Minggu, 04 November 2012

MENYIKAPI CATATAN HARIAN YANG TERBUANG

(Jajang Suhendi, Sekretaris Cabang PGRI Cikedal-Pandeglang)

Aku berpikir setiap hal yang sudah tidak terpakai itu tidak berguna lagi. Ternyata pikiran tersebut keliru. Coba kita amati, sandal karet yang tinggal setengah pasang ditemukan di kebun tetangga. Sandal tersebut kita bawa tanpa berpikir untuk apa gunanya, disimpan saja ditumpuk di sudut dapur. Ketika kita sedang menyuruh orang untuk memperbaiki aliran listrik yang kurang normal, melihat kulkas tidak bisa menetap sewaktu dibuka dan ditutupnya. Dia bertanya“ Pak, ada sandal karet bekas?”. Aku jawab ada dan aku balik bertanya, “ Untuk apa?” Dia menjawab untuk ganjal kulkas yang selalu bergeser apabila dibuka dan ditutupnya.


Aku berpikir, “Sungguh ajaib, ternyata di alam ini berlimpah dengan inspirasi, barang apa saja, yang kelihatan sudah tidak ada lagi manfaatnya masih ada manfaatnya. Apalagi yang sedang berguna akan lebih berguna lagi apabila digunakan untuk hal lainnya. Pikiran waktu itu langsung ke artikel-artikel yang sudah aku tulis di dalam buku catatan harian aku. Sudah beberapa bulan aku tinggalkan tanpa diperhatikan lagi, karena aku pikir hal itu tidak berguna lagi untuk ditik dan dikirim ke penerbit.


Mengapa aku membiarkan buku-buku harian yang telah penuh aku tulis dengan berbagai masalah di sekitar kehidupanku? Untung tidak aku jual, biasanya buku-buku bekas yang sudah tidak bisa dipakai lagi dikilo dan dijual ke tukang membeli kertas bekas. Aku teringat pada karangan-karangan yang sudah aku jual. Karangan aku yang telah aku tulis banyak sekali, apalagi kliping artikel yang sudah aku buat beberapa tahun lamanya. Seandainya aku menyadarinya pada waktu itu, tentu kelakuan seperti itu akan ditangguhkan.


Namun aku menyadari bahwa aku sedang berproses dan saat ini aku mulai bergerak untuk lebih menghargai pada apa yang telah aku lakukan. Perasaan dan pikiran mulai berfungsi untuk keperluan menulis artikel dan menulis buku saat-saat ini. Aku bersyukur kepada Allah bergerak kea rah yang lebih maju. Semoga sebelum aku pension mampu menjadi penulis produktif menghasilkan banyak karangan yang sangat berharga. Semoga ada pihak penerbit yang menerima pada semua karya tulis yang aku tulis.
Sungguh aku lebih lancar aku menulis dengan cara mencicil dari saat ke saat bisa melanjutkan dari arah mana aku memulainya.


Peristiwa semacam ini setelah aku bisa memiliki laptop. Barang inilah yang memudahkan aku menulis dari arah mana memulai aku menulisnya. Yang salah bisa langsung diperbaiki tidak seperti buku tulis harus banyak coretan apabila ada kesalahan. cara seperti ini terinspirasi dengan contoh tulisan Mas Gol A Gong ketika menulis “ Tuti tidur-tiduran di kamarnya.” Katanya kalimat tersebut terkesan biasa saja, tidak ada sesuatu yang bisa kita maknai. Katanya terkesan kosong- melompong.


Berbeda apabila kalimat tersebut ditambah di antara kata-kata di dalam kalimat tersebut. Dapat kita perhatikan kalimatnya menjadi “ Tuti yang tubuhnya gemuk seperti gajah sirkus di Taman Safari, tidur-tiduran bersama puluhan boneka barbie, di kamarnya yang serba pink.” Yang aku tulis miring adalah kata-kata yang menjadi tambahan dari kalimat semula yang kurang berkesan, dan setelah ditambah kata-kata tersebut menjadi lebih hidup.


Kemudian pengalaman seperti itu aku praktekkan dalam proses menulis karangan secara bertahap. Mudah-mudahan contoh seperti ini bisa menjadi modal bagi aku untuk menulis lebih banyak dan lebih berbobot. Apa yang aku tuliskan semoga mengandung makna dan manfaat bagi diri aku dan orang banyak. Sesuai dengan tujuanku bahwa aku harus lebih bermanfaat lewat tulisan. Dalam hal ini, tulisan aku harus memiliki makna di bidang pendidikan atau bidang lain yang terasa mampu aku menuliskannya.


Menurut Mas Hernowo, penulis professional yang menulis buku Mengikat Makna Update, kita tulis apa saja terpenting kita menguasainya terlebih dahulu lewat membaca. Kekuatan menulis ada di membaca, katanya. Kuncinya kita harus memperbanyak pemahaman lewat kegiatan membaca buku apa saja kemudian menuliskannya. Hal semacam ini akan aku kembangkan setahap demi setahap, karena menulis bagiku adalah merupakan proses yang berkelanjutan dan bertahap sifatnya.


Intinya, apa yang telah aku tulis adalah solusi masalah finansial, pendidikan, pembelajaran, kebahasaan, kebiasaan, dan semua hal yang aku rasa sangat penting aku tuliskan. Mengapa materi yang telah aku tulis dibiarkan begitu saja? Anggap saja sampah yang dibuang masih bisa bermanfaat untuk kompos, apalagi sampah tulisan menurut aku waktu itu dibiarkan tanpa ada tindak lanjut. Wajar apabila istriku bilang, untuk kamu menulis pada akhirnya dibuang saja? Mulai saat ini juga, semua tulisan di buku catatan harian harus aku sikapi dengan optimis bahwa tulisan-tulisan tersebut akan menjadi kompos yang sangat bermanfaat bagi kehidupanku dan orang lain yang suka membaca dan menulis.

0 komentar:

Posting Komentar