Selasa, 13 November 2012

BERANIKAH ANDA MENULIS?


Membaca merupakan kegiatan mendapatkan makna yang sengaja disampaikan oleh penulis buku. Saya membaca buku tentang Keberanian Hiasan Pribadi karya Sumantri Mertodipuro. Saya sangat termotivasi untuk mengembangkan dalam bentuk tulisan. Saat ini juga saya untuk menulis dengan dasar pembahasan tentang keberanian tersebut. Keberanian mencoba menulis saat ini juga, bukan keberanian layaknya para jawara ingin unggul dalam adu fisik.
Memang saya waktu kecil mengidolakan film-film silat, apabila sang jagoan menang dalam perkelahian, saya merasakan seolah-olah saya sebagai pelakunya. Hanya film-film saja yang menjadi kegemaran saya sejak kecil, bahkan sampai saat ini. Bahkan sudah saya mengikuti olah raga yang menitik beratkan tenaga fisik. Masuk latihan silat dan karate tetapi tidak sampai tuntas.
Dalam hati ada rasa kurang mengena, beralih ke latihan olah raga tenis meja, sempat menjuarai tingkat kecamatan. Ikut bertanding di luar kecamatan sambil mengantar kepala sekalah yang mutasi menjadi Pengawas TK/SD, saya kalah. Dalam perasaan hanya itulah kepuasan saya? Mulai saya beralih ke kegiatan membaca yang sudah lama ditinggalkan karena rasanya kurang bermanfaat secara finansial. Buku-buku yang sudah saya miliki dimasukkan ke dalam lemari, banyak yang rusak.
Alasan saya meninggalkan membaca adalah karena tidak menghasilkan sesuatu yang lebih berharga. Tidak menambah penghasilan secara finansial. Namun setelah saya membaca informasi di internet tentang kaitan membaca dan menulis menurut Pak Hernowo, saya terinspirasi untuk membaca kemudian menuliskan apa yang saya baca. Sungguh mulai saat itu saya rajin menulis. Apalagi setelah saya mempunyai netbook. Lebih aktif dari pada sebelumnya ketika masih menulis dengan pulpen di atas buku tulis.
Ditambah saya membaca buku tentang Keberanian Hiasan Pribadi, penulisnya Pak Sumantri Mertodipuro, padahal buku tersebut sudah dibeli tahun delapan puluhan. Saya baca dan saya ikat dengan menuliskannya. Sesuai apa yang disarankan oleh Pak Hernowo bahwa membaca harus diikat dengan menulis. pendapat beliau sangat mempengaruhi hati dan pikiran saya. Terjadi keajaiban dalam menulis saya sangat antuasias, dalam waktu singkat Alhamdulillah sudah mampu menulis sampai empat puluh judul artikel. Padahal sebelumnya saya untuk menulis satu judul juga kewalahan, sampai berminggu-minggu.
Apalagi ada buku yang menggugah keberanian dalam bertindak untuk menulis. berani menulis yang ada di otak saya, walaupun tulisan saya masih jauh dari sempurna. Saya sangat suka belajar dari kesalahan menulis. akan saya jadikan pengalaman yang paling berharga kesalahan yang pernah saya perbuat. Agar tidak melakukan kesalahan menulis yang kedua kalinya saya menulis. Dalam pikiran saya ada perasaan salah apabila tidak menggunakan perasaan berani dalam mencoba untuk menulis ini.
Apabila di dalam diri saya masih ada rasa takut berarti dalam diri saya masih ada penghalang untuk maju. Rasa takut sangat memperlambat kesuksesan dalam menghadapi apa saja. Dalam diri saya harus ada sikap percaya diri sebagai sendi keberanian. Menyukai risiko dari pada selalu menghindainya. Di dalam diri saya percaya ada tenaga potensial yang bisa mengatasi keletihan. Konsentrasi juga bangkit dengan adanya keberanian mencoba hal-hal yang baik. Tentu keberanian yang berintikan kebenaran.
Dalam buku Keberanian Hiasan Pribadi ada kalimat yang berbunyi Manusia yang berani, manusia yang tabah, manusia yang kuat menderita tak lekas putus asa, sanggup menyelesaikan apa yang telah diputuskan untuk dikerjakan. Yang telah saya putuskan seperti mulai saat ini saya akan menulis lebih banyak dan berkualitas, harus benar-benar terjadi. Dalam waktu singkat saya harus mampu menulis dan menulis.
Menulis harus saya jadikan kebiasaan dan kebiasaan menjadi karakter. Saya ingin berkarakter baik yang mampu menulis yang berkarakter lagi. Dalam mengerjakan apa yang sudah saya putuskan pasti mengandung risiko besar maupun kecil. Saya merasakan bahwa tanpa keberanian mengahadapi risiko hidup saya kurang sukses. Menjadi manusia rata-rata bergerak lambat. Dalam hidup hanya mengandalkan uang gaji saja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setelah tiba anak-anak kuliah dan saya juga kuliah, terasa parah sangat parah, utang di mana-mana dalam jumlah yang besar.
Dengan upaya menulis ini semoga termasuk orang yang banyak mengambil risiko, banyak waktu untuk menulis, tetapi saya merasa nikmat dengan risiko teresebut. Risiko yang berdampak kabaikan, selalu berada dalam printah Allah, saya dan anak-anak bisa mengikuti kuliah. ada yang sudah menjadi sarjana dan bekerja yang lebih unggul di antara teman-temannya. Ini juga sudah pasti ada risiko tetapi ada dampak positifnya.
Saya tidak mau mengulangii kesalahan yang kedua kalinya, terlalu hati-hati malah berisiko berat. Terlalu hati-hati ternyata tidak pernah membawa saya maju. Ternyata risiko berat bisa membuat diri saya berenergi dari dalam diri. Energy yang bisa saya rawat dengan daya-daya rohani. Yang menjadikan energy dari dalam adalah jika saya berpikir tentang keindahan, kehidupan, keberanian, kebahagiaan, kebaikan, keberhasilan, keselarasan, pengabdian kepada orang banyak, dan perasaan syukur yang mendalam kepada Allah.
Setelah banyak menulis saya menambah kekuatan konsentrasi dalam membaca dan menulis. terutama konsentrasi pada keberanian. Keberanian untuk memiliki hasrat, kebangunan, kesejahteraan, kemajuan, kegembiraan, dan kebahagiaan. Walaupun belum saya miliki semuanya, maka tetap hal itu harus menjadi milik saya. Mengembangkan hasrat menulis agar saya bisa bangun dari keterpurukan. Menjadi orang yang sejahtera lahir dan batin, menjadi orang yang maju dalam segala bidang sehingga bisa bermanfaat kepada diri sendiri dan orang lain.
Yang dirasakan hanya kebahagiaan luar dan dalam. Kebahagiaan dengan pikiran-pikiran positif dan optimis dalam berbagai situasi dan kondisi. Itulah yang harus saya rintis sejak sekarang. Pikiran positif dan optimis dalam bertindak tegas dan cepat. Ketegasan dan kecepatan yang tentu melalui proses yang panjang sejak dulu yang telah dan sedang saya lewati. Apa yang bisa saya kerjakan sekarang, ya sekarang juga saya kerjakan.
Betapapun beratnya risiko dan masalah yang saya hadapi, semoga menjadi bahan penguat diri saya. Segala kesukaran yang menimpa diri saya dan keluarga bisa membuat saya sekeluarga orang yang kuat, tahan tempaan dan tahan bantingan. Sebagaimana kue yang dibuat melalui proses tempaan yang sangat kuat, bisa bermanfaat bagi orang banyak. Apa bedanya dengan diri saya? Dengan banyak kesukaran yang telah dan sedang diterimanya, bisa menguatkan diri saya.
Perjalanan hidup saya masih panjang, belum selesai sepanjang hayat dikandung badan, masalah dan cobaan masih ada. Tinggal kita siap dan tidaknya untuk menjadi orang kuat. Kuat dalam arti tetap merendah di hadapan allah. Kuat bukan untuk menjadi orang sombong, tetapi kuat untuk menjdi orang penuh tawakkal kepada Allah. Dalam perjalanan yang cukup panjang ini, saya jangan putus harapan dari rahmat Allah yang sangat berlimpah ini.
Pada intinya saya harus memiliki tiga tenaga dalam menghadapi hidup yang tidak mengenal belas kasihan kepada orang-orang lemah, sementara kepada orang-orang kuat seperti yang baik. Tiga tenaga yang saya maksud yaitu daya karya, daya cipta, dan daya laksana. Daya karya untuk melaksanakan setiap pekerjaan dan perbuatan positif yang mengesankan. Kesehatan berkembang, dan sikap makin tenang walaupun saya seperti tidak menentu dalam menggunakan tenaga tersebut.
Kita gunakan daya cipta yang bisa disebut akal yang merupakan pengatur dan pengarah melalui jalan-jalan yang tertentu. Dengan daya cipta kita bisa memimpin dunia dan alam. Akal bukan untuk merenung dan mereka-reka yang bukan-bukan, tidak menentu, kurang digunakan untuk hal-hal yang benar, indah, baik dan bermanfaat. Daya cipta yang mengatur daya karya. Sangat memberi kekuatan diri saya.
Dari daya karya dan daya cipta, kita bisa menggunakan daya laksana. Dengan daya laksana menjadi perbuatan-perbuatan yang rapid an menghasilkan karya-karya terbaik yang bisa saya banggakan. Sekali lagi tentang ketiga tenaga dijelaskan, sebagai berikut: daya kerja adalah tenaga kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan dan perbuatan. Kemudian saya pikirkan dengan kekuatan daya cipta atau daya pikir.
Di mana letak kelebihan dan kekurangan dari perbuatan dan pekerjaan yang telah dilakukannya. Yang kurang untuk diperbaiki dan yang bagus untuk dikembangkan lebih baik lagi. Setelah daya kerja dan daya kerja yang disempurnakan dengan daya pikir yang matang akan membuat perbuatan dan pekerjaan itu semakin sempurna.
Terakhir dan terawal yang harus ada di dalam diri kita adalah sikap tawakkal kepada Allah agar semua hal bisa terlaksana dengan baik. Kita coba melatih keberanian untuk melakukan perbuatan yang ditunjang dengan kekuatan pikiran dan hati nurani yang mendalam dan pada akhirnya kita bisa dan biasa berbuat dan bekerja yang semakin matang dan semakin sempurna.

0 komentar:

Posting Komentar