Selasa, 29 Mei 2012

HIDUP TAK PERNAH RATA
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Hidup kita terkadang menyenangkan dan terkadang menyedihkan atau mengecewakan. Sebagaimana lautan dapat kita lihat pada waktu hari dan siang hari, adakalanya pasang dan adakalanya surut airnya. Begitu pula kehidupan kita tidak pernah rata setiap hari dan malamnya dengan kesenangan saja atau kesedihan saja. Kehidupan merupakan panggung yang penuh misteri dan keajaiban. Tergantung diri kitalah yang menjalaninya. Sewaktu kita mengalami keberhasilan atau kesenangan karena mendapat jabatan baru semestinya kita bersyukur, tetapi sewaktu kita mengalami kesedihan atau kekecewaan, semestinya kita bersabar sekuat tenaga.
Apabila kita mengalami kehidupan senang terus, rasanya kehidupan itu tidak mengandung seni. Tanpa seni kehidupan akan terasa gersang dan kering. Pada akhirnya kehidupan tersebut menjadi tidak senang. Keterbatasan dan keterpakuan yang ada di dalam kehidupan tanpa selingan perubahan. Adanya keadaan senang dan adanya keadaan sedih, sedih dan senang yang saling berganti merupakan kehidupan yang sebenarnya. Pokoknya hidup kita selamanya tidak pernah datar. Selalu kesenangan diselingi kesedihan. Keadaan bisa baik dan bisa buruk merupakan kehendak Allah yang harus kita hadapi dengan sebaik-baiknya.
Antara kesenangan dan kesedihan, antara kesuksesan dan kegagalan sebenarnya sama saja sebagai sarana ujian Allah untuk manusia. tinggal kitalah yang harus pandai-pandai menanggapinya. Memang kenyataannya sulit sekali kita menghadapi kehidupan yang serba kekurangan dalam memenuhi segala kebutuhan. Hubungan yang pada awalnya baik bisa berubah menjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Namun peristiwa tersebut mengandung pelajaran bagi kita untuk mengetahui mana saudara yang sejati dan mana saudara yang tidak sejati, mana teman sejati dan mana teman tidak sejati, dan pokoknya dalam peristiwa baik senang dan sedihnya merupakan ladang ujian Allah untuk manusia.
Dalam genjotan kemiskinan atau serba kekurangan dalam hal keuangan bisa saja membuat orang sabar menjadi pemarah, karena kondisi jiwa dan raga kita tidak lepas dari sifat manusiawinya. Yang kita perhatikan orang yang dianggap baikpun ketika tertimpa musibah yang berat, kondisinya berubah karena saking beratnya musibah. Oleh karena itu terpenting bagi kita jangan terlalu fokus mengidolakan seseorang. Tantangan demi tantangan untuk setiap orang tidak bisa kita hindari. Derajat seseorang hidup di dunia ini berbeda-beda. Dan pengujinya juga berbeda tingkatan sangat disesuaikan dengan situasi dan kondisi orang pada waktu itu.
Yang harus menjadi catatan bagi kita adalah dalam menghadapi seseorang harus melihat situasi dan kondisinya saat itu. Bisa saja kita bercanda dengan seseorang periang, pada saat lain periang tersebut menjadi pemarah atau sifat sebaliknya, karena mungkin sedang sakit atau kecewa. Yang menjadi standar perlakuan kita adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu instropeksi diri sangat diutamakan dalam menghadapi berbagai hal dan peristiwa. Ujian demi ujian akan terus terjadi bagi kita. Saat senang dan sedihnya diri kita tetap bersandar kepada keyakinan bahwa hal tersebut tidak lepas dari pengawasan Allah. Selalu waspada dalam berbagai keadaan sangat kita pentingkan.
Pengalaman pahit sudah sewajarnya dijadikan pelajaran untuk kehidupan kita di masa mendatang. Rangkaian peristiwa kurangnya uang untuk pembiayaan sekolah atau kuliah diri kita dan keluarga sudah kita alami. Setelah diperhitungkan kita sudah menjadi sarjana, anak-anak sudah menjadi sarjana dan sudah berumah tangga. Mereka bisa hidup yang dianggapnya sudah memenuhi target berhasil secara finansial. Apabila kita perhatikan dan kita perhitungkan secara logika, seperti yang tidak masuk akal saja. Namun itulah suatu keajaiban yang harus kita perhatikan dengan seksama.
Kata kuncinya dalam menghadapi kehidupan ini, kita harus memahami makna dan mampu “bersabar” di kala kita mengahadapi kesulitan, kesedihan, kesengsaraan, kekecewaan, dan perasaan negative lainnya. Bersabar dalam arti “dipraktekkan” bukan sekedar “dikakatan” saja. Bukan banyak omong. Tetapi banyak kerja dan upaya untuk mencari solusi setiap masalah yang kita hadapi. Begitu juga kita harus praktek “bersyukur” dalam menerima kesenangan, ketenangan, kebahagiaan, dan perasaan positif lainnya. Kedua hal senang dan sedihnya diri kita merupakan ujian dari Allah.

0 komentar:

Posting Komentar