Jumat, 04 Oktober 2013

SAAT INI JUGA


Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif (menghasilkan) sesuatu setelah kita melakukan kegiatan membaca, menyimak, dan berbicara. Rasanya kurang memadai kegiatan membaca atau menyimak tanpa dilengkapi dengan kegiatan menulis. Sebanyak apapun kita membaca tidak ditindaklanjuti dengan menulis tentu masih kurang. Sebab membaca termasuk salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat menerima bukan menghasilkan. Apa yang kita terima berupa ilmu pengetahuan, fakta, opini, rumus, prinsip, amanat, pesan, keterampilan, dan semua hal yang bersifat menguntungkan akan lebih bermakna dengan menuliskannya. Menulis semacam kegiatan memberi, dakwah lewat tulisan, dan memberikan pencerahan kepada diri sendiri maupun pencerahan kepada orang lain yang memerlukannya.
Namun pada umumnya orang-orang hampir melupakan akan manfaat menulis tersebut. Ada beberapa kemungkinan mengapa kegiatan menulis sampai diterbitkan tidak dilakukannya. Kemungkinan pertama, mereka belum memahami manfaat dari menulis, kedua, belum mencoba menulis sampai dikirim dan diterbitkan lewat media cetak, ketiga, rasa malas melakukan kegiatan menulis tersebut. Padahal apabila kita mau mencoba untuk banyak menulis dan mencoba mengirimkannya ke penerbit minimalnya dalam bentuk artikel dahulu. Selain kita cukup dikenal orang banyak yang pernah membaca tulisan, maka kita pada akhirnya honorarium akan mengikutinya. Memang pada awalnya, menulis tujuannya untuk hobi dan kesenangan, pada akhirnya uang bisa mengikuti tanpa diundang.
Terpenting dalam upaya menulis yang selalu mengalami perbaikan demi perbaikan setiap hari. Namun kita harus menyadari bahwa setiap usaha untuk menjadi penulis banyak rintangan, baik rintangan yang berasal dari dalam diri maupun rintangan dari luar diri kita. Kedua sumber rintangan harus kita lawan dengan semangat tinggi dan komitmen pada visi yang jauh ke depan. Biarkan orang lain yang tidak mau tahu tentang manfaat besar dari menulis tersebut menghiraukannya. Sementara kita harus berani memasuki ruang dan geraknya menulis. Banyak manfaat menulis yang kita rasakan setelah berada di dalam diri kita. Pokoknya, mulai mencoba sekarang juga menulis, bukan hanya mendengar dan membaca teori tentang pentingnya menulis. Sudah puluhan banyak membaca tentang teori menulis tanpa praktek langsung menulis, sampai saat ini penulis tidak menjadi penulis professional.
Berbeda dengan orang yang baru beberapa tahun saja banyak mencoba menulis, mereka mampu menjadi penulis buku yang banyak diminati para pembaca. Penulis muda, nama pena Fatih Beeman, nama aslinya Atih Ardiansyah, salah seorang murid penulis sewaktu di SD sekarang sudah menjadi penulis yang produktif menulis buku dan blog di internet. Kuncinya adalah mencoba dan mencoba menulis seawall mungkin. Seolah-olah dia menulis untuk mendapatkan uang, tetapi pada akhirnya uanglah yang menghampirinya. Dia mampu membiayai dirinya kuliah sampai tamat dan memiliki keakhlian sebagai pembicara dalam usia yang masih muda. Memang kesuksesan menulis sangat ditentukan oleh banyak mencoba menulis, bukan banyak membaca teori.
Perbandingan sangat jauh manfaat berteori banyak dengan berpraktek menulis antara penulis dengan murid penulis yang dikemukakan di muka. Penulis sudah puluhan tahun menyadari bahwa menulis itu penting, tetapi bergelut pada membaca teori tidaklah sebaik banyak berlatih menulis. Sekarang penulis tergoda lagi setelah mencoba menulis, mengirimkan dan penerbit untuk menerbitkannya setiap bulan masing-masing dua judul. Pengalan baik tersebut tertunda karena penulis banyak membaca artikel di internet. Kegiatan menulis sampai diterbitka tertunda cukup lama. Oleh karena itu apabila kita mau menjadi penulis yang produktif, syaratnya kita menulis sekarang juga yang berkesinambungan tanpa berhenti setiap ada peluang baik.
Membaca berbagai masalah tentang kepenulisan sangat membantu kelancaran kita dalam menulis, tetapi apabila kalau dibandingkan antara membaca dan menulis harus lebih banyak menulis. Saat membacapun kita harus menuliskannya. Menulis tentang komentar terhadap isi buku atau artikel tersebut. Menulis untuk menghubungkan isi bacaan dengan bahan apersepsi yang telah kita miliki. Kegiatan membaca harus dilengkapi dengan menulis, kegiatan menyimak harus dilengkapi menulis, kegiatan berbicara harus dilengkapi dengan menulis, dan apapun yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, dan kita pikirkan harus dilengkapi dengan menulis. Semua kegiatan bermuara di menulis akan lebih mengasyikkan dan menghasilkan suatu karya tulis yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Tanpa menghiraukan tugas dan kewajiban pokok dalam bekerja, maka kegiatan menulis bisa dilakukan dengan tuntas dan berkesinambungan. Tidak salah kita mengatakan bahwa menjadi guru, kepala sekolah, dosen, dan pegawai lainnya sekaligus menjadi penulis yang baik. Dengan menulis yang baik selain kita bekerja dan beraktivitas lain, kita akan menjadi penulis yang benar-benar menghasilkan. Jangkauan menulis melebihi berbicara. Tulisan yang sudah dimuat tidak terikat ruang dan waktu. Kita perhatikan para penulis seperti Imam Gazali, Habiburrahman, Andreas Hirata, dan Hernowo sebagai penulis yang dibaca banyak orang. Meskipun para penulis telah meninggal, buah karyanya tetap mengalir dibaca orang. Sebenarnya menulis itu kegiatan ibadah lewat tulisan. Menulis memberi pencerahan kepada diri sendiri dan orang lain.
Dalam setiap kesempatan kita harus memiliki perbandingan antara membaca, menyimak, berbicara, dan menulis setiap hari. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus komitmen dilakukan dengan baik. Misalnya, setiap hari dan malam kita tentukan membaca 20 persen, menyimak 20 persen, berbicara 20 persen, dan menulis 40 persen. Apabila tidak benar-benar diperlukan kita berbicara, seperti sedang mengajar, memimpin rapat atau memberi usulan, memberi penjelasan, dan nasihat selama sangat memungkinkan untuk melakukan hal itu. Selama tidak terlalu penting kita lebih baik berbicara di dalam hati sambil menulis. Merenung sambil menulis, berbicara sambil menulis di pikiran kita. Pada intinya kita menulis ketika berbicara dan menyimak (menulis di dalam pikiran dan hati).
Ketika membaca kita menulis di buku atau artikel yang sedang kita baca, dan menulis di buku tulis atau langsung kita mengetik di komputer atau laptop. Menulis langsung dapat kita lihat buktinya bahwa kita telah membaca, berbicara, menyimak, meneliti, merenung, dan aktivitas fisik atau psikis lainnya. Menulis harus merupakan target setiap ada kesempatan siang dan malam. Khusus bagi orang yang memiliki kemampuan menulis lebih kuat dan banyak, penulis mengajak untuk terus menggali tentang kemampuan menulis. Sebab, orang semacam itu akan berbeda dengan orang yang lebih suka berbicara atau melakukan keterampilan tangan dan otak selain menulis. Penulis mengajak kepada orang-orang yang merasa senang melakukan menulis saja, sementara yang fokus perhatiannya pada keterampilan berbicara dan lainnya agar pelan-pelan menanggapinya.
Tulisan yang baik berisi ungkapan-ungkapan pesan, ekspos pikiran-pikiran dan gagasan yang baik pula. Keterampilan menulis yang mampu mengandung ungkapan pesan, ide-ide dan gagasan sangat diperlukan untuk menulis khutbah, diklat, rekomendasi, bulletin, Koran, dan majalah. Mari kita tingkatkan menulis dengan semangat dan motivasi yang tinggi agar isi tulisan berkualitas. Perasaan malas dan anggapan bahwa menulis itu sulit harus kita singkirkan sekarang juga. Dan anggapan menulis itu bakat harus kita lawan bahwa menulis itu bisa dicapai dengan baik dengan banyak latihan. Faktor bakat hanya 10 persen dalam keterampilan menulis. Sedangkan 90 persen merupakan hasil dari latihan menulis. Menulis dengan tekun dan tidak mengenal lelah sangat penting dalam menulis.
Menulis harus dipertanggungjawabkan oleh penulis. Setiap kata yang ditulis harus jujur berasal dari hasil tulisan kita sendiri, kecuali kutipan langsung dan tidak langsung dengan sumber yang lengkap bisa dipertanggungjawabkan sebagai penguat pendapat kita. Menulis bukan semata-mata untuk mencari ketenaran dan untuk mendapat pujian belaka. Menulis adalah kegiatan ibadah dalam upaya memberi penjelasan dan solusi atas setiap permasalahan yang kita hadapi. Apa yang kita tuliskan mudah dicerna pembaca untuk berbagai kalangan. Isinya ringkas dan tidak bernelit-belit, serta fokus pada kebaikan dan kemanfaatan bagi diri sendiri dan orang lain.
Dengan menulis kita bisa menuangkan gagasan lewat tulisan. Banyak inovasi baru lewat tulisan untuk melengkapi segala kekurangan yang ada, menjelaskan hal-hal yang dianggap sulit, meringkas uraian yang panjang tanpa mengurangi sesuatu intisari, menghimpun sesuatu yang berserakan, dan mengoreksi kesalahan menulis. Kita menulis untuk menjelaskan tentang kebaikan dan kebenaran, kejujuran, kemampuan, mengingatkan kejahatan, memberi peringatan bagi orang yang sedang lupa melakukan kesalahan.

0 komentar:

Posting Komentar