Selasa, 29 Mei 2012

MELIHAT KEAJAIBAN
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Biasanya orang apabila mendengar keajaiban itu mesti pada hal-hal besar besar saja. Penciptaan bangunan begitu indah, mengandung sejarah, penciptaan karya-karya besar saja sementara hal-hal kecil hampir dilupakannya. Ketika kita sedang mencuci sepeda motor kita melihar perubahan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Yang pada awal sebelum dicuci sepeda motor tesebut masih kotor. Dikendarainya kurang sedap dipandang mata orang yang melihatnya, dan dipakainya juga tidak nyaman. Padahal apa hubungannya antara sepeda motor yang kotor dengan yang sudah bersih. Membersihkannya bukan mesinnya, tetapi hanya tampilan luar yang bisa dilihat dari luarnya saja. Namun apa yang terjadi? Sepeda motor kita menjadi enak dan nyaman dipakainya. Ada apa gerangan? Merupakan suatu keajaiban bagi saya walaupun hanya kelihatan masalah sepele.
Anak gadis saya menceritakan tentang pengalaman mencuci piring, dari kotor menjadi bersih, itulah keajaiban menurut saya. Perlu kita perhatikan lebih seksama lagi. Anak gadis saya suka melihat keajaiban setelah mencuci piring. Piring yang tadinya kotor dan berminyak bisa menjadi bersih dan mengkilap. Keajaiban dalam cuci piring. Sungguh tak banyak kita pikirkan. Keajaiban dalam hal-hal yang sangat sederhana. Anak gadis itu satu di antara lebih dari seratus anak yang berkumpul dan menikmati camping bidang kepramukaan waktu itu yang diadakan oleh sekolah. Dan tiba-tiba kita melihat dan merasakan keajaiban pada kumpulan anak kecil itu. Ternyata hidup adalah keajaiban.
Keajaiban tidak semata suatu peristiwa yang luar biasa, yang menakjubkan, yang menjadi buah bibir bagi banyak orang. Keajaiban itu sangatlah sederhana dan dapat dinikmati bahkan dalam peristiwa-peristiwa kecil sehari-hari. Ternyata, hidup kita ini dikelilingi oleh banyak keajaiban. Tahukah Anda? Kita saat ini sedang mengejar keajaiban, mengharapkan dan merindukan keajaiban, tetapi merasa kecewa dan putus asa karena tak pernah menemukannya, mungkin perlu belajar dari gadis cilik itu. Dengan tangan mungilnya, dia dengan tekun mencuci piring makannya dan menemukan keajaiban yang dicari banyak orang saat menikmati hasil kerjanya. Dari piring yang kotor menjadi piring yang mengkilap.
Kita banyak belajar dari peristiwa anak gadis dan pengalaman kita sendiri dari hal-hal sekecil apapun. Pengalaman anak gadis mencuci piring, kita mencuci sepeda motor, istri kita memasak di dapur, dan kita menulispun dapat menemukan keajaiban yang tidak disangka-sangka. Banyak keajaiban setelah kita melakukan pekerjaan atau aktivitas yang lebih berharga. Bahkan ketika kita berdzikir dengan waktu yang lama, maka kita dapat merasakan keajaiban-keajaiban tesebut. Keajaban ada setelah kita melakukan perbuatan atau beusaha, bukannya dating ketika berdiam diri untuk melamun atau menghayal di luar jangkauan kemampuan kita. Sekali lagi keajaiban akan menghampiri kepada setiap orang yang mau berusaha.
Mengapa kita seringkali hanya duduk diam menunggu keajaiban itu datang dengan sendirinya? Tidakkah keajaiban itu pun butuh proses kerja yang tidak ringan? Mengapa seringkali kita merasa kecewa karena disepelekan atau dianggap tidak ada? Tidakkah kita sendirilah yang perlu membuktikan keberadaan kita? Mengapa kita harus tergantung pada orang lain? Mengapa kita harus menganggap diri kita harus diperhatikan, harus dicintai, harus dipuji sebagai bukti keberadaan kita? Bukankah kita sendirilah yang harus berupaya untuk memperhatikan, mencintai dan memuji keberadaan orang lain sehingga mereka bisa tahu bahwa kita ada?
Keajaiban hanya akan muncul setelah kita bekerja keras. Setelah kita mencuci sepeda motor, setelah menulis atau mengajar bagi seorang guru dan mencangkul bagi seorang petani. Kita jangan mengharapkan bisa dating keajaiban dari berpangku tangan tanpa mau melakukan perbuatan yang berharga dan bermanfaat. Kejaiban bisa datang setelah melakukan kerja bukan berdiam hanya berhayal saja. Keajaiban itu sesederhana hidup ini. Hidup yang harus dijalani, saat demi saat, hari demi hari, dijalani dan dinikmati. Dengan mengeluh dan merasa kecewa tanpa berbuat apa-apa, kita hanya akan mendapatkan semakin banyak kekecewaan dan perasaan putus asa pun kian dalam. Dan keajaiban yang kita harapkan semakin menjauh dari kita. Dengan matanya yang berpendar indah, gadis cilik itu itu memandang piring makan yang kini mengkilap bersih setelah dia mencucinya. Inilah keajaiban itu. Inilah kegembiraan baginya. Dia tidak menunggu seseorang datang dan membersihkannya. Lalu akan merasa kecewa dan sakit hati jika ternyata tak ada yang mau membantunya untuk mencuci piringnya sendiri. Tidak. Dia bekerja sendiri. Dia berusaha sendiri. Dan menikmati hasilnya sendiri. Keajaiban ada setelah dia mencuci piringnya. Dan dia menikmatinya.

0 komentar:

Posting Komentar