Jumat, 04 Oktober 2013

ISYARAT PENDIDIKAN BERMUTU


Bangsa yang maju memerlukan pendidikan bermutu, dan pendidikan bermutu mensyaratkan guru bermutu. Memang guru merupakan bagian dari suatu bangsa. Guru sebagai penentu maju dan mundurnya pendidikan di suatu negara, karena guru salah satu profesi di bidang pendidikan. Memang rasanya kurang adil apabila seorang guru membahas masalah keberadaan guru seperti yang sepihak saja sementara pihak lain tidak dilibatkan dalam membahas masalah ini. Namun kita harus berpikir objektif dalam pembahasannya bahwa seorang guru dalam memutuskan sesuatu harus berpikir seimbang apa adanya.
Dunia pendidikan akan berhasil apabila dipegang oleh orang yang memiliki keahlian di bidangnya. Sedikitnya, para guru telah memenuhi syarat kualifikasi pengajar dan pendidik. Untuk mencapai profesionalisme, setiap guru harus bisa menyamakan bahkan melebihi keahliannya sebagai pengajar dan pendidik itu. Apakah tingkat profesionalisme guru bisa mencapai tingkat kemapanan bidang finansial? Idealnya begitu, kata professional itu sebenarnya kemampuan di bidang kependidikan dan keguruannya.
Namun siapa tahu nasib tidak ada yang tahu, nasib kurang baik jatuh pada seorang guru. Allah menguji dengan kemapanan ekonomi dan kekurangnnya kepada setiap orang, termasuk para guru, ada yang nasibnya kurang beruntung. Salah satu sisi, manusia berlebih dan pada sisi yang lain mengalami kekurangan. Seorang guru pada sisi yang satu memiliki kelebihan dalam ilmu mendidik tetapi kurang dalam pengetahuan umum. Bisa kelebihan dalam pengetahuan tetapi kurang dalam finansial. Kita tidak boleh memandang hanya sebelah mata atas kekurangan yang ada pada diri seseorang.
Namanya manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kita teladani orang-orang yang memiliki kelebihan dan jauhi kekurangannya agar kita tidak mengalami kesalahan seperti orang itu. Ada keuntungan dari belajar melalui tingkah laku orang lain. Sementara kita tidak menemukan kesalahan dan kekurang mengenai sesuatu dari orang lain dan kita tidak tahu apa yang kita lakukan itu salah, maka kita belajar dari kesalahan itu agar kita tidak melakukan kesalahan itu.kita belajar dari pengalaman kelebihan bangsa Jepang bukan kekurangannya.
Kaisar Hirohito sewaktu negaranya dibom atom yang pertama ditanyakan adalah bagaimana tentang nasib para gurunya. Bukan bertanya masalah mas dan uang, maka hal itu menunjukkan bahwa masalah pendidikan lebih penting dibandingkan masalah yang lainnya. Nasib bangsa sangat ditentukan oleh nasib para guru, karena orang yang melaksanakan tugas dan kewajiban bidang pendidikan adalah para guru. Walaupun peran guru terhadap siswa bukan segalanya, tetapi dalan kemajuan bangsa sangat ditentukan bidang pendidikan sebab fungsi pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan negaranya. Yang bergelut masalah pendidikan secara professional hanyalah para guru.
Kita belajar dari bangsa Finlandia yang hamper kita tidak mengetahui kelebihan bangsa ini, karena kita hanya fokus pada bangsa Amerika dan Jepang saja. Dalam bidang pendidikan bangsa ini ternyata lebih baik dari bangsa lain. Negara tersebut menapaki fase keunggulan Sumber Daya Manusia dengan proses yang panjang dan berliku-liku. Mereka menempatkan pendidikan sebagai bagian yang paling menentukan pembangunan. Termasuk penghargaan terhadap para gurunya berbeda dengan Negara kita.
Sebagaimana yang dikemukakan dalam Majalah Suara Guru ( Tanpa nama penulis ) edisi 2 tahun 2010 halaman 40-43 mengatakan bahwa kesadaran akan prioritas utama terhadap pendidikan, khususnya terhadap profesi guru sangat menghargai pada sosok guru tersebut. Mereka beranggapan bahwa dalam membangun jalan sukses itu harus menempatkan pendidikan sebagai elemen paling penting dan harus dijadikan prioritas pembangunan. Guru sebagai faktor utama dan posisi yang paling dihargai setelah sistem pendidikan tentunya.
Negara tersebut menempatkan guru (1) sebagai profesi yang sangat dihargai, (2) serapan calon guru berkualitas sangat besar, (3) pada saat praktek di kelas guru sangat jarang mengkritik siswanya, apalagi marah-marah, dan (4) guru mendapatkan pendidikan yang baik pada saat mereka masih mahasiswa dan memperoleh banyak pelatihan yang berkualitas terbaik pada saat mereka telah berprofesi menjadi guru.
Kita sebagai guru bukan untuk disanjung-sanjung, tetapi hanya perlakuan yang proposional yang kita harapkan apabila ingin maju di dunia pendidikan. Dengan penghargaan yang baik terhadap guru akan membuat dunia pendidikan maju. Pada dasarnya manusia ingin dihargai, selama kita hidup sehat rohani atau jiwa kita tentu rindu akan sikap saling menghargai. Melakukan demo merupakan jalan terakhir dan merupakan sinyal ketidakberesan di bidang pendidikan, khususnya perlakuan terhadap guru tersebut.
Calon guru harus benar -benar mendapatkan perlakuan sesuai dengan kualifikasi kependidikan dan keguruan. Mereka dikhususkan untuk menjadi guru yang memiliki kemampuan professional di bidang pendidikan. Merupakan dipersiapkan sebelum terjun ke dunia pendidikan yang siap pakai dengan ilmu yang dimilikinya, punya ilmu langsung dipraktekkan dengan penuh dedikasi dan keikhlasan yang tinggi. Pendidikan dan pelatihan bukan sekedar formalitas saja yang kita harapkan agar proses dan hasil pendidikan di Negara kita sangat memuaskan.
Guru yang ideal dalam prakteknya sangat sulit, tetapi kita upayakan untuk mendekati ideal dengan mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar dan tidak pantas terhadap siswa. Memang marah, sedih, khawatir dan sikap negative lainnya adalah manusiawi. Ada pada diri manusia, tetapi jangan adanya kecenderungan untuk sebagian besar menjadi kebiasaan yang salah. Para siswa perlu disayang, dielus yang bersifat mendidik, membimbing dari sikap kurang yang ada pada siswa menjadi lebih baik, dan apabila di depan menjadi contoh yang baik, di belakang selalu mendorong siswa agar bersemangat belajar dan bekerja, dan di samping mereka dengan menggandeng atau membimbing dengan penuh kebijakan.
Prof. Dr. Soedijarto, MA, menulis buku berjudul Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Di dalam buku tersebut beliau merasa heran dengan kenyataan pendidikan yang ada di tanah air kita ini. Pendidikan terpengaruh campur tangan politik dan ekonomi yang berawal dari mengabaikannya pendidikan sebagai wahana penunjang transformasi budaya menuju tegaknya Negara kebangsaan berperadaban tinggi. Pendidikan paling penting untuk menghantarkan bangsa pada cita-cita bangsa sesuai dengan Dasar Negara Pancasila.
Dalam hubungan ini perlu diperhatikan tentang tenaga pendidik yang berkualitas, kurikulum yang disusun oleh para ahli di bidangnya masing-masing terpadu dalam satu ciptaan kurikulum yang mempertimbangkan berbagai hal dalam hubungannya dengan kebutuhan para siswa. Hingga bagaimana dalam penentuan anggaran pendidikan yang bisa digunakan sesuai dengan tingkat prioritas di lapangan. Ada kewenangan sekolah tanpa melupakan pengawasan yang meningkatkan efektivitas pendidikan yang lebih mengena.

GURU PENULIS
Sesuai dengan pendapat sebagian orang zaman dahulu yang mengatakan bahwa guru adalah orang yang “digugu “ dan “ditiru” maksudnya orang yang diteladani. Terkandung di balik kata tersebut makna orang yang berkepribadian lebih terpuji dibandingkan dengan orang lain pada umumnya. Digugu artinya setiap kata-kata yang dia ucapkan dipercaya karena benar-benar baik. Ditiru artinya segala perilakunya diteladani karena menurut pandangan orang lain berkepribadian yang baik.
Sekarang kata-kata tersebut hilang dari keberadaanya karena pengaruh zaman. Memang zaman sangat mempengaruhi orang-orang. Banyak orang bergeser kepribadiannya karena pengaruh buruk dari internet. Padahal media internet sangat banyak pengaruh baiknya, kehidupan semakin efektif, praktis, dan serba mudah. Termasuk para guru yang tidak bisa menyikapi pengaruh buruk dari internet itu, tetapi hanya memperhatikan pengaruh baiknya saja.
Dari awal aktivitas kita harus sudah bisa menentukan mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik. Apabila ditentukan, maka semua aktivitas diawali dengan ketidak pastian. Terkadang di tengah perjalalanan banyak hambatan, seperti tampilan internet yang buruk-buruk diterimanya dengan sembarangan tanpa berani memutuskan mana hal terbaik. Walaupun godaan terus-menerus mengganggunya tanpa mau kompromi. Ikuti hati nurani kita yang tidak mau kompromi pula untuk melakukan semua keburukan.
Tidak ada waktu bagi kita untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu dilakukan. Penulis mengetengahkan kepada pembaca tentang salah satu hal yang termasuk baik dalam mengimbangi pengaruh negatif internet. Kegiatan menulis apa yang kita baca, apa yang kita lihat, apa yang kita renungi, apa yang kita rasakan atau apa yang kita pikirkan. Daripada kita berguncing, memaki-maki pihak lain yang sedang memegang kekuasaan dengan bahasa lisan, maka lebih baik kita gunakan kemampuan menulis kita dengan sebaik-baiknya. Awali dengan kata setuju dulu sebelum Anda meneruskan bacaan ini agar ada hubungan timbal balik bagi kita dam upaya mengatasi masalah pengaruh negatif internet itu.
Anda sebagai guru dan penulis juga sebagai guru, termasuk orang yang bukan profesi sebagai guru tetap jiwa dan pikirannya di rumah harus menyempatkan diri untuk melaksanakan tugas sebagai pembimbing anak-anak. Kita tidak bisa melepaskan tanggung jawab mengajar dan mendidik anak-anak di rumah. Tetap anak-anak kita bantu pendidikannya, tugas guru-guru di sekolah tidak akan berhasil tanpa bantuan orang tua dalam mengajar dan mendidik mereka. Walaupun sebagian orang tua siswa tidak peduli terhadap perkembangan jiwa anak-anaknya.
Anak-anak tidak cukup hanya dengan materi saja, harus ada bantuan moril dan spiritual terhadap anak-anak. Jadikanlah anak-anak kita yang memilik kepribadian utuh, yaitu memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, kecerdasan kinestik, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan finansialnya setelah semuanya ada pada diri siswa. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat berarti dalam membantu siswa dalam menghadapi arus globalisasi ini. Anak-anak diajak menuliskan apa saja yang merupakan solusi masalah tersebut.
Panggilan guru adalah orang yang patut digugu dan ditiru agar bisa berlaku lagi pada saat ini harus dengan perilaku guru itu sendiri membiasakan diri menuliskan solusi masalah kita sebagai orang tua dan menuliskan solusi siswa sebagai generasi penerus bangsa. Ajaklah anak-anak rajin membaca dan menuliskan hal-hal dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang kita hadapi. Tidak ada salahnya sebagai guru sekaligus sebagai penulis khususnya menulis materi bidang pendidikan. Kita akan jauh ketinggalan oleh bangsa lain yang sudah menjadikan membaca dan menulis sebagai budayanya.
Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan bagaikan dua mata uang. Juga merupakan ciri khas kaum intelektual. Pekerjaan kaum intelektual tidak bisa meninggalkan dua kegiatan tersebut. Apalagi sekarang guru telah diberi penghargaan tunjangan profesi dengan nama sertifikasi. Pangilannya juga sekarang sebagai guru profesional bisa mengimbangi para dosen atau guru besar. Dulu menjadi guru SD kita merasa malu mengatakannya apabila ditanya teman lama yang bekerja sebagai dokter misalnya, termasuk diri penulis sendiri.
Sekarang sudah lain dan tidak perlu merasa malu lagi dipanggil sebagai guru SD. Namun kita harus merasa malu apabila sebagai guru SD atau guru sekolah lainnya yang telah diberi penghargaan sebagai guru profesional dengan uang sertifikasinya tetapi tidak mampu dan tidak biasa menulis dan membaca. Mari kita berupaya mengejar formalitas dengan kualitas. Kita harus menyeimbangkan antara ijazah yang telah kita miliki dengan kemampuan sesuai dengan ijazah tersebut. Mari kita rintis kemampuan profesionalitas kita dengan ciri-ciri banyak membaca dan menulis.
Kita tidak mungkin bisa menulis tentang ilmu pengetahuan tanpa kita tidak banyak membaca buku. Membaca buku sebanyak-banyaknya, yaitu buku kita sendiri sebagian besarnya. Dulu banyak membeli baju atau barang-barang lainnya yang bagus dan mahal-mahal, tetapi sekarang (bukan) yang banyak dibelinya itu buku. Diharapkan seorang guru di rumahnya mempunyai perpustakaan pribadi. Buku-buku bergizi yang bisa menyehatkan badan, perasaan, dan pikiran harus kita miliki sebisa mungkin. Barang-barang mewah dulu bisa kita beli, mengapa buku tidak dibelinya.
Setelah kita mempunyai banyak buku, maka langkah selanjutnya kita memikirkan bagaimana cara membacanya agar lebih efektif. Tidak banyak waktu terbuang hanya sekedar membaca kata demi kata. Membaca seorang guru harus sudah berbeda dengan membacanya siswa SD. Apalagi guru bersertifikasi membaca buku harus melebihi guru yang belum bersertifikasi. Membaca buku banyak cara atau metodenya. Terpenting kita harus tertarik dengan buku-buku tersebut. Melihat buku banyak di toko-toko buku harus seperti melihat makanan yang sangat lezat dan bergizi.
Mengapa membaca dan menulis sangat penulis tekankan kepada guru? Alasannya sangat sederhana, karena kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru tersebut. Guru termasuk salah satu bagian dari kaum intelektualitas yang harus bergelut dengan kegiatan membaca dan menulis tersebut. Apa kata dunia seorang intelektual tidak bisa dan biasa kegiatan yang merupakan ciri khasnya. Siapa yang malu? Tanyakan pada rumput yang bergoyang saja. Mau kapan lagi memulai membaca dan menulis Pak Guru dan Bu Guru? Jawabannya sangat mudah tetapi pelaksanaannya sangatlah susah. Mari kita niatkan bahwa “Saya mulai membaca dan menulis sekarang juga.”

0 komentar:

Posting Komentar