Jumat, 01 Juni 2012

WASPADALAH TERHADAP PENYAKIT HATI
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Manusia diberi dua kekuatan di dalam diri yang tidak diberikan kepada hewan dan makhluk lainnya. Dua kekuatan itu adalah otak dan hati. Otak berfungsi untuk berpikir dan hati untuk merasakan sesuatu dengan penuh kebijakan sebagaimana fungsinya sebagai manusia. Jangan biarkan hati kita terkena penyakit yang membahayakan yang bisa menular dengan mudahnya. Sebenarnya banyak penyakit hati yang harus kita waspadai. Namun dalam kesempatan ini cukup satu saja yang akan kita bicarakan. Saya mengutip terjemahan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 120, yaitu:
Jika kamu mendapat kebaikan, sedih hati mereka, tetapi jika kamu ditimpa kejahatan, gembira hati mereka. Jika kamu sabar dan takwa, niscaya takkan mudharat kepadamu tipu daya mereka sedikitpun. Sungguh Allah Maha meliputi apa-apa yang mereka kerjakan.
Penyakit hati dalam kutipan di atas yang ada pada orang lain, tetapi kita juga mungkin bisa terkena dengan mudahnya apabila tidak mengetahui tentang keberadaan penyakit semacam itu. Pikiran dan perasaan kita harus tetap selalu terjaga dari penyakit yang membahayakan ini. Kita waspadai orang-orang yang baik di hadapan kita secara lahiriah, tetapi hatinya benci apabila kita mendapat kesenangan, dan merasa senang apabila kita mendapat kesusahan.
Begitu juga dalam hati kita jangan ada perasaan demikian, karena sangat membahayakan diri kita. Bahaya secara fisik dan bahaya secara kejiwaan. Selama orang yang dibencinya itu selamanya senang, maka dia akan bersedih hati lama-lama akan terkena penyakit secara fisik. Bisa penyakit TBC, darah tinggi atau hidupnya selalu pusing, ditambah jiwanya selalu dalam keadaan tidak tentram. Apalagi kalau keberadaan orang itu dalam keadaan serba kekurangan dalam mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Orang yang di dalam hatinya ada perasaan benci melihat orang lain senang, dan senang apabila melihat orang lain sengsara, maka hidupnya akan selalu dihinggapi rasa tidak bahagia. Biarkan dulu keadaan hati orang semacam itu, untuk saat ini yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana agar penyakit hati tersebut tidak kita miliki, karena memang tidak penting kita miliki. Bagaimana agar kita terhindar dari penyakit semacam itu. Sungguh membahayakan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Mulai kita benahi diri kita masing-masing agar tidak ada penyakit tersebut. Karena dengki bisa saja penyakit tersebut bersarang di dalam hati. Peperangan yang sangat merugikan diri, keluarga, bangsa dan Negara berawal dari rasa dengki dari seorang pemimpinnya. Orang lain terbawa-bawa dan menanggung akibatnya. Maukah Anda pelihara perasaan negatif di dalam jiwa? Saya jamin Anda akan mengusirnya jauh-jauh. Namun kita tidak bisa memungkiri atas tipu dayanya syetan yang selalu membisikkan pengaruh jahatnya kepada hati dan jiwa kita.
Sebaiknya kita melihat orang lain mendapat kesenangan, kita bersyukur kepada Allah karena mereka berhasil dalam menghadapi hidup dan kehidupannya. Orang yang berhasil akan dapat membantu orang-orang yang belum beruntung. Mungkin mereka memperkerjakannya atau memberi bantuan kepada orang-orang miskin yang ada di sekitarnya. Kita belajar dari mereka bagaimana mereka bisa berhasil.
Terkadang di dalam hati terlintas perasaan senang apabila orang lain yang membenci kita mendapat musibah. Kita harus cepat-cepat istighfar karena itu bisikan yang dating dari syetan. Dulu saya sering merasa bersalah karena dalam hati suka ada perasaan negative, dikira semua itu keadaan hati saya begitu jeleknya. Namun setelah saya sering instropeksi diri ternyata itu bisikan dari syetan yang dilaknat Allah.
Idealnya hati kita merasa senang apabila melihat orang lain berhasil dalam jabatan, karier, dan kedudukannya. Dan kita merasa ikut prihatin dan ikut berdoa agar orang yang hidupnya kurang beruntung bisa berubah menjadi beruntung. Minimal doa yang kita berikan dan maksimalnya kita member bantuan berupa materi sampai orang tersebut bisa mandiri. Hati yang harus kita perhatikan adalah hati yang bersih dari segala macam penyakit hati yang lain, seperti marah, benci, malas, prasangka buruk, dendam, dan lain-lain.
Kita bukan malaikat untuk selamanya benar dalam segala keadadaan, dan kita bukan syetan untuk selamanya salah. Namun kita hindari kecenderungan dari penyakit hati tersebut. Dengan menggunakan pedoman hidup yang mutlak benarnya, yaitu Al-Quran. Sikapi dengan perasaan tenang penuh kekhusyuan, tidak tergesa-gesa ingin cepat menguasai sesuatu kebenaran. Jangan-jangan tujuan baik ingin mencapai kebenaran jadi salah jalan dan caranya. Kebenaran harus dengan kebenaran juga cara mencapainya, bukan dengan cara yang salah.
Kita diberi kelebihan akal dan hati melebihi makhluk lainnya untuk digunakan dalam hal kebaikan. Tujuan baik dicapai dengan cara yang baik pula. Apalagi seorang guru harus bisa memperlakukan sesuatu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Materi yang akan kita sampaikan harus sesuai dengan situasi dan kondisi orang yang akan menerimanya agar materi tersebut bisa diterima dengan mudah. Penyakit hati seperti rasa senang apabila orang lain menderita dan rasa benci apabila orang lain senang harus kita jauhi agar kita selamat di dunia dan akhirat.



0 komentar:

Posting Komentar