Selasa, 29 Mei 2012

LIMA KATA AJAIB
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Setelah makan sahur saya langsung menggosok gigi dan berkumur-kumur dengan obat yang sengaja saya beli dari dokter. Tidak langsung tidur, tetapi saya menyaksikan acara di televise dan kebetulan ada ceramah yang disampaikan oleh Aa Hadi. Orangnya tampak periang, kalem, sabar, dan membuat saya semakin tertarik dengan penampilan dan penyampaian materi ceramahnya. Entah apa yang membuat diri saya merasa bersemangat dan masuk ke hati setiap perkataannya. Mungkin beliau berbicara seratus persen menggunakan hati dan segenap pikirannya. Beliau mengatakan tentang lima kata ajaib yang bisa menyelamatkan diri dan disenangi oleh seluruh anggata keluarga, warga sekolah, dan keseluruhan orang yang ada di organisasi yang kita masuki.
Lima kata ajaib menurut beliau yaitu pertama, ucapkan banyak terima kasih kepada istri, anak-anak, dan orang lain yang telah membantu atau memberi perlakuan baik kepada kita. Kedua, Lazimkan kita mengucapkan kata “tolong” ketika kita perlu bantuan kepada orang lain. Ketiga, sering-seringlah kita mengucapkan maaf dengan penuh keikhlasan apabila merasa telah mengganggu atau membuat orang lain terusik. Keempat, apabila kita mau lewa, mau pergi meninggalkan orang lain, mau berbicara, dan sebagainya kita mengucapkan “permisi.” Kelima, kita harus sering mengucapkan “silakan” apabila kita mau mempersilakan orang lain berbicara atau mau melakukan sesuatu.
Dari paparan beliau kemudian saya berbicara dalam hati dan timbul dialog dengan diri sendiri. Saya merasa asyik tidak terasa waktu hampir menjelang shlalat shubuh. Tidak ada kata yang membuat diri saya bosan dan ragu atas kebenaran dan kejujuran dirinya terhadap apa yang beliau bicarakan. Ini termasuk kata-kata empati yang membuat diri kita dan orang lain saling berhubungan akrab. Akan menimbulkan perasaan nyaman berhubungan atau berkomunikasi diri kita dengan orang lain. Bagaikan kita berada di tempat yang nyaman, mendengar gemerciknya air mengalir. Suasana nyaman bagaikan kita hidup tanpa beban sedikitpun. Kondisi seperti itu akan menciptakan hubungan harmonis. Penyampaian maksud rasanya mudah terjalin dengan baik.
Siapa yang tidak apabila kita mendengar suara “Terima kasih, Bapak atau Ibu atas kebaikan Bapak atau Ibu telah membantu saya menyelesaikan tugas berat ini. Dengan bantuan Bapak atau Ibu pekerjaan ini cepat selesai dengan mudah. Mudah-mudahan Bapak atau Ibu diberi kelimpahan rizki halal oleh Allah SWT. Keluar dari hati nurani akan menimbulkan keikhlasan tertanam masuk ke dalam hati sanubari. Saya yakin semua orang yang sehat jasmani dan rohaninya akan merasa senang mendengar perkataan yang saya maksudkan. Hanya orang-orang terganggu mentalitasnya saja yang tidak senang mendengar ucapan terima kasih.
Saya merasakan nikmatnya mendengar ayah minta tolong ketika saya masih kecil dengan ucapan “Tolong Bapak bukakan pintu, Nak! Bapak mau keluar!” Walaupun dalam bentuk ucapan sederhana, saya merasa termotivasi untuk selalu membantu ayah ketika ayah mau bekerja atau ketika kiranya perlu bantuan saya. Pekerjaan berat sekalipun saya rasakan ringan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pekerjaan demi pekerjaan atas dasar kata minta pertolongan yang diucapkan oleh orang yang ikhlas terselesaikan dengan semangat yang tinggi. Apalagi kita terapkan di tempat kerja, di rumah, dan di lingkungan di mana kita hidup. Sungguh ajaib kata “tolong” yang dilontarkan oleh orang yang memiliki empati.
Ucapan maaf setelah kita melakukan kesalahan terhadap orang lain atau sebelum dan sesudahnya saya melakukan sesuatu sangat besar pengaruhnya terhadap orang yang ada di sekitar kita. Perkataan maaf menunjukkan sifat dan sikap orang yang pemaaf terhadap sesama. Menunjukkan bahwa orang yang berbicaranya memiliki hati bersih, ikhlas, tawadlu, rendah hati. Orang semacam itu akan mudah diajak bergaul atau berkomunikasi. Apabila kita belum memiliki sifat dan sikap demikian, maka kita perlu meneladaninya sekuat tenaga. Karena perbuatan semacam itu akan membuat jiwa aman dan nyaman. Apabila diprediksi orang semacam itu jauh dari sikap mendhalimi orang lain. Tidak sebagaimana orang-orang yang bergerak di dalam politik praktis. Perlu kita waspadai.
Apa ruginya kita mengucapkan “permisi” ketika kita mau melewati kumpulan orang? Apa ruginya kita mengucapkan “permisi” apabila mau berbicara di depan orang-orang? begitu seterusnya kita bertanya-tanya kepada Anda dan diri saya sendiri. Dari kata tersebut akan berkesan kepada orang yang mendengarnya sebagai orang yang selalu menghargai orang lain. Tidak egois dan angkuh dalam memperlakukan orang lain. Ada perasaan prinsip “menang dan menang”, maksudnya, dalam komunikasi dua arah atau banyak arah, kata “permisi” sewaktu kita akan bicara akan menimbulkan orang yang akan mendengarkan pembicaraan kita dengan penuh ketulusan. Begitu juga apabila kita mendengar kata “ Silakan, Bapak atau Ibu, saudara, teteh kita cicipi makanan ini!” Bukan banyak dan sedikitnya, enak dan tidaknya makanan yang akan kita makan tersebut, tetapi perasaan senangnya yang terpenting. Kita perhatikan makanan ringan yang dibungkus dengan kualitas yang menarik. Walaupun isinya sekedar goreng jagung rasanya enak melebihi goring jagung biasa tanpa tampilan menarik.
Begitu pula halnya dengan diri kita akan membentuk satu paket menarik apabila dikelola dengan bahasa dan sikap yang menarik, di antaranya menggunakan lima kata ajaib di atas. Bukan kekayaan, uang banyak, dan jabatan tinggi yang bisa menjamin suksesnya diri kita. Hanya sikap, budi bahasa, dan penataannya yang baik saja yang akan membuat diri kita disenangi orang lain. Sekali lagi apabila kita mau berubah keadaan hubungan antar sesama, maka kita mulailah mempraktekkan lima kata ajaib yang pernah saya dengar dari Ustad kita, yaitu Aa Hadi. Selamat Pak Ustad! Semoga Bapak selalu bertambah keikhlasannya dalam menyampaikan ceramahnya. Membuat orang banyak mengalami pencerahan dari keaadaan gelap menjadi terang, dan dari keadaan terang semoga bertambah terang saja yang akhirnya tanpa hisab yang menghalangi pandangan kita. Amiiin…

0 komentar:

Posting Komentar