Minggu, 27 Mei 2012

SAYA HARUS MENULIS


Saya ingin bercerita kepada Anda, sidang pembaca. Tentang rasa malu yang saya tanggung beberapa lama. Saya merasa malu dengan apa yang saya peroleh dari bangku kuliah. Saya kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas  Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Uninus (lulus 1998). Akan tetapi, meski selama kuliah saya mendalami materi sastra dan bahasa, saya merasa kurang mampu dalam hal tulis-menulis. Padahal (menurut saya) menulis merupakan keharusan bagi alumnus jurusan kebahasaan, seperti saya ini.

gambar dari sini
Sekarang usia saya sudah 51 tahun. Di usia yang sudah tidak lagi muda ini, saya terus berusaha untuk belajar menulis. Saya rasa, menulis sudah lagi menjadi tuntutan untuk seorang guru, apalagi guru Bahasa Indonesia--meskipun guru SD. Saya bersyukur kepada Allah karena masih memberi saya kesempatan untuk belajar dan berlatih menulis dari para penulis profesional, baik yang masih muda atau yang sudah senior. Semuanya saya jadikan motivator dalam proses belajar ini. Saya tidak merasa malu bertanya kepada yang lebih muda meski usia saya sudah "tua". Saya merasa lebih malu apabila saya tidak mampu menulis, padahal pekerjaan menulis itu jelas-jelas tugas seorang guru.

Mas Hernowo saya jadikan salah satu guru utama. Mengapa? Karena beliau menerjunkan diri ke dunia menulis di usia yang terbilang sudah "tua". Beliau menerjunkan diri ke dunia tulis-menulis, dan dengan kesabaran serta keuletan beliau menjadi sukses. Saya lalu membandingkan diri saya dengan Mas Hernowo. Kalau Mas Her bisa, mengapa saya tidak bisa?

Saya mengetahui Mas Her dan tulisan-tulisannya dari buku Mengikat Makna. Buku tersebut dihadiahkan oleh murid saya semasa SD, Atih Ardiansyah. Dia murid saya yang kini menjadi penulis muda dan pembicara yang fasih. Nama penanya Fatih Zam.

Oya, Fatih Zam adalah murid kesayangan saya semasa SD. Dia termasuk murid yang berprestasi di bidang mata pelajaran Bahasa Indonesia.  Secara khusus, dia saya arahkan menjadi mencintai kata. Saya berikan kepadanya majalah-majalah dan tulisan-tulisan sederhana saya. Tetapi sekarang, dia adalah guru saya. Dia adalah guru muda saya dalam dunia menulis. 

"Fatih, doakan bapak agar menjadi penulis seperti kamu, walau usia sudah setengah abad. Bapak tidak akan merasa malu belajar menulis di usia tua. Bapak lebih malu kalau punya kemampuan, namun tidak dikembangkan. Bapak malah takut dikatakan sombong karena tidak mau belajar dan berlatih menulis. Padahal saat ini sudah banyak sarana yang mendukung untuk menulis. Sungguh, bapak belajar menulis dari dan melalui kamu. Bapak mau menulis lagi kini karena kamu yang menyemangati untuk kembali mencintai dan mengakrabi kata-kata.

"Ketika kamu datang ke rumah bapak sambil membawa laptop, bapak yang belum punya laptop dan belum bisa mengoperasikannya memerhatikan betul. Lalu bapak memaksakan diri ke warnet untuk belajar menggunakan internet. Alhamdulillah, meski masih terbatas, bapak bisa memanfaatkan media tersebut dalam mencari referensi. Dan yang lebih penting, bapak sekarang lebih mencintai kata. Dan semoga kata-kata itu juga mencintai bapak."

Guru saya selanjutnya adalah Mas Gol A Gong. Beliau memiliki kemuliaan dengan kekurangannya. Beliau bertangan satu tapi malah memiliki kekuatan yang jauh melampaui orang "normal" dan berpendidikan tinggi. Sungguh, Anda orang yang patut menjadi teladan saya. Cerdas dalam mencintai, mengakrabi, dan membuat kata menjadi senjata ampuh dalam memerangi kebodohan. Anda orang yang baik budi bahasa. Anda tidak sungkan berbicara dan berbagi dengan saya waktu seminar di Pendopo Pandeglang, beberapa waktu lalu.

Terima kasih atas sekeranjang buku yang telah Bapak hadiahkan untuk saya karena saya telah menjawab apa yang Bapak tanyakan kepada saya saat itu. Sungguh, itu membuat diri saya termotivasi untuk menjadikan kegiatan menulis menjadi suatu keharusan yang dilandasi rasa ikhlas. Saya menjadikan buku Ledakkan Idemu Agar Kepalamu Nggak Meledak sebagai  pemicu saya untuk menulis saat itu pula, tidak saya tangguhkan barang sedikit pun.



3 komentar:

BISNIS ONLINE mengatakan...

Pa Tulisanya Bagus

Ranting Basah mengatakan...

Tabik, guru :)

Meicky mengatakan...

Pak, tulisannya menyentuh.Saya juga guru yang suka menulis.www.gurudanpenulis.weebly.com.Buku saya yang sudah terbit 3, banyak penerbit yang mau trima naskah pendidikan kok, Pak.

Posting Komentar