Jumat, 04 Oktober 2013

MENYULAP KELEMAHAN


umat Islam harus memiliki kekuatan dalam berpikir. Berpikir menggunakan otak, bukan menggunakan kekuat otot. Mengasah otak bukan memperkuat otot. Namun bukan berarti fisik dibiarkan lemah tanpa memiliki kekuatan. Dalam hal ini sekedar kekuatan dengan olah raga dan makan makanan yang bergizi. Begitu pula otak diberi makan dengan buku-buku bergizi atau berisi pikiran yang positif dan dinamis. Apa yang kita miliki suara pribadi adalah kekuatan dalam hal kebaikan sebagai potensi yang bisa dimanfaatkan dalam pelaksanaan dan kewajiban. Yang menjadi prioritas utama adalah kekuatan dalam berpikir menggunakan hati nurani yang bersih dari segala kotoran.
Pembahasan tentang umat Islam terlalu luas dan perlu pengkhususan, yaitu masalah profesionalisme guru. Kemampuan mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Yuyun Yunani (Berkah No. 268, Tanggal 8-15 Mei 2010 ) membahas tentang guru profesional tersebut. Beliau sebagai guru SD Negeri Pandeglang 10 cukup jeli dalam mengamati keberadaan guru profesional yang harus memiliki kemampuan untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Diharapkan para guru bisa membawa masyarakat untuk memasuki abad 21 yang penuh persaingan. Dalam persaingan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi.
Beliau memandang eksistensi guru yang profesional saja yang bisa menggunakan sarana iptek, dalam hal ini internet. Dengan indikasi kepemilikan kepribadian dan keterampilan untuk membangkitkan minat para peserta didik mampu menggunakan sarana tersebut. Mengembangkan kemampuan dan profesionalisme yang berkesinambungan. Agar tidak ketinggalan dalam komunikasi dan informasi, maka para guru harus unggul dalam hubungannya dengan orang lain. Mereka harus memiliki kecerdasan intelektual, emosional atau sosial dan spriritual. Kecerdasan tersebut digunakan dalam mengaktualisasikan diri sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pendamping dan sebagai panutan bagi para peserta didik dan bagi lingkungannya.
Secara sosial, para guru harus bisa bekerja sama dengan bebagai pihak. Dengan kedisiplinan, kejujuran, dan dedikasi yang tinggi bisa mengikuti abad 21 yang merupakan masyarakat belajar yang kompetitif dengan ciri-ciri belajar untuk berpikir, belajar untuk berbuat, belajar untuk menjadi, dan belajar untuk hidup bersama. Yuyun Yunani begitu indah dalam memaparkan artikelnya, walaupun singkat sangat padat dengan makna. Oleh karena itu sampai paragraf ini hanya menanggapi pendapatnya saja. Setelah itu saya bahas secara objektif.
Saya hubungkan dengan pendapat lain tentang pentingnya sikap dalam menentukan mana kekuatan dan mana kelemahan dirinya. Kelemahan yang terdapat di dalam diri kita ( guru ) semestinya kita temukan dan kita perbaiki dengan upaya menetukan lawan dari kelemahan itu Kelemahan dalam menggunakan pikiran, perasaan, dan tindakan mesti kita imbangi dengan upaya latihan menuliska apa saja yang menjadi masalah kekurangan diri dalam menghadapi tugas sebagai pengajar, pendidik, dan pembaharu bidang pendidikan. Sasaran para oeserta didik dan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya.upaya menuliskan kekuatan iman pada dirinya sebagai bahan pengikat. Agar diri para guru memiliki kekuatan, yaitu kekuatan iman. Sesuai dengan pendapat penulis dalam Surat Kabar Berkah Nomor 263 tanggal 1-7 Mei 2010 ( tanpa nama ) menyebutkan tentang 6 strategi agar keimanan kita ( termasuk para guru ) tetap dalam keadaan kokoh, yaitu:
(1)melakukan instropeksi diri, (2) melakukan amalan sunnah, (3) membaca, memahami, menghayati dan mengamalkan Al-Quran, (4) banyak mengingat Allah (berdzikir), (5)memperbanyak doa, dan (6) mencintai fakir miskin dan anak yatim.
Para guru sudah sepantasnya menggunakan kekuatan berpikir dan bersikap dalam menghadapi zaman modern ini dengan kekuatan hati nurani berdasarkan 6 strategi tadi. Guru profesional tidak hanya menggunakan kekuatan penguasaan iptek dengan sarana untuk hal itu saja, tetapi mesti dibarengi dengan kekuatan hati nurani. Kita tidak hanya menggunakan kecerdasan intelektual, emosional dan sosialnya saja, tetapi mesti menggunakan kecerdasan spiritual. Jadi untuk menghadapi zaman modern mesti lengkap dengan menggunakan kecerdasan intelektual, emosional, sosial, kinestik, finansial, dan kecerdasan spiritual.
BERARTI KEMACETAN DIRI
Kesalahan dalam menulis memang wajar bagi seorang penulis pemula. Biarkan terus dia menulis apa yang mesti dituliskannya dari awal sampai tuntas hingga akhir. Apapun yang keluar dari dalam hati dan pikirannya lewat tulisan agar dibiarkan tanpa hambatab dan berhenti. Selanjutnya direvisi hal-hal yang salahnya, diubah dengan memperhatikan acuan atau aturan menulisnya. Menulis tanpa memperhatikan tatacara penulisan dilakukan di ruang privat, dan menulis selanjutnya pakai aturanpenulisan dilakukan di ruang publik.
ITULAH YANG AKU TULIS
Aktivitas membaca dan menulis harus dilakukan secara bersamaan. Membaca akan efektif apabila disertai dengan menuliskannya. Menulis juga akan lebih efektif apabila didampingi oleh membaca. Kedua aktivitas ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja, begitu kata Pak Hernowo. Sebagai latihan kegiatan menulis
Yang diawali dulu dengan kegiatan membaca. Apa yang dituliskan, itulah yang sebelumnya dibaca materi yang dituliskannya.
BUKU BERGIZI
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar tujuannya adalah agar para siswa terampil berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan. Namun mereka tidak serta-merta terampil berbahasa kalau tanpa terlebih dahulu para gurunya terampil berbahasa. Sebelum penulis membahas masalah siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, maka penulis akan membahas masalah kebahasaan yang dihadapi oleh para guru terlebih dahulu.
Keterampilan berbahasa menurut Henri Guntur Tarigan ( 1987: 1 ) membagi keterampilan berbahasa menjadi empat bagian, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Dari empat bagian tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif (menerima ) dan bersifat produktif ( menghasilkan ). Yang bersifat reseptif yaitu membaca dan menyimak, dan yang bersifat produktif yaitu menulis dan berbicara.
Membaca sangat berhubungan langsung dengan menulis, dan menyimak berhubungan langsung dengan berbicara. Orang lain menulis buku kemudian kita baca, dan orang lain berbicara kemudian kita simak dengan sebaik-baiknya. Membaca sejajar dengan menyimak, dan menulis sejajar dengan berbicara. Antara membaca dan menyimak sama-sama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau informasi.
Membaca mendapatkan sesuatu dari bahan bacaan seperti buku dan internet, sementara menyimak mendapatkan sesuatu dari apa yang dikatakan atau dibicarakan orang lain. Langsung dan tidak langsung seperti apa yang dikatakan orang kepada kita atau lewat media televisi. Yang menjadi bahan pembacaraan saat ini adalah membaca dalam hubungannya dengan menulis.
Apabila kita ingin mendapatkan informasi atau ilmu pengetahuan kita harus banyak membaca dari bahan bacaan. Membaca melalui buku-buku dan media intenet. Apabila kita ingin menuangkan ide-ide atau gagasan, emosi, dan informasi, maka kita harus menulis.
Keterampilan membaca sangat bermanfaat dalam memperluas ilmu pengetahuan, informasi, dan pengalaman. Caranya, kita menerima atau menghubungkannya informasi, amanat, dan pesan yang disampaikan penulis.
Sedangkan keterampilan menulis sangat bermanfaat dalam menuangkan ide-ide, gagasan, emosi, dan informasi untuk dibaca. Dalam kehidupan ini terus-menerus berkembang, maka kemampuan membaca sangat penting untuk kita miliki. Tentu kemampuan membaca yang lebih efektif. Dalam waktu yang relatif singkat kita mampu menyelesaikan membaca dengan hasil yang sangat memuaskan.
Dalam upaya belajar, siswa atau guru akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga dari para penulis profesional. Kemampuan membaca merupakan salah satu cara yang sangat efektif dalam memperoleh informasi. Sangat berguna kita dalam mengikuti perkembangan zaman. Di samping itu, setiap perkembangan itu menuntut kemampuan membaca yang lebih tinggi lagi.
Wan Anwar (1993:41) dalam bukunya mengatakan bahwa membaca akan membuka cakrawala kehidupan.
Keadaan seperti itu merupakan tatantangan bagi kita untuk meningkatkan frekuensi keefektifan membaca. Begitu juga Nurhadi dalam bukunya (1987:39 ) mengatakan tentang arti keefektifan membaca. “Keefektifan membaca artinya peningkatan kecepatan membaca itu harus diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan.”
Pembaca yang efektif mengetahui tentang yang perlu digali lewat bacaan secara cepat. Mengabaikan unsur-unsur bacaan yang kurang penting untuk dibaca. Bagi pembaca efektif tidak membaca kata demi kata, tetapi membaca dalam satu kesatuan unit pikiran setiap paragraf atau dalam satu wacana lengkap.
Membaca efektif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Pada saat dan tempat kegiatan membaca semacam ini dapat kita lakukan. Namun bagin para pembaca pemula harus bisa membedakan mana bacaan yang harus dibaca cepat dan mana yang harus dibaca lambat.
Buku atau bahan bacaan yang berisi pengetahuan dan filsafat harus dibaca atau ditelaah tidak seperti cerpen yang bisa dibaca sambil santai. Bahan bacaan yang ilmiah atau filsafat harus dibaca dengan serius. Kita menggunakan pensil atau alat tulis lainnya untuk menandai atau mencatat setiap kata-kata, kalimat atau pikiran utama dan penjelasnya pada bahan yang dibacanya.
Amir dalam bukunya (1981:123) menjelaskan sebagai berikut: Kitab yang berisi bahan pengetahuan dan filsafat mesti ditelaah ( dibaca ) tidak seperti roman dengan berjuntai atau berbaring, melainkan dipelajari di meja tulis dengan sebatang pensil di tangan, huruf-huruf dan kata-katanya yang sulit ditandai dan dicatat, kalimat-kalimat yang menarik dan penting diberi tanda tanya, begitu pula bagian-bagian yang salah menuntut diberi kode.
Membaca buku-buku sumber ilmiah memerlukan suatu metode dan teknik membaca efektif. Kita dapat menyerap intisari, memahami dan menafsirkan makna yang terkandung di balik kata-kata dan bagian-bagian lainnya dengan membaca. Membaca efektif sangat penting diterapkan di sekolah-sekolah dalam proses pembelajaran, karena banyak manfaatnya.
Dengan membaca dapat memperluas pengalaman siswa, membuka pintu ke dunia ilmu pengetahuan yang tidak dapat langsung dialami. Minat dan cita rasa siswa dapat diperluas dan diperbaiki dengan membaca itu. Juga dengan membaca kita bisa memiliki kepribadian yang terpuji melebihi orang-orang yang tidak suka membaca.
Pembentukan minat, keterampilan dan kepribadian siswa dengan kegiatan membaca bisa dilakukan pada waktu senggang selain di sekolah-sekolah. Dengan membaca siswa bisa memperbesar penyesuaian diri dengan lingkungannya, merangsang siswa untuk menganalisis buah pikiran orang lain secara kritis. Siswa bisa memiliki keterampilan untuk menangkap isi bacaan, memperluas perbendaharan kata dan memperbaiki kecepatan membaca.
Sekali lagi dengan membaca kita menjadi pribadi yang berkualitas. Setiap masalah bisa diatasi dengan baik, karena apa yang dibacanya merupakan investasi dengan bebagai solusi masalah. Tentu di sini kegiatan membaca yang efektif. Dalam waktu yang relatif singkat bisa mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman. Mulai saat ini mari kita singsingkan lengan baju untuk menulis sebagai ladang amal.

0 komentar:

Posting Komentar