Sabtu, 03 November 2012

TANPA MAU DIBELENGGU TUMPUKAN PEKERJAAN


Anda bosan jadi orang kantoran? Enggan bergelut dengan rutinitas dan jam kerja padat? Pensiun saja dan jadilah orang kaya

Dulu waktu saya masih kecil ayah pernah bertanya, “Nanti kamu kalau sudah besar mau jadi apa?” Secara spontan saya menjawab, mau jadi guru supaya dapat gaji besar. Itulah yang menjadi cita-cita di masa saya masih kecil. Terbayang saya berpakaian seragam gagah dipandang orang, pakai mobil yang bagus, dan punya rumah mewah. Bahkan ayahpun mengiyakan sambil memberi dorongan bagaimana saya belajar yang tekun tanpa berhenti dari belajara tersebut

Sebagian orang yang bekerja sebagai pegawai negeri pagi-pagi sudah harus siap pergi meninggalkan rumah menuju tempat kerja supaya termasuk orang yang berdisiplin. Terkadang tidak terburu makan, dan bisa makan setelah pulang dari tempat kerja. Rasanya kurang bebas dalam menempuh hidup di sepanjang hari. Dan pada waktu malamnya lelah kemudian tidur. Namun saya tidak sampai berbuat seperti itu. Yang menjadi permasalahan bagi saya bukan sibuk kerjanya. Saya menjadi guru berangkat kurang lebih pukul 07.00 WIB dan tiba di sekolah kurang lebih pukul 07.15 WIB. Di sekolahpun saya bekerja tidak begitu padat, sebagai guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah tidak banyak waktu untuk mengajar.

Yang menjadi masalah bagi saya adalah kewalahannya dalam mengatur keuangan untuk keperluan sehari-hari dan pendidikan saya beserta seluruh anggota keluarga. Belum lagi saya kewalahan dalam pembiayaan di luar dugaan. Memang masalah kekurangan uang ini akibat kurang persiapan yang matang saya dalam mengelola keluar masuknya uang setiap bulan. Saya terjebak dengan utang kepada pihak Bank, koperasi, dan pihak lainnya yang berbunga cukup besar. Utang melilit leher saya semisal saya dililit ular raksasa. Saya belum sempat mengatur uang setiap hari dan masih tersisa pada akhir bulannya. Hal itu menjadi masalah yang serius bagi saya. Oleh karena bagi saya menjadi guru bukan harus dihindari, tetapi bagaimana saya mendapatkan sumber penghasilan di luar uang gaji bulanan.

Memang keadaan serba ketidakcukupan dalam mengatur keuangan bisa pula menjadi sarana beribadah dan beramal saleh bagi saya. Namun alangkah lebih edeal lagi apabila saya berkelimpahan sambil taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya tanpa berdampak malas padanya. Uang banyak diharapkan ibadah bisa lebih tenang. Situasi dan kondisi pada saat ini, keuangan sangat berperan di dalam berbagai kebutuhan. Semacam tuntutan yang tidak bisa dihindari. Buktinya naik haji juga memerlukan pengorbanan uang yang begitu banyak menurut ukuran orang pada umumnya. Kita berhubungan dengan sesame tidak bisa maksimal yang berhubungan dengan orang-orang yang nasibnya berada di bawah garis kemiskinan.

Bukan pekerjaannya yang harus dihindari. Bertumpuk-tumpuk pekerjaan kita tidak jadi ada masalah, tetapi yang menjadi masalah adalah bisa dan tidaknya kita banyak waktu kita untuk beribadah dan beramal saleh. Selama kita masih mampu berbuat banyak kita niatkan beribadah kepada Allah, kita lasanakan dengan sebaik-baiknya. Namun idealnya kita harus mampu mengelola waktu dalam bekerja seefektif dan seefisien mungkin. Di mana kita bisa melaksanakan ibadah dengan banyak waktu. Sesuai dengan prinsip bahwa kita hidup di dunia ini pada intinya beribadah kepada Allah.
Yang lebih pokok hidup kita di dunia ini beribadah kepada Allah dengan peluang waktu yang banyak

Berangkat pada awal pagi dan pulang setelah gelap menyelimuti bumi tidak menjadi masalah, tetapi kita punya kewajiban lagi terhadap keluarga. Menurut agama, kita sebagai orang tua harus bisa menyelamatkan anak-anak dari api neraka. Berarti anak-anak merupakan tugas kita untuk kita bangun sebaik-baiknya. Bukan hanya menitikberatkan pekerjaan saja tanpa memperhatikan bagaimana kelangsungan hidup anak-anak kita. Sebagaimana orang Jepang yang mempunyai kecenderungan gila kerja tanpa memperhatikan bagaimana anak-anaknya di rumah. Memang sikap terhadap pekerjaan dari orang Jepang bisa kita pertimbangkan baiknya. Namun bagi kita sebagai umat Islam ada kesempatan yang tidak bisa anggap kurang penting, yaitu pendidikan anak-anak kita. Penerapan pendidikan budi pekerti sepanjang waktu.

Sebagian waktu kita dikejar-kejar target pekerjaan sementara kewajiban terhadap keluarga kurang diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Semacam gambaran rutinitas yang harus dijalani setiap hari. Apalagi kita terbatas dengan usia yang semakin hari semakin bertambah terus. Sementara tugas pekerjaan semakin berat dan padat. Oleh karena itu kita perlu solusi bagaimana kita menyikapi pekerjaan yang sudah menjadi tugas pokok kita dapat kita laksanakan tanpa harus mengabaikan tugas kewajiban di rumah tangga. Kita hadapi keadaan yang ada di rumah, di tempat kerja, dan di seluruh kehidupan kita. Maka solusi dalam menghadapi pekerjaan supaya sesuai dengan tingkat efektivitas harus kita selaraskan dengan tugas kewajiban kita terhadap anggota keluarga.

Lalu bagaimana agar kita terbebas dari rutinitas yang membebani setiap hari? Bukan pelaksanaan tugas pekerjaan yang rutin kita kerjakan sebagai hal yang salah, tetapi bagaimana kita menghadapinya denga sikap seimbang dan membuat diri kita lebih efektif dalam pelaksanaannya. Jika ingin terbebas dari rutinitas di atas kita harus keluar dari system atau menambah dari yang sudah ada menjemput rejeki dengan cara yang lebih efektif lagi. Solusinya dengan keluar dari pekerjaan rutinitas atau menambahnya secara baik, maka wiraswasta sebagai solusi terbaik. Termasuk bidang tulis-menulis bisa kita kembangkan selain kita melaksanakan tugas kewajiban yang sudah digenggamnya.

Mengelola bisnis sendiri. Banyak atau sedikitnya penghasilan, tergantung tangan kita sendiri. Semakin keras usaha kita menabur benih, memupuk bisnis pribadi hingga berkembang, niscaya kita akan memetik buah yang tak terbatas jumlahnya. Bukan terbatas seperti orang kantoran semata tanpa mau menambahnya dengan pekerjaan lain yang lebih banyak peluang kita beribadah selain melaksanakan pekerjaan yang sejak semula telah digenggamnya. Ada yang mengatakan dengan keluar dari seorang pegawai negeri yang banyak dilanda bisa beralih ke wiraswasta secara mandiri. Bagi kita yang telah terlanjur mempunyai pekerjaan sebagai pegawai atau kaum gaji, menurut kita adalah dengan mempertahankan dengan pelaksanaan yang sebaik-baiknya sambil terus menambah realitas. Kita tambahkan pekerjaan lain tanpa mau merusak atau memberhentikan pekerjaan yang sudah kita genggam.

Bagi yang siap dan mampu untuk keluar dan pindah jalur berbeda dengan wiraswasta, maka hal inilah yang diyakini oleh Valentino Dinsi. Dalam buku Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian Valentino berbagi pengalaman merintis beberapa usahanya. Ia memotivasi pembaca untuk menjadi seorang entrepreuner. Penghasilan tak terbatas dan waktu luang lebih banyak adalah sedikit kelebihan yang yang diungkapkan Valetino dalam bukunya.

0 komentar:

Posting Komentar