Jumat, 04 Oktober 2013

MENJADI KAYA, MOTIVASI MENULISKU


Sebelumnya kita harus mampu menentukan sesuatu mana yang kita anggap baik dan mana yang kita anggap buruk. Yang kita anggap baik berarti sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita dan bagi orang lain. Tentu yang kita anggap buruk itulah yang jangan kita pilih karena dapat merugikan. Di sini kriteria yang menjadi standar penentuan adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits diperhatikan dengan seksama, tidak tergesa-gesa mengandalkan nafsu belaka. Kita harus menggunakan ketajaman mata hati sambil terus kita memohon bimbingan kepada Allah agar kita tidak menyeleweng. Impian harus kita tentukan sebelum kita melakukan sesuatu. Impian yang tertinggi segi manfaat dan hakikatnya. Kita memilih apakah menjadi orang kaya atau orang miskin? Yang kita harapkan adalah orang kaya hati dan harta. Kaya jiwa dan kaya raga, kaya finansial, kaya social, kaya emosional, dan kaya spiritual. Dalam mengabdi kepada Allah harus memiliki kekayaan yang kita maksudkan. Terpenting landasan kekayaannya adalah ibadah dan amal shaleh.
Kita harus mempunyai impian untuk menjadi orang kaya, tentu di sini kaya yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadits Rasulullah. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana, kedua sumber agama Islam terpelihara dari kesalahan dan hawa nafsu manusia. Mengenai isi dan caranya harus benar-benar sesuai aturan yang ada di dalam kedua sumber kebenaran dari Allah tersebut. Sebagaimana Anif Sirsaeba dalam buku “Berani Kaya Berani Taqwa.” Salah satu cara menjadi kaya melalui aktivitas menulis yang mampu mewujudkannya menjadi buku atau artikel yang dimuat di media cetak. Memang aku belum kaya secara finansial. Justru itulah yang menjadikan aku mau menulis untuk memotivasi hidupku kaya. Uang memang bukan segalanya, tetapi tanpa uang kebutuhan-kebutuhanku tiadak maksimaal aku penuhi.
Kebutuhan yang berhubungan diri atau kebutuhan dalam hubungannya dengan orang lain merupakan hal yang sangat penting tidak bisa aku tinggalakn. Pengalamanku hidup dalam kekurangan sungguh menyedihkan dan membuat diri kurang dihargai. Orang-orang yang mapan dalam ekonomilah yang sangat dihargai. Orang lain banyak mendekat, tetapi orang yang kurang sungguh dijauhi. Dan bisa orang lain yang mendekat tidak banyak jumlahnya. Itulah yang membuat diriku betapa tertarik untuk mau menjadi orang kaya yang ada pada jalur kanan. Artinya aku mau menjadi orang kaya yang bisa membuat orang lain kaya pula. Aku bukan mau menjadi orang kaya yang diperbudak kekayaannya. Aku mau menjadi orang kaya yang bisa mengendalikan kekayaan untuk kemaslahatan diriku, keluargaku, orang tuaku, saudara-saudaraku, tetanggaku, dan semua orang yang sangat membutuhkan pertolongan.
Bukan menjadi orang kaya pelit dan egois, tetapi aku mau menjadi orang kaya yang senang berbagi dan membahagiakan orang banyak. Aku mau menjadi penulis professional dan produktif dengan banyak menghasilkan buku-buku. Aku mau mampu memberi peluang dengan kekayaan untuk membuat orang-orang tersenyum dalam menjalani kehidupannya. Sebab, betapa sedihnya menjadi orang miskin secara finansial apalagi kurang punya wawasan bagaimana hidup bermanfaat untuk orang lain. Menulis merupan langkah awalku untuk membuka peluang di masa depanku. Walaupun usiaku hampir limapuluhtahunan tetap aku akan memanfaatkan sisa usiaku ini. Peluang lain tetap akan aku isi, tetapi peluang dalam hal tulis-menulis akan menjadi sasaran utamaku. Oleh karena itu banyak waktu atau sedikit waktu akan aku gunakan untuk kegiatan menulis.
Aku tidak akan bermain hanya dengan kata-kata belaka untuk menjadi penulis yang produktif. Kata “akan” bukan cumah khayalan belaka. Kata “akan” memang harus komitmen dilaksakan dengan segera. Untuk menjadi penulis kaya aku mulai saat ini pula menulis. Menulis apa saja secara bebas tanpa terikat aturan baik dan tidaknya, banyak dan sedikitnya, bermanfaat bagi orang lain atau tidak bermanfaat tidak aku hiraukan. Terpenting menulis aku jalani mulai saat ini pula. Tentu di sini mau menjadi orang kaya dengan menulis berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits bahwa aku mau kaya yang memiliki ketakwaan kepada Allah, banyak taubat kepada Allah atas segala kesalahan yang banyak dilakukan setiap hari dan malamnya, bertawakal kepada Allah atas segala ketentuan-Nya, bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya kepada kita, dan sebagainya.
Ketakwaan
Coba kita perhatiakan terjemahan ayat berikut: “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”(QS.Ath-Thalaq, 65:2-3),
Salah satu syarat untuk memiliki kekayaan secara finansial. Yaitu kita harus memiliki ketakwaan, maksudnya kita menjalankan perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Dengan harta kekayaan aku mau menggunakan untuk kebaikan, supaya iabadahku tenang tanpa harus banyak berpikir bagaimana aku membayar utang yang besar. Tanpa aku banyak upaya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan yang sepelepun. Hidup dengan serba kekurangan ternyata lebih banyak menyita waktu, tetaga, pikiran, dan perasaan yang banyak. Terkadang kurang sabar bisa menyebabkan sakit hati dan pikiran yang berdampak pada fisik juga.
Namun bagiku menjalani hidup banyak kekurangan itu banyak membawa hikmah. Aku merasakan bagaimana menahan rasa lapar, rasa sakit hati, rasa sedih, dan semua rasa negatif lainnya. Memang intinya dalam menjalani hidup susah itu harus “takwa.” Tanpa dasar ketakwaan banyak orang susah berakhir tragis, gantung diri, minum racun, dan stress. Sungguh kesengsaraan membawa malapetaka bagi oraang-orang yang kurang atau tidak memiliki ketakwaan. Mereka kurang memiliki fondasi agama yang kuat, mengatasinya dengan cara sesaat, yaitu menggunakan obat-obat terlarang. Bukan penyelesaian, tetapi akan menambah parahnya keadaan fisik dan keberadaan diri orang tersebut, lemah dan tidak berdaya sama sekali.
Atas dasar nilai-nilai ketakwaan itulah kita bisa mengatasi segala kemiskinan, kelemahan, dan ketidakberdayaan. Kita hadapi kemelut hidup ini dengan banyak berdzikir, berdoa, membaca Al-Quran, melaksanakan shalat wajib dan sunnahnya dengan komitmen yang tinggi. Mudah-mudahan Allah memberi jalan keluarnya. Segala permasalahan kemiskinan atau apapun namanya, maka hanya Allah-lah yang menciptakan dan menghilangkannya. Yang mana kita harus tetap komitmen menjalankan segala perintah Allah seberat apapun harus kita jalani. Dan apapun yang Allah larang jangan coba-coba kita lakukan. Jangan kita berdalih untuk tidak bertakwa kepada Allah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.
Melakukan ibadah penuh ketakwaan bukan menggunakan akal belaka, tetapi dengan hati nurani. Oleh karena itu orang yang menghadapi kemelut hidup dengan akal pikiran terkadang pelaksanaan ketakwaannya tidak mendasar. Dihubung-hubungkannya dengan logika, sedangkan masalah ketakwaan banyak berhubungan dengan perasaan atau hati nurani yang terdalam. Kalau kita melaksakanan shalat saja dengan pendekatan logika, banyak hal yang bertolak belakang dengan tata cara aturan agama dilanggarnya. Mereka banyak dalih menurut hawa nafsunya sendiri. Banyak terjebak oleh tipu daya syetan, sesuatu yang salah direkayasa dengan sesuatu yang baik. Lama-lama terbiasa kita melakukan keburukan yang dianggapnya penuh maklum.
Memang aku sangat berat mempertanggungjawabkan kata “takwa” dalam kehidupan ini. Sunggu bagiku sebagai orang dhaif bukan ringan pelaksaan makna dan hakikat takwa tersebut. Hanya kesadaran dirilah yang aku rasakan mudah untuk melaksanakan tentang masalah ketakwaan ini. Umpamanya keharusan pelaksanaan ketakwaan itu seratus persen, tetapi kenyataannya baru lima puluh persen. Biarkan terpenting setiap saat kita selalu menyadari akan kelemahan dan kekhilapan kita. Sebagai manusia tentu mempunyai sifat kurang dan lemahnya. Sesuai dengan kodratnya bahwa manusia punya sifat lemah dan kuat, kurang dan lebih, dan pasangan lain yang selalu menempel pada jiwa dan raga manusia. Terpenting semuanya bukan disengaja seperti mempermainkan apa yang diperintahkan Allah untuk dilaksanakan kita.

Taubat
Apabila kita melakukan apa yang diperintahkan Allah mengalami kekurangan, malahan kita melakukan apa yang dilarang-Nya, maka kita diperintahkan Allah untuk bertaubat sebenar-benar taubat. Terlebih aku banyak melanggar perintah-Nya dan melaksanakan yang dilarang-Nya. Aku sungguh-sungguh bertaubat dengan penuh harap. Aku akan minta pertolongan kepada-Nya, karena memang Allah-lah yang Maha Memberi Pengampunan. Sifat Allah berbeda dengan sifat manusia. Allah Pengampun walaupun manusia mempermainkannya. Allah memberikan sesuatu kepada semua makhluk-Nya. Dari orang yang paling taat sampai orang yang tidak percaya kepada Allah, bagi-Nya tidak pandang bulu. Di dunia ini, semua manusia diperlakukan sama apabila urusan dunia (kekayaan). Namun di akhirat kelak Allah memperlakukan baik hanya kepada orang-orang yang bertakwa saja. Sungguh aku takut apabila memperhatikan hal itu.
Dalam konteks ini aku tengadahkan kedua telapak tanganku seraya berdoa “Ya, Allah, Tuhanku Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu! Sungguh Engkau Maha Pengampun dan Maha Mengabulkan segala permohonanku. Walaupun aku belum pantas Engkau beri, tetapi aku sangat memohon pertolongan-Mu. Aku benar-benar banyak kelemahan dan kekurangan, terutama kekurangan harta kekayaan dan perilaku terpuji tetap aku memohon kemurahan-Mu.” Sesuai dengan doa yang Engkau cantumkan di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai”"(QS. Nuh, 71:10-12)
Tawakal
“…Dan barangsiapa bertawakal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan keperluan(nya)”(QS.Ath-Thalaq,65:3)
Tawakal adalah bukti penyerahan diri kepada semua ketentuan Allah, setelah segala semua usaha atau ikhtiar itu telah lakukan. Aku belum bisamengatakan bahwa segala keadaan yang ada pada saat ini adalah takdir atau nasib. Mungkin usaha atau ikhtiar yang telah aku lakukan tersebut belum maksimal. Yang aku anggap sebagai ketentuan Allah, mungkin bukan, karena aku memang belum mengetahui hakikatnya. Apa yang aku inginkan setelah beberapa kali aku mohonkan kepada Allah, tetapi yang ada hanyalah yang sebaliknya, yang tidak aku inginkan. Aku mulai saat ini menyadari akan kekuasaan Allah atas segala sesuatu di dunia dan akhirat.
Aku bertaubat kepada Allah selama ini aku beranggapan yang salah kepada-Mu, seolah-olah Engkau tidak mengabulkan permohonanku, aku belum kaya. Padahal aku belum pantas dan belum siap untuk menerima kekayaan seperti layaknya orang-orang yang kaya. Harta kekayaannya berlimpah sementara aku belum seperti mereka. Mohon ampun aku ya, Allah! Engkaulah yang lebih mengetahui tentang diriku. Aku mohon kaya malah Engkau beri kemiskinan. Aku mohon terlunasinya utang malah Engkau semakin menambahnya. Aku menyadari hal itu ya, Allah. Aku banyak melakukan kesalahan, karena aku khilaf. Menurut Engkau, maka itulah yang terbaik untukku. Apabila aku cepata seawall mungkin diberi kekayaan siapa tahu aku tidak siap menerimaanya. Dengan cara-Mu kepadaku begitu, maka Engkau mempunyai maksud agar aku memiliki perasaan sabar, tabah, dan merasakan orang-orang yang bernasib malang. Agar aku menjadi orang yang dermawan setelah aku kaya nanti.
Dengan cara Engkau memberi pembelajaran kepadaku, maka aku semakin merasakan pentingnya berbagi dan selalu banyak perhatian kepada orang-orang di bawah standar kelayakan. Seringnya aku mendapat musibah sakit dan dimarahai orang yang menagih, maka aku banyak menulis tentang kesedihan dan kekhawatiran menghadapi hidup ini. Di antara suka dan susah saling berganti, dan ketika susah yang cukup panjang, ternyata Engkau mematangkan jiwa dan raga aku, anak-anak dan istriku. Mereka semua sudah terbiasa hidup kurang malah semakin tabah dan semakin cerdas. Keahlian anak-anakku terlatih sesuai dengan potensinya masing-masing. Anak sulung, memiliki keahlian super aneh bin ajaib. Dia sudah mempunyai rumah dan anak yang kecil mungil. Rumah sudah dia miliki, walaupun tanah diberikan oleh mertuanya. Dia sudah menjadi seorang PNS di Dinas Pertanian Kabupaten. Masih muda, Alhamdulillah sudah sesuai harapanku, anak-anak berhasil. Berkat kematangan hidup berasal dari situasi dan kondisi yang prihatin.
Anak kedua dan ketiga baik budi dan bahasanya. Sesuai dengan kurukulum berkarakter bangsa yang akan baru akan dilaksanaka. Orang lain belum memiliki anak-anak yang berkarakter seperti itu. Mereka belum memiliki kebiasaan permisi dan cium tangan kepada orang tua ketika akan pergi dan datangnya dari tempat mana saja. Untuk berhasilnya anak-anak tidak terlepas dari keikhlasan orang tunyanya. Anak-anakku mendapat ridha dan ikhlasnya aku sebagai orang tua, karena anak-anakku menghargai orang tua. Ketika ada tamu yang dating ke rumahku, anak-anakku dengan sopan santun menyapa kepada tamuku. Sementara sebaian anak-anak orang lain? Cuek-cuek saja kepada tamu orang tuanya. Itulah buah dari kepedihan yang aku jalani. Apabila dilihat dari latar belakang istriku, berasal dari keluarga yang serba tercukupi sewaktu kecilnya, menjadi orang yang tersabar menurut pengalamanku, terima kasih ya, Allah! Sungguh besar perhatian Engkau kepadaku.
Semoga aku menjadi semakin matang jiwa dan ragaku beserta jiwa dan raga keluargaku ini. Tetap aku memohon ampunan-Mu dan taubat kepada-Mu, ya Allah atas segala ujian berupa kesusahan, kekurangan, sakit, dan ujian banyak utang ini. Matangkanlah terus kepribadian aku dan keluarga. Agar semakin kuat menghadapi kenyataan ini. Biar sementara waktu ini aku rasanya seperti besi yang dibakar dan ditempa martil untuk dijadikan perkakas golok. Supaya aku menjadi orang yang semakin bermanfaat di dunia untuk akhirat nanti. Tempaan demi tempaan aku terima, asalkan aku jangan dikeluarkan iman dan takwaku dari dalam hatiku ini. Memang Allah mengujiku dalam bentu kesenangan, kekayaan, kesenangan, dan sebaliknya kemiskinan, kekurangan, dan kesedihan. Kedua hal, rasa senang dan sedihnya tetap harus aku waspadai agar aku tidak terjebak ujian-Nya.
Bersyukur
Aku menerima ujian kesusahan dengan rasa sabaar, tetapi menerima ujian kesenangan adakah dengan cara bersyukur kepada Allah. Bersyukur atas segala nikmat-nikmat yang dicurahkan kepadaku dan keluargaku. Aku bersyukur agar aku diberi tambahan berbagai nikmat lagi. “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. ”(QS.Ibrahim,14:7)
Aku tidak mau menjadi orang yang tidak mau bersyukur dan mengingakri segala nikmat yang Allah berikan kepadaku. Dari nikmat yang paling kecil sampai nikmat yang paling besar harus kita syukuri dengan penuh keyakinan. Salah satu nikmat yang paling baru rasakan adalah bersyukur karena aku tertarik pada hal tilis-menulis. Semoga menjadi titik awal aku menjadi orang sukses dengan menulis yang diterbitkan. Tidak mau pendek-pendek aku mempunyai impian, aku mau tercapai impian besar menjadi penulis professional yang produktif. Aku bersyukur memiliki rasa cinta menulis, antuasias menulis, mampu menulis sampai diterima redaksi. Dari jumlah guru di kecamatan atau kabupaten aku termasuk menjadi guru yang mau menulis. Menulis yang memberdayakan dan bermanfaat bagi orang banyak. Apabila aku berhasil menjadi orang suses dengan menulis, maka aku sangat bahagia dan bersyukur atas karunia Allah.
Berhijrah karena Allah
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak.” (QS. An Nisa[4]: 100) bagiku kata “hijrah” itu bukan sekedar pindah tempat dari dalam negeri ke kuar negeri bidang keagamaan saja. Berhijrah dalam arti pindah dari tidak biasa menulis menjadi biasa menulis yang memberdayakan orang-orang yang lemah dan miskin. Karena kemiskinan mengandung kelemahan dalam menghadapi kenyataan hidup ini.
Menulis buku yang menjadi sasaran utama aku sambil aku menjadi guru yang baik. Menulis yang mampu aku mengekspresikan hati dan pikiranku untuk bisa keluar dari zona tidak nyaman. Yang ada kehinaan demi kehinaan yang aku rasakan menjadi orang miskin. Pernah dijauhi orang-orang terdekat. Apalagi orang lain atau saudara yang punya mobil, sementara aku tidak, terisolasi keberadaanku. Aku mau keluar dari zona kemiskinan, sebagai tanda aku harus berhijrah dari zona tidak nyaman ke zona nyaman. Menurut Mario Teguh yang dikatakan zona nyaman adalah di mana kita hidup serba kekurangan karena merasa cukup dengan kekurangan. Dan zona tidak nyaman untuk prosesnya saja yang tidak nyaman mengandung risiko, tetapi nyaman setelah bebas dan selamat dari risikonya. Selamat menjadi orang kaya finansial dan kaya lainnya.
6. Membina Silaturahim
“Pelajarilah (yang cukup) silsilahmu agar kamu bisa membina tali silaturahim, karena membina tali silaturahim menambah jalinan kasih sayang diantara keluarga-keluarga, memperbanyak kekayaan, dan memperpanjang umur.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad)
7. Menginfaqkan Harta
“Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, :”Allah telah berfirman: wahai anak Adam! Infaqkanlah hartamu. Aku akan menambah hartamu.”
8. Menikah
“Dan menikahlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Alloh akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Alloh Maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui” (QS. An Nuur : 32)
9. Akhirat sebagai tujuan utama
“Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai seluruh tujuan dari tujuan-tujuannya, maka Alloh akan mencukupi duniawinya. Dan barangsiapa yang memperbanyak tujuan-tujuannyautnuk dunia, maka Alloh tidak peduli di lembah mana ia akan dibinasakan.”(HR Ibnu Majjah dan Al-Hakim)
10. Berdo’a dan Berusaha
Ayat tentang berdoa, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu …”(QS, Al-Mu’min, 40:60). Sedangkan ayat tentang berusaha atau lkhtiar, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(QS. Al Jumu’ah,62:10). Ditambah lagi “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”(QS. Ar Ra’d,13: 11)
Telah banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan mutiara hadits yang menjelaskan tentang pentingnya berdo’a, berikhtiar atau berusaha, dengan ayat tadi Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang, jika orang itu tidak mau merubah dirinya sendiri.
Dari ayat-ayat tadi kita bisa lihat bahwa Allah telah memberikan rahasia (The Secret) bagaimana mendapatkan rizki yang berlimpah dan berkah. Jadi saatnya kita kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist, karena semua rahasia kehidupan tampaknya sudah Allah tuliskan melalui Al-Qur’an dan Al Hadist. Namun saya belum kaya dalam segi finansial, karena sebagian besar hidup saya sebelum menyadari betapa pentingnya kekayaan dalam bentuk finansial. Dulu saya hanya berorientasi pada bagaimana agar saya memiliki kekuatan badan untuk menjaga diri. Anggapan saya waktu itu dengan memiliki kekayaan akan mampu menjaga kekayaan yang akan kita miliki. Ternyata anggapan tersebut sungguh keliru. Saya bergelut dengan kesalahan demi kesalahan dalam meminta pertolongan keselamatan bukan langsung dengan manfaat doa dan dzikir yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits tersebut.
Anggapan waktu itu berdalih amalannya mengambil dari kedua sumber tersebut, padahal bukan lagi yang asli. Banyak perubahan tanpa fondasi dari kedua sumber tersebut. Memang saya tidak langsung kentara bahwa sumber pengambilannya dari luar kedua sumber itu, tetapi hakikatnya mengambil dari luar. Mungkin perjalanan hidupku harus mengalami seperti itu. Untuk apa saya berlaku demikian? Ya, karena ketidak mampuanku dalam memilih dan memilah mana hal yang mestinya dipilih dan mana yang tidak. Ternyata mempelajari satu sumber saja dari Al-Qur’an (terjemahan atau tafsirnya) saja saya merasa sulit dan membutuhkan pikiran dan perasaan yang dalam. Misalnya, dengan kata “Hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan.” Yang kita dahulukan bukan meminta pertolongan dulu, tetapi beribadah dulu. Hal itu menunjukkan bahwa kita harus mengoptimalkan dulu ibadah kepada Allah.
Dengan optimalnya ibadah kita tentu Allah akan menolongnya dengan pertolongan yang sebaik-baiknya. Kita perhatikan orang-orang yang mempunyai pesantren dan mempunyai banyak santri dari hari ke hari semakin berkurang, akhirnya hanya tinggal pondoknya saja. Setelah kita perhatikan sang guru atau kiyainya mempunyai kecenderungan ke finansial atau uang. Mereka pasang target jumlah yang cukup besar. Bukan lagi ke ibadah secara fokus. Padahal sudah Allah pastikan pertolongan-Nya apabila mereka bersungguh-sungguh melaksakan tugas dan kewajibannya sebagai guru dari para santri, maka mereka akan dijamin Allah. Bukan meminta pertolongan dulu dalam terjemahan surat Al-Fatihah tadi, tetapi beribadah atau penyembahan dulu. Setelah hal itu dilakukan, maka janji Allah sudah pasti. Kita dianggapnya telah menolong-Nya, setelah itu Allah menolong umat-Nya dengan sungguh-sungguh.
Kita simak terjemahan tentang tahlil “Tiada Tuhan Kecuali Allah.”, maka kita akan semakin jelas bahwa kita harus menegaskan yang selain Allah bukan Tuhan. Mengisyaratkan kepada kita bahwa kita harus mengenyampingkan semuanya selain Allah saja. Dalam hal meminta saja harus diawali dengan beribadah atau menyembah-Nya. Sementara sebagian ahli filsafat kata “menyembah” katanya tidak layak bagi Tuhan. Katanya Tuhan sudah sempurna tidak perlu disembah lagi. Allah tidak memerlukan penyembahan dari makhluk-Nya. Lain halnya dengan kita, kita harus menyembah Allah sebagai tanda perlakuan dari makhluk yang hina dina dan lemah ini kepada pihak Yang Maha Kuasa atas segalanya. Sebagai tanda orang yang memiliki sifat rendah hati, tiada mendahului kekuasaan Allah dalam segala urusan. Tetap sebelum kita melakukan sesuatu harus minta idzin dan keridhaan dari Tuhan yang menciptakannya.
Ibadah, penyembahan, dan pengabdian diri kita sebagai makhluk yang dhaif ini sudah semestinya kita melakukan penyembahan kepada Allah, wajibnya lima kali dalam sehari semalam (shalat Wajib yang lima waktu). Belum lagi shalat sunnah, berdoa, berdzikir, bershalawat, dan membaca ayat Suci Al-Qur’an. Pelaksanaan semuanya cukup berat apalagi kalau ditingkatkan jumlah dan kualitasnya. Bagi kita tidak ada alasan untuk tidak melakukan hal itu semua apabila kita mau menjadi orang yang selalu ditolong Allah. Biarkan orang yang menanggapi agama dengan hanya otak saja. Agama Islam memerlukan adanya keterlibatan otak dan hati yang mendalam untuk mencapai pemahaman yang bijaksana.
Ternyata pengalaman saya dengan mendahulukan permintaan tolong kepada Allah, dan mengusahakan sesuatu (kekuatan) dulu tanpa mendahulukan menyembah atau mengabdi kepada-Nya, tidak membawa keadaan saya yang memadai. Memang ada kesalahan tersembunyinya syirik kecil, menomorduakan kekuasaan Allah yang tertera penjelasannya di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Mulai saat ini saya melangkah diawali mengutamakan dulu penyembahan, pengabdian, pengagungan, pujian, dan rasa syukur kepada Allah. Dengan jumlah dan kualitas yang harus selalu ditingkatkan pula. Setelah lengkap ada di dada saya, baru melangkahkan kaki sampil memohon pertolongan secara hakikat kepada Allah dan secara syariat kepada yang lainnya. Namun di dalam hati terpatri rasa tauhid kepada Allah.
Memang rasanya berat dalam pelaksanaan penyembahan diri kepada Allah dan permintaan tolong kepada Allah. Anggapan salah masih ada dengan perlakuan seperti itu tidak langsung dikabulkan menurut keinginan kita. Namun kita tetap setiap upaya kita itu ada balasan dari Allah. Terpenting di dalam hati harus selalu melebihkan Allah dengan segala sesuatu. Baik benda, peristiwa, maupun keyakinan lainnya. Antara masalah dengan Allah tentu yang dianggap besar pengaruhnya adalah Allah. Segala masalah berasal dari Allah, oleh karena itu yang mampu menyelesaikan masalah itu hanyalah Allah, karena Allah yang menciptakan dan menghilangkannya kembali. Asalkan kita benar-benar beriman dan bertakwa. Dalam hati saya terkadang masih ada pengaruh bisikan negative dari nafsu dan syetan. Waspadalah selalu kita dalam setiap kesempatan dan waktu akan mendapat gangguan dan godaannya.

0 komentar:

Posting Komentar