Jumat, 04 Oktober 2013

YANG MENGUATKAN



Apa yang kita ucapkan terkadang tidak disadari baik dan tidaknya, enak dan tidaknya didengar, positif dan negatifnya, atau menguatkan dan melemahkannya terhadap setiap orang yang yang mengatakan atau orang yang mendengarkannya. Terpenting katanya, kita mampu berbicara dengan lancar dan ingin terkesan orang yang memiliki keterampilan berbicara yang lebih tinggi dari orang lainnya.
Menurut Henry Guntur Tarigan ada empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Tanpa memperhatikan isinya terfokus pada makna atau tidaknya tidak kita perhatikan dengan seksama. Namun setelah kita lebih banyak membaca tentang inti pembahasan setiap buku bacaan atau tulisan di media internet, maka ternyata tulisan kita harus bermakna bagi kehidupan kita.
Kata-kata yang keluar dari mulut kita, baik lewat lisan maupun lewat tulisan sebenarnya harus banyak mengandung makna dan manfaat langsung dalam kehidupan kita. Terutama kata-kata yang mengandung makna sesuai dengan bidang spesialisasi masing-masing. Kata-kata yang berkarakter akan lebih efektif bagi setiap pembaca dan penulisnya.
Rusdin S. Rauf (2008: 50-57) mengatakan bahwa kata-kata memiliki kekuatan atau kekuatan kata-kata akan bisa menguatkan. Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya agar menggunakan kata-kata yang positif. Beliau selalu member teguran dengan menggunakan kata-kata terbaik, kata-kata yang mencerahkan orang lain, dan lemah lembut, penuh sopan, dan santun. Walaupun kita merasa sulit untuk mengikutinya.
Setiap kata yang jujur keluar dari mulut kita akan menggambarkan isi hati dan pikiran kita. Dalam buku harian kita upayakan untuk menulis apa adanya. Sebagai upaya melatih tingkat kejujuran kita dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan kita. Kita upayakan kata-kata yang menggambarkan kejernihan hati, bukan malah kata-kata yang keluar dari mulut bertolak belakang dengan hati kita.
Memang dalam bidang tujuan politik bisa saja kita berbicara lain dengan hati dalam upaya tujuan kemenangan. Namun apabila kita ingin berupaya untuk mengubah diri dari hal yang kurang menjadi lebih, dari yang buruk menjadi baik, maka mulai saat itu pula kita harus jujur lewat tulisan kita. Kata-kata yang bisa mengakses hati terdalam, bukan hanya asal bunyi saja. Diupayakan bagi para pencari kebenaran untuk menulis dengan penuh keaslian berdasarkan hati terdalam tersebut.
Mana kata-kata yang perlu diucapkan dan mana yang tidak perlu diucapkan. Sehingga kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata terbaik menurut pihannya. Agar kita menghindari kata-kata tidak, jangan, seandainya saja, dan kata-kata lain yang melemahkan diri kita. Namun bukan kata-kata tersebut untuk keseluruhan, tetapi dalam konteks kalimat yang melemahkan. Walaupun kata-kata dalam konteks kalimatnya isi dan maksudnya benar.
Dampak dan fokus dari setiap kata yang kita ucapkan akan berbeda walaupun isi dan maksudnya sama. Misalnya, (1) Saya tidak takut salah dalam menulis, karena saya masih dalam taraf belajar, dan (2) Saya berani menulis

KEM GURU SD
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar tujuannya adalah agar para siswa terampil berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan. Namun mereka tidak serta-merta terampil berbahasa kalau tanpa terlebih dahulu para gurunya terampil berbahasa tersebut. Sebelum penulis membahas masalah siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, maka penulis akan membahas masalah yang dihadapi oleh para guru terlebih dahulu.
Keterampilan berbahasa menurut Henri Guntur Tarigan ( 1987: 1 ) membagi keterampilan berbahasa menjadi empat bagian, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Dari empat bagian tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif (menerima ) dan bersifat produktif ( menghasilkan ). Yang bersifat reseptif yaitu membaca dan menyimak, dan yang bersifat produktif yaitu menulis dan berbicara.
Membaca dalam hubungan langsung dengan menulis, dan menyimak dengan berbicara. Kedua bagian keterampilan tersebut saling berhubungan, membaca behubungan langsung dengan menulis, menyimak dengan berbicara. Orang lain menulis buku kita baca, dan orang lain berbicara kita simak dengan sebaik-baiknya.
Apabila kita ingin mendapatkan informasi atau ilmu pengetahuan, maka kita harus membaca atau menyimak. Membaca melalui buku-buku atau media internet dan menyimak melalui pembicaran orang atau melalui media elektronik. Apabila kita ingin menuangkan ide-ide atau gagasan, emosi, dan informasi, maka kita harus menulis atau berbicara.
Keterampilan membaca dan menyimak sangat bermanfaat dalam memperluas ilmu pengetahuan, informasi, dan pengalaman. Caranya, kita menerima atau menghubungkannya informasi, amanat, dan pesan yang disampaikan penulis atau pembicara. Sedangkan keterampilan menulis dan berbicara sangat bermanfaat dalam menuangkan ide-ide, gagasan, emosi, dan informasi untuk dibaca atau didengar.
Dalam kehidupan ini terus-menerus berkembang, maka kemampuan membaca sangat penting untuk kita miliki. Tentu kemampuan membaca yang lebih efektif. Dalam waktu yang relatif singkat kita mampu menyelesaikan membaca dengan hasil yang sangat memuaskan. Dalam upaya belajar, siswa atau guru akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga dari para penulis profesional.
Kemampuan membaca merupakan salah satu cara yang sangat efektif dalam memperoleh informasi. Sangat berguna kita dalam mengikuti perkembangan zaman. Di samping itu, setiap perkembangan itu menuntut kemampuan membaca yang lebih tinggi lagi. Sebagaimana Anwar (1993:41) dalam artikelnya mengatakan bahwa membaca akan membuka cakrawala kehidupan.
Keadaan seperti itu merupakan tatantangan bagi kita untuk meningkatkan frekuensi keefektifan membaca. Begitu juga Nurhadi dalam bukunya (1987:39 ) mengatakan tentang arti keefektifan membaca. “Keefektifan membaca artinya peningkatan kecepatan membaca itu harus diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan.”
Pembaca yang efektif mengetahui tentang yang perlu digali lewat bacaan secara cepat. Mengabaikan unsur-unsur bacaan yang kurang penting untuk dibaca. Bagi pembaca efektif tidak membaca kata demi kata, tetapi membaca dalam satu kesatuan unit pikiran setiap paragraf atau dalam satu wacana lengkap.
Membaca efektif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Pada saat dan tempat kegiatan membaca semacam ini dapat kita lakukan. Namun bagin para pembaca pemula harus bisa membedakan mana bacaan yang harus dibaca cepat dan mana yang harus dibaca lambat.
Buku atau bahan bacaan yang berisi pengetahuan dan filsafat harus dibaca atau ditelaah tidak seperti cerpen yang bisa dibaca sambil santai. Bahan bacaan yang ilmiah atau filsafat harus dibaca dengan serius. Kita menggunakan pensil atau alat tulis lainnya untuk menandai atau mencatat setiap kata-kata, kalimat atau pikiran utama dan penjelasnya pada bahan yang dibacanya.
Amir dalam bukunya (1981:123) menjelaskan sebagai berikut:
Kitab yang berisi bahan pengetahuan dan filsafat mesti ditelaah ( dibaca ) tidak seperti roman dengan berjuntai atau berbaring, melainkan dipelajari di meja tulis dengan sebatang pensil di tangan, huruf-huruf dan kata-katanya yang sulit ditandai dan dicatat, kalimat-kalimat yang menarik dan penting diberi tanda tanya, begitu pula bagian-bagian yang salah menuntut diberi kode.
Membaca buku-buku sumber ilmiah memerlukan suatu metode dan teknik membaca efektif. Agar kita dapat menyerap intisari, memahami dan menafsirkan makna yang terkandung di balik kata-kata dan bagian-bagian lainnya untuk diterapkan dalam kehidupan sendiri dan masyarakatnya.
Membaca efektif sangat penting diterapkan di sekolah-sekolah dalam proses pembelajaran, karena banyak manfaatnya, seperti dengan membaca dapat memperluas pengalaman siswa, membuka pintu ke dunia ilmu pengetahuan yang tidak dapat langsung dialami. Minat dan cita rasa siswa dapat diperluas dan diperbaiki dengan membaca itu.
Pembentukan minat dan keterampilan siswa dalam kegiatan membaca bisa dikakukan pada waktu senggang selain di sekolah-dekolah. Dengan membaca siswa bisa memperbesar penyesuaian diri dengan lingkungannya, merangsang siswa untuk menganalisis buah pikiran orang lain secara kritis. Siswa bisa memiliki keterampilan untuk menangkap isi bacaan, memperluas perbendaharan kata dan memperbaiki kecepatan membaca.

0 komentar:

Posting Komentar