Jumat, 16 November 2012

DISKUSI TAK BERSUARA

Aku lakukan diskusi, aku hadirkan guru-guruku, orang tuaku, anak-anakku, teman-temanku, dan semua orang yang sudah diprediksi seide denganku. Kami lakukan diskusi tapi yang aku lakukan tanpa suara yang keluar. Tanpa fisik berkumpul kami lakukan. Tanpa suara dan tanpa kehadiran secara fisik, tetapi yang ada suara bergemuruh di dalam dada. Saling membela argumentasi dengan bukti dan berbagai alasan.


Aku mendapat kesimpulan di akhir diskusi bahwa hidup ini menjadi pilihan. Aku harus memilih yang benar dari yang salah tapi mengapa yang aku lakukan yang salahnya padahal bukan pilihanku. Aku tahu yang dipilih mesti yang benar tapi kecenderungan yang aku lakukan hal-hal yang mengarah keburukan.


Jalan kebenaran ada pedomannya, umat Islam ya Al-Qur'an, Hadits, dsb. Tapi mengapa aku dan sebagian orang melakukan yang tidak ada pedomannya? Sebaiknya menuju kebenaran itu lebih mudah karena ada pedoman atau petunjuknya. Namun sebaliknya sesuatu tanpa pedoman yang dilakukan. Di sinilah pentingnya pilihan kita harus mendapat keridhaan Allah. Aku menyadari bahwa aku jangan terlalu yakin atas pilihan aku selama belum menyandarkan diri dengan beristikharah. sesuai

0 komentar:

Posting Komentar