aku menjadi sarjana? Dalam ukuran finansial aku belum banyak berubah malahan utang bertambah besar. Memang kuliah dan menjadi sarjana bukan menjadi andalan aku cerdas finasial dan banyak uang dari menjadi sarjana tersebut. Di pedesaan belum bisa menjamin bertambahnya sumber penghasilan yang memadai.

0 komentar:

Posting Komentar