Selasa, 08 Oktober 2013

KITA BISA HIDUP DENGAN MENULIS

Oleh: Jajang Suhendi

Bagaimana kalau kita ubah judul artikel ini dengan Saya Bisa Hidup Tanpa Menulis? Apakah kita bisa hidup tanpa menulis? Jawaban bukan bisa atau tidaknya kita hidup dengan menulis atau tanpa menulis. Baik orang yang bisa menulis maupun orang yang tidak bisa menulis akan bisa hidup. Yang kita maksud bukan hidupnya secara fisik, masih adanya ruh di dalam jasad dan bisa bergerak dan berkata-kata.

Bukan hanya hidup pandai berbicara, pandai menulis, atau pandai bisa menguasai beberapa bahasa.

Yang kita maksudkan adalah hidup yang berdasarkan nilai-nilai dan banyak manfaat bagi diri dan orang lain. Hidup yang membawa berkah dan kemaslahatan bagi orang banyak. Hidup yang memiliki kekuatan secara materi maupun secara non materi. Sesuai dengan prinsip bahwa umat Islam haruslah kuat segalanya. Salah satu kekuatan yang harus kita miliki adalah kekuatan finansial. Diharapkan kita dengan keuangan yang banyak bisa menggunakannya dalam bidang ibadah dan beramal shaleh. Segala hal dan kegiatan bisa melebihi orang lain dalam kebaikan. Uang yang kita kuasai, bukan uang yang menguasai diri kita. Bukan kita menjadi hamba uang, tetapi uanglah yang menjadi hamba kita.

Begitu juga yang kita maksudkan adalah dengan menulis supaya kita bisa hidup dan kita hidup supaya bisa menulis yang benar-benar tulisannya bermakna dan bermanfaat. Itulah yang kita maksudkan, pada awalnya kita menulis agar kita bisa hidup, dan pada akhirnya kita hidup hanya untuk menulis dalam arti menulis yang bernuansa ibadah dan amal shaleh. Betapa sulitnya kita memenuhi kebutuhan tanpa adanya kekuatan badan, pikiran, perasaan, dan kekuatan uang.
Yang dekat terasa jauh dan yang jauh terasa sangat jauh tanpa adanya kecukupan bidang keuangan. Dalam situasi begini yang serba harus menggunakan uang besar kita tidak punya uang, maka kebutuhan kita banyak yang tidak bisa dipenuhi. Jelas di sini, ada perbedaan antara orang hidup bisa menulis dengan orang hidup tanpa bisa menulis yang kita maksud.

Dengan banyaknya bahan yang kita tulis dari bahan bacaan yang kita baca akan membedakan dalam cara berbicara, cara berpikir, dan cara bertingkah laku sehari-hari. Memang cukup banyak orang yang berjabatan tinggi yang pandai berbicara mengalahkan para penulis profesional. Namun kita perhatikan baik-baik pembicaraannya tidak sebaik para penulis profesional. Kata-kata yang diucapkan pembicara terasa lebih sistematik dan sarat dengan makna.
Mengapa sampai terjadi orang pandai bicara secara lisan tidak sesistematis para penulis professional? Alasannya memang ada, para penulis biasanya sebelum melakukan pekerjaan menulis dengan banyak membaca. Dalam bahan bacaan banyak berisi materi kebahasaan yang dibacanya. Juga banyak membaca materi tentang berbagai bidang atau membaca materi sesuai bidang yang dibahasnya.

Para penulis sangat kental dengan buku-buku, karena buku-buku merupakan sumber informasi dan pengetahuan kepenulisannya. Namun para pembicara yang diutamakan bagaimana agar para pendengar merasa senang dan terhibur. Sebagian pembicara pandai berkelakar, menyampaikan materi dengan mudahnya oleh para pendengar tanpa harus memperhatikan bagaimana cara memperhatikan susunan pembicaraannya yang baik.

Orang bisa hidup dengan menulis atau tanpa menulis juga, tetapi bukan hidup sebagaimana hidupnya ruh di dalam badan, bisa bernafas dan bergerak dengan kekuatannya. Hidup dengan menulis sebagian besar oleh didominasi pikiran dan hati yang sangat dalam ruang lingkupnya. Tingkat kesadaran dalam menjalani hidup dan kehidupan akan lebih tinggi dengan banyak membaca dan menuliskannya.(Lihat selengkapnya di www.kesekolah.com/solusi pendidikan/jajang suhendi)

0 komentar:

Posting Komentar