Jumat, 04 Oktober 2013

RANJAU-RANJAU MENULIS


Sudah berjalan cukup produktif aku menulis artikel sampai diterima oleh beberapa redaksi tingkat kabupaten dan satu redaksi tingkat propinsi. Namun aku tergoda untuk beralih ke menulis PTK atau PTS dalam upaya persiapan bimbingan penulisan kepada rekan-rekan guru dankepala sekolah dalam upaya kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke IV/b. Kebamblasan aku sampai meninggalkan aktivitas menulis artikel tersebut. Padahal sudah banyak teman kuliah yang membaca hasil karyaku itu.
Bukan financial saat-saat artikelku dimuat di media cetak, tetapi perasaan bahwa aku mampu dikenal orang banyak lewat artikel. Siapa tahu dalam waktu relative singkat aku mampu menulis dan menerbitkan beberapa buku yang berkualitas. Alasannya sederhana, para penulisprofesional juga berawal dari tulisan yang dimuat lewat beberapa artikel. Pada awalnya aku terlalu cenderung kea rah financial yang aku harapkan. Sebenarnya lebih baik aku ingat pada kata-kata Fatih Beeman. “Pada awalnya aku menulis untuk uang, tetapi lama-lama uanglah yang menghampiri setelah kegiatan menulis menjadi komitmen setiap harinya.”
Setelah terbukti betapa fokus pada satu visi tentang menulis artikel untuk sementara waktu saja, maka aku mesti memulai lagi saat ini pula menulis artikel dulu. Apalagi artikel sudah ada yang diterima redaksi. Menulis dan menulislah yang tetap aku pertahankan dan aku perbaiki terus dari hari ke hari agar semakin mantaplah karya tulisku. Hamper terlupakan, padahal sudah mulai tumbuh dan bereksistensi dalam dunia kata, menurut Fauzil Adhim.
Ada yang menarik bagiku mengapa aku kembali segera menulis artikel ini. Alat plasdisk yang memotivasiku menulis lagi. Sengaja beberapa puluh judul artikel dikumpulkan dalam satu file. Akan aku jadikan beberapa puluh artikel menjadi satu buku tentang dunia kata. Semoga dalam waktu relative singkat menjelma menjadi buku berkualitas. Enak dibaca dan menjadikan para pembaca bertambah stamina dalam menuntut ilmu dan mampu mengaplikasikannya dalam dunia nyata.
Bukan masalah artikelnya, bahasanya atau masalah bentuk kebahasaannya yang aku sediakan untuk para pembaca, tetapi masalah esensi tentang makna hidup dan kehidupan di berbagai disiplin ilmu atau dunia kerja. Tata makna kehidupan mulai aku sadari apa yang aku tuliskan. Semakin kita banyak membaca, baik membaca bahan bacaan maupun membaca peristiwa diharapkan kita semakin mendalami makna dan hakikat hidup. Dalam bekerja tidak sekedar rutinitas dan hanya menggugurkan tugas kewajiban saja. Terasa kering tanpa makna apabila kita bekerja semacam itu. Apalagi ujung-ujungnya uang dan uang saja. Yang ada hanya kelelahan dan kesia-sian belaka. Bekerja sepanjang hari bahkan sepanjang malam seperti yang tidak ada waktu saja. Itulah hidup semestinya? Bukan, bukan begitu yang aku maksudkan. Hidup untuk makan belaka, bukan makan sekedar untuk menyambung kehidupan yang bermakna.
Terlupakan! Itulah satu kata yang membuat aku tersentak seketika untuk bangun kembali. Sebagaimana Rasulullah ketika tersentak sewaktu tidur. Beliau dibangunkan agar tidak keblambasan sampai pagi lupa shalat tahajud, berdoa, dan berdzikir. Sebagai rasa syukur atas karunia yang diberikan kepadanya. Begitu juga kegiatan menulis Apabila berdasarkan makna, makna, dan karakteristik yang positif. Kegiatan menulis akan menjadi wahana kemajuan diri dan dunia pada umumnya.

0 komentar:

Posting Komentar