Selasa, 29 Mei 2012

MENDENGAR SUARA HALILINTAR
(Jajang Suhendi, Cikedal-Pandeglang)

Apa maksud dari judul di atas? Mungkin pembaca akan mengira bahwa halilintar yang dimaksud adalah makna yang sebenarnya. Bukan itu yang kumaksud, tetapi halilintar dalam arti kiasan. Ketika aku dengar suara hpku berbunyi aku mendadak seperti yang mau pingsan takut yang nelpon itu yang aku takutkan yaitu orang yang akan menagih utangku. Ternyata benar bahwa yang nelpon tersebut orang yang aku maksud. Beginilah nasib menjadi orang yang banyak utang, suara hp saja bagaikan suara halilintar yang menyambar diriku. Tidak banyak yang kukatakan atau jawaban atas tagihannya. Aku tak berdaya untuk beralasan mengapa aku belum siap membayar semua utang-utangku.

Semoga aku diberi kekuatan dan ketabahan atas semua musibah ini. Tetap pada suatu saat aku bertemu dengan apa yang disebut kebahagiaan dan banyak uang bukan banyak utang. Maafkan Ya Allah atas segala kesalahan aku dalam menjalani hidup dan kehidupanku ini! Aku tetap berharaf atas kuasa dan kasih saying-Mu atas diriku. Memang aku banyak melakukan kesalahan, tetapi aku tak kuat untuk menanggung penederitaan ini. Angkatlah derajatku ini Ya Allah! Bila aku masih berlumuran dengan dosa dan noda, aku mohon dengan kasih satang-Mu pintu maaf yang selebar-lebarnya.

Aku sudah tak kuasa lagi menerima penderitaan ini. Minimalnya aku tidak punya utang yang besar, sementara utang-utang kecil masih dapat aku menerimanya. Bukakanlah pintu rizki yang selebar-lebarnya. Walaupun aku tak tahu dari mana sumber rizki yang akan Engkau berikan kepadaku. Allah Maha Kuasa mengubah keadaan diriku kea rah yang lebih baik. Engkau yang lebih mengetahui maksud yang Engkau timpakan kepadaku. Namun demikian aku memohon kebahagiaan banyak uang untuk memenuhi segala kebutuhan keluargaku.

Aku sudah tak kuat dimarahi anak dan istri karena aku tak memberikan kebahagiaan dengan uang yang aku berikan kepada mereka. Bukan sengaja aku member uang yang berlimpah, aku tak tahu juga mengapa aku begini? Aku sudah tak mampu mendengar kritikan istri, sindiran istri, lemahnya penghargaan istri kepadaku, dan segala macam hal yang melemahkan diriku dari pihak manapun gara-gara banyak utang yang melelahkan ini. Aku dilahirkan bukan untuk dipersiapkan menjadi objek kemarahan orang lain, tetapi aku dilahirkan untuk menjadi sumber kebagiaan. Yang ditandai dengan banyaknya manfaat yang aku berikan untuk mereka.

Jadikanlah terus Ya Allah, aku menjadi ahli sabar dalam menerima segala musibah dan kekuarangan keuangan ini. Jadikanlah aku sebagai orang yang selalu menjadi orang terdepan dalam segala urusan lahir dan batin, dunia dan akhirat, dan urusan rumah tangga dan urusan Negara secara seimbang sehingga membuat aku dalam keadaan bereksistensi yang sebenar-benarnya.
Mulai saat ini pula aku memohon dicatat sebagai orang yang mampu bereksistensi sebagaimana orang-orang sukses, orang nomor satu dalam bekerja, berpikir, dan berasa. Kuatkanlah pikiran dan perasaanku dengan aplikasi yang penuh komitmen. Terkadang aku mengalami pasang surutnya dalam berpikir dan berasa. Akhirnya selalu kembali ke dalam kelemahan demi kelemahan yang sebenarnya sudah melesat dalam kesuksesan yang lebih menguatkan diriku,

Aku belum kuat tetap dalam kekuatan, kebaikan, kejujuran, kejayaan, keberhasilan, kebersamaan, keimanan dan ketakwaan yang bias mempertahankan posisi diriku dalam hal-hal yang positif. Berada dalam puncak kejayaan merupakan keniscayaan aku sampai pada keberhasilan di dunia dan akhirat. Yang harus aku pertahankan adalah keberhasilan dalam bidang kepenulisan yang sarat akan makna. Di balik keberadaan dan peristiwa yang aku alami semoga aku bias menggali maknanya untuk bekal hidupku yang di hadapannya banyak ranjau dan duri yang tajam membahayakan.

Media cetak tidak diisi oleh karya-karya tulis para guru. Sebenarnya para guru harus lebih berperan dalam dunia tulis-menulis. Aku harus bersiap diri dalam mengisi media penerbitan dengan tulisan-tulisan bermutu. Nilai-nilai keagamaan menuntut aku berpikir lewat tulisan. Pemecahan masalah lewat tulisan, selain orang-orang ramai melakukan pemecahan masalah lewat lisan. Media tulisan lebih langgeng apabila dibandingkan dengan media lisan. Aku harus meningkatkan budaya menulis daripada budaya lisan. Budaya tulis-menulis akan membuat negara kita dan bangsa kita banyak pedoman dalam bentuk tulisan. Tulisan bermakna akan banyak dibaca orang dari generasi ke generasi. Bahkan anak cucu kita dapat membaca tulisan kita apabila dapat dimuat dalam bentuk artikel atau buku. Baik tulisan dalam buku maupun dalam bentuk elektronik tetap dapat dibaca orang dalam waktu yang panjang.

Orang lain mewariskan harta benda kepada anak cucunya, tetapi aku selain harta benda yang diwariskan, maka ilmu dan tulisan aku dapat kita wariskan dengan bahasa hati ikhlas. Diharapkan pembaca dapat mendapatkan makna yang terkandung di dalamnya.




0 komentar:

Posting Komentar