Jumat, 04 Oktober 2013

KENAPA NGGA TKD, YA?


Ketika aku sedang memperhatikan guru kelas 3 sedang melaksanakan Tes Kemampuan Dasar (TKD), maka aku langsung menuliskan kegiatan tersebut. Pada kegiatan tes tersebut para siswa dicoba kemampuan menulisnya. Musim TKD para guru kelas 3 sibuk bekerja dalam mengetes para siswanya, tetapi kegiatan mengetes dirinya sendiri belum pernah. Sungguh ironis, khan? Sebelum kita mencerdaskan siswa dalam hal tulis-menulis, maka para guru harus banyak menuntut diri agar banyak meningkatkan kemampuan menulis. Kembali kita bahas bagaimana kita mampu meningkatkan kebiasaan menulis tanpa perintah dari pihak lain, sebagaimana para siswa kelas 3 melaksanakan TKD.
Sekolah Dasar merupakan tempat belajar yang menitikberatkan pada tiga kemampuan dasar, yaitu kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung). Dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dan setelah dewasa juga tentang calistung sangat membantu pihak pembelajar dalam menghadapi kehidupannya. Ambil saja salah satu bagian dari TKD tersebut, yaitu tes kemampuan menulis bagi guru dulu sebelum para siswa. Sudah cerdas para guru menulis akan sedikitlah peluang para siswa lemah dalam menulisnya. Akar penyebab kelemahan siswa menulis adalah para gurunya. Untuk mengatasi permasalahan lemahnya menulis siswa bukan para siswa saja, tetapi factor utamanya adalah kemampuan menulis para gurunya.
Memang TKD untuk guru belum ada mungkin rasanya kurang etis kalau guru menjadi sasarannya. Kalau bukan kita sendirilah sebagai guru yang mau meningkatkan kualitas dirinya sebagai penulis professional dan produktif dalam mengembangkan tulisannya.Tingginya kualitas menulis guru sangat mempengaruhi banyak hal, para siswa akan terpengaruh akan dampaknya. Sedikitnya siswa akan mampu menulis bahkan akan menjadi penulis yang melebihi guru. Usia SD sebagai dasar menulis siswa yang mesti diawali dengan kemampuan menulis guru. Aktivitas belajar siswa akan terbantu lebih efektif dengan tingginya kualitas menulis gurunya.
Kemampuan menulis guru akan bisa kita pupuk dengan membiasakan diri menulis. Kita sediakan buku tulis dan pulpen yang sangat nyaman dituliskannya. Pada berbagai kesempatan kita luangkan waktu untuk menuliskan apa saja yang kita lihat, dengar, rasakan, dan kita perhatikan. Bukan masalah baik dan tidaknya tulisan kita atau benar dan tidaknya isi tulisan kita, tetapi terpenting ketekunan berlatih. Menjadikan kebiasaan menulis di setiap kesempatan. Hanya kitalah yang mesti menuntut diri untuk menulis sepanjang waktu dan kesempatan. Kenyataan para guru belum menampilkan tulisannya di majalah, surat kabar, dan buku-buku. Hal itu menunjukkkan bahwa para guru belum memiliki kemampuan dan kebiasaan menulis di media masa.
Mulai saat ini mari kita para guru rajin menulis untuk ukuran diri sendiri, menulis di buku catatan harian dulu, kemudian diperluas untuk menulis dan mengirimkannya ke media cetak. Semoga tulisan kita diterima dengan antusias yang tinggi pihak redaksi. Banyak manfaat dan keuntungan dari baiknya kebiasaan menulis sampai pada tingkat kualitas tulisan yang mampu diterima pihak redaksi atau penerbit.

0 komentar:

Posting Komentar