Jumat, 01 Juni 2012

UBAHLAH KELEMAHAN JADI KEKUATAN
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Pendidik harus memiliki kekuatan dalam berpikir. Berpikir menggunakan kekuatan otak, bukan menggunakan kekuatan otot. Mengasah otak bukan memperkuat otot. Namun bukan berarti fisik dibiarkan lemah tanpa memiliki kekuatan. Dalam hal ini sekedar kekuatan dengan olah raga dan makan-makanan yang bergizi. Begitu pula otak diberi makan dengan bahan-bahan bacaan yang bergizi atau berisi pikiran yang positif dan dinamis. Kekuatan yang harus kita miliki adalah kekuatan dalam hal kebaikan sebagai potensi yang bisa dimanfaatkan dalam pelaksanaan dan kewajiban. Yang menjadi prioritas utama adalah kekuatan dalam berpikir menggunakan hati nurani yang bersih dari segala kotoran.
Pembahasan tentang pendidik terlalu luas dan perlu pengkhususan, yaitu masalah profesionalisme guru. Kemampuan mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Yuyun Yunani (Berkah No. 268, Tanggal 8-15 Mei 2010 ) membahas tentang guru profesional tersebut. Beliau sebagai guru SD Negeri Pandeglang 10 cukup jeli dalam mengamati keberadaan guru profesional yang harus memiliki kemampuan untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Diharapkan para guru bisa membawa masyarakat untuk memasuki abad 21 yang penuh persaingan.
Dalam persaingan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi. Beliau memandang eksistensi guru yang profesional saja yang bisa menggunakan sarana iptek, dalam hal ini internet. Dengan indikasi kepemilikan kepribadian dan keterampilan untuk membangkitkan minat para peserta didik mampu menggunakan sarana tersebut. Mengembangkan kemampuan dan profesionalisme yang berkesinambungan. Agar tidak ketinggalan dalam komunikasi dan informasi, maka para guru harus unggul dalam hubungannya dengan orang lain. Mereka harus memiliki kecerdasan intelektual, emosional atau sosial dan spriritual. Kecerdasan tersebut digunakan dalam mengaktualisasikan diri sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pendamping dan sebagai panutan bagi para peserta didik dan bagi lingkungannya.
Secara sosial, para guru harus bisa bekerja sama dengan bebagai pihak. Dengan kedisiplinan, kejujuran, dan dedikasi yang tinggi bisa mengikuti abad 21 yang merupakan masyarakat belajar yang kompetitif dengan ciri-ciri belajar untuk berpikir, belajar untuk berbuat, belajar untuk menjadi, dan belajar untuk hidup bersama. Yuyun Yunani begitu indah dalam memaparkan artikelnya, walaupun singkat sangat padat dengan makna.
Oleh karena itu sampai paragraf ini hanya menanggapi pendapatnya saja. Setelah itu saya bahas secara objektif. Saya hubungkan dengan pendapat lain tentang pentingnya sikap dalam menentukan mana kekuatan dan mana kelemahan dirinya. Kelemahan yang terdapat di dalam diri guru, semestinya kita temukan dan kita perbaiki dengan upaya menentukan lawan dari kelemahan itu. Kelemahan dalam menggunakan pikiran, perasaan, dan tindakan mesti kita imbangi dengan upaya latihan menuliskan apa saja yang menjadi masalah kekurangan diri dalam menghadapi tugas sebagai pengajar, pendidik, dan pembaharu bidang pendidikan.
Sasaran para peserta didik, lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Upaya menuliskan kekuatan iman pada dirinya sebagai bahan pengikat. Agar diri para guru memiliki kekuatan iman, sesuai dengan pendapat penulis Surat Kabar Berkah Nomor 263 tanggal 1-7 Mei 2010 ( tanpa nama ), menyebutkan tentang 6 strategi agar keimanan guru tetap dalam keadaan kokoh, yaitu dengan melakukan instropeksi diri, amalan sunnah, membaca, memahami, menghayati dan mengamalkan Al-Quran, banyak berdzikir, memperbanyak doa, dan mencintai fakir miskin serta anak yatim.
Para guru sudah sepantasnya menggunakan kekuatan berpikir dan bersikap dalam menghadapi zaman modern ini dengan kekuatan hati nurani berdasarkan 6 strategi tadi. Guru profesional tidak hanya menggunakan kekuatan penguasaan iptek dengan sarana untuk hal itu saja, tetapi mesti dibarengi dengan kekuatan hati nurani. Kita tidak hanya menggunakan kecerdasan intelektual, emosional dan sosialnya saja, tetapi harus menggunakan kecerdasan spiritual.
Jadi untuk menghadapi zaman modern harus lengkap dengan menggunakan kecerdasan intelektual, emosional, sosial, kinestik, finansial, dan kecerdasan spiritualnya. Adapun caranya dengan memperhatikan ceramah atau training dari Mario Teguh, Ary Ginanjar, dan sebagainya. Kita perhatikan di acara Televisi, Surat Kabar, buku-buku, dan internet. Sekarang tinggal kemauanlah untuk berani belajar internet.
Sungguh sangat besar manfaat dari kemampuan dalam menggunakan alat tersebut. Isilah hati dan pikiran agar menjadi kekuatan dalam diri kita. Sekarang tinggal ada kemauan belajar dan berlatih serta diri kita tidak merasa sudah cukup bisa. Atau kita agar berpikir bahwa pekerjaan itu hanya untuk para pemuda saja. Mengenai belajar atau berlatih internet tidak memandang usia tua dan mudanya. Terpenting dari diri kita ada semangat untuk mau terjun langsung bagaimana cara menggunakan alat tersebut.
Gunakanlah internet untuk kebaikan bukan dipandang hanya segi negatifnya saja. Sebenarnya banyak sekali pelajaran dari media tersebut. Penggunaan alat itu akan membuat diri kita bekerja serba mudah. Kita buktikan agar kita tidak hanya kata orang saja. Pertama- tama kita luangkan waktu belajar bagaimana cara menggunakan internet dan laptop di warnet. Kita jangan malu-malu bertanya kepada ahlinya. Walaupun kita baru bisa mengenai hal-hal yang sederhana saja, apabila digunalkan akan memberi manfaat bagi kita.
Laptop dan komputer adalah dua alat yang sangat potensial untuk zaman sekarang. Bisa digunakan untuk menulis atau berkomunikasi dengan orang lain jarak dekat maupun jarak jauh. Dulu kita sewaktu kecil menonton film silat dan diri kita ingin seperti tokoh pesilat yang menang terus dalam perkelahiannya. Namun sekarang kita contoh bagaimana kita memiliki kekuatan berpikir. Kekuatan otak melebihi kekuatan otot seperti pesilat yang kita inginkan waktu kecil.
Mari kita belajar dan berlatih bagaimana kita agar memiliki kekuatan otak untuk berpikir, dan kekuatan hati untuk tafakur. Fokuskan segala jalan untuk mencapai kekuatan berpikir dan bertafakur agar sesuai dengan doa sapu jagat, memohon selamat di dunia dan di akhirat. Urusan dunia kita tuntut seolah- olah kita mau hidup seribu tahun dan urusan akhirat kita tuntut seolah-olah kita akan meninggal besok.
Namun diri kita jangan merasa bahwa kita masih lemah atau dalam keadaan miskin sehingga kita tidak perlu mengusahakan kekuatan otak dan hati sekarang ini. Memang orang ada yang menyadari kekuatan tersebut setelah usia tua dan ada pula yang sejak kecil sudah menyadarinya sehingga saat ini mereka sukses. Setiap orang harus menyadari akan garis perjalanan hidupnya. Kita tidak perlu pasrah begitu saja, sadar sekarang yah sekaranglah saatnya untuk mengubah diri dan aktivitas kita dengan belajar dan berlatih tersebut.
Hidup adalah penuh perjuangan, kita asalnya lemah untuk kuat, tadinya miskin untuk kaya, tadinya tidak berdaya memberi sesuatu yang terbanyak untuk memberi sesuatu yang terbanyak. Apakah itu kita memberi dengan kata-kata yang baik, mendoakan kepada orang lain, memberi dengan ilmu maupun dengan harta kekayaan sama saja hal itu harus dilakuakan.
Intinya, kita harus bisa memilih dan memilah mana hal yang baik dan mana yang tidak baik, kemudian kita melakukan hal-hal yang baik agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat. Walaupun kita baru sedikit ilmu yang kita miliki, kita amalkan atau kita berikan kepada orang lain. Cara yang kita gunakan adalah dengan memberi sesuatu ilmu lewat tulisan. Menulis kita jadikan profesi yang bisa saling memberi manfaat kepada sesama.
Penulis memberi ilmu dan pembaca menerimanya dengan terlebih dahulu membaca kata-kata penulis tersebut. Bagaimana penulis menerima uang honor dari penerbit tidak termasuk ibadah? Menurut kita semua imbalan berupa uang atau barang tidak termasuk kesalahan selama digunakan untuk kebaikan. Penulis yang masih bujangan atau lanjang mendapat uang imbalan dari menulis untuk keperluan diri, orang tua, saudaranya, dan untuk hal-hal kebaikan lainnya merupaakan suatu kebaikan.
Apalagi bagi penulis yang sudah memiliki tanggung jawab keluarga, maka hasil honor menulisnya harus digunakan untuk hal-hal kebaikan. Tidak perlu disalahkan kita menulis, mengirimkan ke penerbit, diterbitkan, dan sampai ada honornya, apabila digunakan untuk kebaikan tentu sangat dianjurkan. Menulis adalah bekerja sebagaimana para pegawai, buruh, pedagang, dan petani. Mereka bekerja dengan tenaga atau modal uangnya, sedangkan penulis bekerja dengan menggunakan pikiran dan hati nuraninya.
Marilah sekarang juga kita mengubah segala kelemahan kita menjadi kekuatan. Otak kita gunakan untuk berpikir, hati kita untuk bertafakur, tenaga kita untuk kebaikan dengan berbagai hal yang patut kita lakuakan. Selamat melanjutkan perjuangan lewat tulisan dan bagi yang belum bisa dan biasa menulis, mari kita bersama-sama belajar dan berlatih menulis. Mencoba untuk mengirimkan tulisan kita ke penerbit semoga bisa mengabulkan hasrat dan keinginan kita.





0 komentar:

Posting Komentar