Selasa, 29 Mei 2012

MENGATASI SISWA MALAS BELAJAR
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Sebagai guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak hanya mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran saja. Menyampaikan materi sesuai dengan program tanpa memperhatikan kondisi siswa pada saat mereka menerima pelajaran tersebut. Bisa saja dengan materi yang sama disampaikan dengan kondisi siswa yang berbeda akan diterima dengan hasil yang berbeda. Pada saat siswa sakit atau sedang jengkel atau marah, pelajaran diterimanya dengan malas. Sebelum guru menghadapi siswa, dia harus memperhatikan kondisi siswa tersebut. Tidak asal tersampaikannya materi pelajaran sesuai target yang ingin dicapainya.
Pada dasarnya keadaan siswa mampu memahami materi pelajaran dengan baik, asalkan mereka bisa diperhatikan situasi dan kondisi sewaktu belajarnya. Dengan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka proses dan hasil pembelajaran akan tercapai dengan baik. Yang harus diperhatikan oleh guru dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran adalah kondisi dan lingkungan belajar di mana siswa itu berada. Ini sangat menentukan sekali, maka dalam hal ini bagi guru harus menjadi fokus perhatian sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Ada 3 lingkungan belajar siswa yang harus diperhatikan guru dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran ini, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakatnya. Apakah di rumah siswa sangat mendukung atau menghambat belajar siswa? Bagi siswa yang keadaan keluarganya antusias dalam belajar, maka sudah pasti siswa terpengaruh akan bersemangat ketika belajar di rumah maupun di sekolahnya. Sebaliknya, apabila keadaan di rumahnya tidak mendukung akan dipastikan anak akan tidak beremangat untuk belajar.
Ukuran mendukung dan tidaknya lingkungan keluarga terhadap belajar siswa sangat relatif. Bisa saja ayah dan ibunya sebagai guru lebih parah daripada bukan keluarga guru, karena tidak antusias mereka terhadap masalah belajar. Seperti yang anti membaca saja, padahal kegiatan membaca merupakan hal pokok dalam upaya belajar siswa dan diri orang tua tersebut. Apabila siswa mau menjadi pembelajar yang baik, maka orang tua harus rajin membaca. Membuat lingkungan rumah tangganya sebagai lingkungan pembelajar. Di rumah punya perpustakaan dan membiasakan semua warga rumah itu membaca yang efektif.
Seorang ayah, ibu, kakak, diri anak dan saudara-saudaranya tidak ad yang ketinggalan untuk melakukan kegiatan membaca di rumah. Daripada membelikan pakaian atau hal-hal yang tidak langsung mendukung kemampuan berpikir atau merasakan sesuatu yang mengembangkan diri semua pihak, khususnya mengembangkan kepribadian anak, maka seorang ayah atau ibu lebih baik membelikan buku-buku yang berkualitas dalam pengembangan diri anak itu sendiri dan seluruh anggota keluarga. Membuat situasi di rumah dengan situasi yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan anak-anaknya.
Seorang ayah dan ibu harus bisa membuat kebiasaan atau budaya baca dan budaya tulis, sebab antara kegiatan membaca dan menulis tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Dalam hubungan guru dan siswa tentang bagaimana dalam mengatasi agar siswa tidak malas belajar adalah dengan upaya guru untuk menindak lanjuti kebiasaan membaca mereka di rumahnya masing-masing. Kita dapat mengetahui lingkungan rumah tangga siapa yang sangat mendukung dan siapa yang tidak mendukung belajar siswa tersebut. Dengan upaya guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa yang ditindak lanjuti dengan penuh kesungguhan.
Guru menjalankan tugas dan kewajibannya tidak sebatas waktu dari pagi sampai siang kira-kira pukul 12.30 saja sementara habis waktu itu lepas tanggung jawabnya. Sampai kapan pun apabila kebiasaan itu dipelihara, maka belajar siswa tidak akan berhasil dengan optimal. Hal ini harus ada keseriusan dari pihak guru. Mengapa demikian? Jawabannya akan bermacam-macam, tetapi intinya adalah pihak guru sebagai pihak yang lebih mengerti dalam bidang pendidikan. Kecuali ada pihak orang tua sebagai pendidik yang melaksanakan ilmu yang dimilikinya. Sebab tidak sedikit dari orang tua berpendidikan guru lebih lemah dari pada bukan pihak guru.
Guru harus bisa mengetahui tentang keberadaan anak didiknya dengan cara banyak kunjungan rumah. Meluangkan waktu untuk mengetahui materi pembelajaran dan kondisi fisik dan psikis anak tersebut. Misalnya saja, guru memberikan PR kepada siswa tentang soal cerita. “wati menabung setiap hari Rp. 5000,00 sementara Budi Rp. 6000,00. berapa rupiah uang Wati dan berapa rupiah uang Budi setelah 30 hari? Dan, berapa jumlah uang keduanya setelah 30 hari?” Biarkan orang tua sejauhmana dalam membimbing anak-anaknya dalam upaya mendewasakan anak bukan malah memberi tahu hanya jawabannya. Ada dua kemungkinan hasil bagi siswa setelah diberi pekerjaan rumah tersebut.
Ada orang tua yang mengerti tentang soal-soal tersebut dengan bimbingan yang baik kepada anaknya. Membimbing anak sampai benar-benar mengerti, tetapi ada yang mengerti malah memberi tahu jawannya kepada anak. Ini yang bisa meracuni jadi anak pemalas tanpa mau berjuang mencari jawaban dengan kemampuan dirinya. Kesalahan yang tidak disadari oleh sebagian orang tua. Yang pertama, adalah orang tua yang mengerti dengan pelaksanaan bimbingan yang baik membuat anak mandiri. Sebagai modal dasar di hari mendatang dalam menghadapi hidup dan kehidupan menggunakan potensi dirinya. Sementara orang tua yang kedua, memberi modal dasar rasa malas terhadap anak-anak di masa kini dan masa mendatang.
Masih ada lagi keadaan orang tua dalam hubungannya dengan ilmu dan penerapannya dalam menghadapi tugas anak-anaknya. Ada yang sama sekali tidak mengerti masalah tugas yang dihadapi anaknya, tetapi dengan penuh keikhlasan mereka dalam membelikan pakaian dan keperluan anak-anaknya. Berdoa untuk kebaikan anak di masa mendatang dan menitipkan pendidikan anak kepada guru-gurunya. Benar-benar mereka ikhlas anaknya menerima pendidikan dari pihak sekolah. Ada dukungan semangat dan biaya di luar biaya yang ada di sekolah. Namun tidak sedikit orang tua siswa yang sangat tidak mendukung terhadap pendidikan anak-anaknya. Sungguh sangat disayangkan punya anak sebagai amanat dari Allah untuk disia-siakan oleh sebagian orang tua seperti itu.
Apakah benar semua guru atau warga sekolah telah menjadikan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang kondusif belajar siswa? Kita jangan berprasangka buruk dulu terhadap keadaan warga sekolah bahwa sekolah tidak mendukung semangat belajar siswa. Namun kita jangan terlalu percaya terhadap keadaan lingkungan sekolah terhadap semangat belajar siswa. Selama pihak sekolah, dalam hal ini guru belum menjadaikan lingkungan sekolah kondusif terhadap belajar siswa dengan ciri-ciri di sekolah guru-gurunya banyak membaca buku dan mengembangkannya dalam bentuk tulisan, maka prestasi belajar siswa lemah. Sebab, kegiatan membaca merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang bersifat menerima informasi dan ilmu pengetahuan. Membaca identik dengan belajar, dan belajar merupakan kewajiban bagi umat Islam. Yang dikatakan wajib harus dikerjakan, meninggalkannya berarti melanggar apa yang diperintahkan Allah.
Wahai teman-teman guru, mari kita budayakan membaca dan beri keteladanan untuk para siswa dengan kegiatan membaca itu. Dalam Al-Quran diperintahkan kepada kita untuk membaca, baik membaca tulisan maupun membaca alam beserta isinya. Banyak hikmah di balik semuanya, setiap hari kita makan dengan makanan yang bisa menguatkan badan kita. Tubuh kita diberi makan agar kuat dan bisa melakukan aktivitas. Aktivitas yang bagaimana dan untuk apa manfaatnya kalau bukan untuk hal-hal yang baik. Sementara salah satu hal yang baik ini tidak dilakukannya? Membaca adalah termasuk hal yang baik itu, kita lakukan dengan sebaik-baiknya.
Tubuh kita diberi makan, tetapi otak dan hati kita tidak diberi makan dengan makanan buku-buku bergizi. Sepintas memang kurang berarti, tanpa membaca pun kita bisa hidup dengan normal. Sebenarnya tidaklah demikian. Mas Gol A Gong, pemimpin Rumah Dunia sampai berbicara, bagi calon Bupati atau anggota Dewan harus mempunyai perpustakaan di rumahnya dan banyak membaca buku. Termasuk para guru sebagai kaum intelektual harus menjadikan buku-buku sebagai sumber ilmu pengetahuannya. Pikiran kita beri makan dengan buku-buku yang berkualitas, menurut Pak Hernowo, buku-buku yang bermakna sehingga harus diikat dengan menuliskannya, dan menurut Pak Fauzil Adzim, buku-buku yang bergizi.
Ada tipe guru yang pandai berbicara secara lisan tetapi tidak mampu menulis dan tidak suka membaca. Kita perhatikan pembicaraannya, banyak kata terlontar, tetapi sangat sulit dipahami atau ngawur tidak bisa ditangkap mana pikiran utama dan mana pikiran-pikiran penjelasnya. Mohon maaf, ini bukan untuk diperdebatkan dan benci kepada penulis, tetapi ini untuk dijadikan instropeksi bagi penulis dan rekan-rekan sesama guru. Sayangi anak-anak atau para siswa dengan terlebih dahulu dengan keteladan dari kita semua. Sayangi mereka, bapak-bapak dan ibu-ibu guru semuanya, anak kita atau siswa kita dengan banyak bimbingan membaca sekaligus menulis. Sama penulis juga baru sadar bahwa kegiatan membaca dan menulis itu sangat penting untuk memajukan pendidikan generasi penerus bangsa.
Sekolah kita jadikan tempat untuk menempa para anak didik kita dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa melupakan pengembangan hati nurani. Khususnya kegiatan membaca dengan materi yang membuat pikiran siswa cerdas dan hatinya bersih sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bukan kita jadikan mereka tanpa cacat, tetapi kita jadikan manusia yang berbuat salah yang tidak disengaja dan belajar dari kesalahannya. Tanpa melakukan kesalahan yang sama kedua kalinya. Mereka jadikan manusia pembelajar sepanjang hayat dikandung badan. Sesuai dengan fungsinya, sekolah itu harus bisa mendewasakan anak-anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa menjadi dewasa. Intinya sekolah itu bisa kondusif dalam upaya menjadikan siswa sebagai pembelajar.
Semuanya tergantung pada kondusif atau tidaknya sekolah itu sebagai tempat belajar yang baik. Di sekalah harus ada perpustakaan idealnya, tetapi minimal dari pihak Kepala Sekolah dan guru-gurunya bisa dan biasa membaca (belajar). Tidak membiarkan waktu berlalu tanpa diisi dengan membaca tersebut. Membaca bukan sembarang membaca, tetapi membaca yang efektif. Untuk menjadi pembaca efekti para siswa terlebih dahulu diawali dengan kemampuan guru-gurunya membaca yang efektif. Cara untuk menjadi guru sebagai pembaca harus melalui pengararahan orang-orang yang telah lulus menjadi sarjana dan menguasai bidang membaca itu. Skripsi yang telah dibuatnya bertemakan tentang membaca efektif. Harus ada kesediaan pembimbing membaca dan guru-guru tersebut belajar atau menerima pelatihan.
Materi membaca sekitar bagaimana agar pembaca (guru dan siswa) bisa memahami kosa kata, inti kalimat, pikiran utama dan pikiran penjelas setiap paragraf yang dibacanya. Banyak cara latihan membaca itu, di antaranya dengan banyak menjawab pertanyaan isi bacaan dengan materi pertanyaan bersifat hapalan dan bersifat pikiran. Memang sebelum latihan sulit dimengerti, tetapi setelah praktek akan mudah dan akan merasa senang dengan kegiatan membaca tersebut. Marilah berlatih membaca mulai sekarang juga. Bukan nanti karena kata nanti tidak akan kesampaian. Tentu kita pernah membaca kata-kata yang ditempel di kaca mobil umum “Sekarang bayar besok jangan bayar!” Benar kata besok tidak pernah bisa temui, oleh karena itu mulailah sekarang juga membaca agar kita banyak wawasan ilmu dan pengalaman.
Mengenai lingkungan masyarakat, harus kita perhatikan pula dalam kaitannya dengan kebiasaan membaca siswa. Hampir sulit lingkungan masyarakat yang menyediakan buku-buku bacaan. Apalagi keteladanan dari aparat desa, seperi Kepala Desa, Sekdes, Kepala Dusun, RT, dan para tokoh masyarakat yang ada di lingkungan siswa berada. Sungguh keadaan lingkungan masyarakat di sekitar siswa itu berada masih memprihatinkan belum menunjang kebiasaan siswa rajin membaca. Marilah wahai para guru marilah kita isi kesempatan baik ini dengan meningkatkan membaca siswa dan kita sendiri di sekolah-sekolah.
Mau kapan lagi kita memperbanyak kegiatan membaca kalau tidak sekarang juga. Tadi sudah penulis katakan tidak ada kata nanti untuk melakukan kebaikan dengan membaca. Penulis Insya Allah siap berlatih bersama Anda atau pembaca artikel ini. Apa yang sudah penulis dapatkan mengenai materi membaca ini siap untuk disampaikan kembali kepada Anda semua. Sambil membimbing penulis siap belajar lagi untuk memperdalam tentang materi membaca tersebut.






0 komentar:

Posting Komentar