Selasa, 29 Mei 2012

MEMBANGUN MOTIVASI DENGAN SHALAT
(Jajang Suhendi,Cikedal-Pandeglang)

Inti dari keyakinan beragama, khususnya keyakinan dalam menjalankan agama Islam adalah keyakinan kita kepada Allah. Keyakinan adanya Allah sebagai Tuhan yang memimpin segalanya. Dari kepemimpinan diri sampai kepemimpinan negara tetap Allah sebagai pemimpin yang paling berkuasa melebihi kepemimpinan semua makhluk-Nya. Kepemimpinan yang mengandalkan Allah, bukan mengandalkan rasa percaya diri. Apabila sering mendengar materi motivasi yang disampaikan oleh para motivator rasanya kurang menyentuh hati kita, hal itu tentu ada yang dilupakan bahwa yang memberi motivasi yang paling ampuh adalah Allah. Motivasi dalam meningkatkan kualitas diri dan berbagai tujuan seseorang pada dasarnya Allah-lah yang Maha Sempurna.

Pada umumnya orang setelah mendengar motivasi dari seseorang yang bukan menitikberatkan Allah sebagai sumbernya, menimbulkan kesan bahwa hasil dari mendengarkan materi tersebut adalah kekuatan diri sendiri bukan kekuatan Allah yang dilimpahkan kepada kita. Ketika ditanya bagaimana hasil dari mendengar ceramah tentang motivasi kepada Anda, jawabannya “luar biasa!” bukan Insya Allah dengan proses mendengarkan tentang motivasi tersebut saya memiliki keyakinan kuat bahwa Allah memberi kekuatan kepada diri saya. Dalam berbagai hal dan kegiatan saya selalu atas bimbingan-Nya. Tanpa adanya bimbingan Allah, maka saya tidak mungkin mampu berbuat sebaik ini. Kebanyakan malah berbicara “saya percaya diri dengan materi motivasi yang telah saya dengar!”

Memang yang dibicarakan adanya sandaran kepada Allah dalam pembicaraan para motivator tersebut, tetapi ada hal yang tersirat bukanlah Allah yang menjadi fokus. Mereka terfokus pada kekuatan upaya kita sebagai makhluk-Nya. Bukanlah upaya yang menjadi tolak ukur, tetapi kekuatan kekuasaan Allah yang diberikan kepada kita. Apa yang menjadikan Allah memberikan kekuatan kepada diri kita? Upaya pendekatan kita kepada Allah dengan pelaksanaan atas apa yang diwajibkan untuk dikerjakan kita. Dan kita mampu meninggalkan seluruh apa yang dilarang-Nya. Kita tentu akan terbius dengan kata-kata yang memposisikan diri sebagai sumber kekuatan, baik secara fisik maupun non pisik dalam melakukan upaya. Oleh karena itu tidak sedikit orang telah sering mendengar ceramah motivasi tanpa perubahan yang mendasar pada dirinya. Dalam hubungannya dengan tingkat kualitas diri dengan segala aspeknya.

Kata-kata “sekarang kemampuan saya sungguh luar biasa setelah banyak mendengar cerita motivasi dari Pak Anu!” Kata-kata tersebut sungguh terlalu berlebihan karena sifatnya membanggakan diri sendiri. Yang luar biasa itu siapa? Kita sebagai manusia ataukah Allah? Secara tidak langsung kata-kata tersebut hanyalah sebagai sarana motivasi saja, tetapi apabila kita tanpa memperdalam materi keyakinan beragama Islam bisa lupa diri bahwa yang luar biasa itu Allah. Seolah-olah kekuatan mental maupun fisiknya itu mengandalkan kekuatan diri, bukan kekuatan Allah. Mengandalkan kekuatan diri sebenarnya sangat terbatas, sebatas diri kita sendiri.

Inti kepemimpinan spiritual adalah membangkitkan kekuatan Allah dan menghilangkan kekuatan dalam diri. Membangkitkan kekuatan diri dengan kata-kata positif, seolah-olah kita bermain-main dengan kata-kata belaka tidak mendasar pada inti permasalahan bahwa kata-kata positif cumah sarana yang membuat manusia berpikiran positif dan berperasaan optimis. Bukan penentu yang sebenarnya, yang menjadi penentu semangat dan kualitas hidup hanyalah keberadaan Allah. Allah sebagai sumber segalanya termasuk sumber yang membangkitkan semangat dalam kinerja dan menjalani eksistensi diri di muka bumi ini. Pendekatan kepada Allah dalam segala urusan merupakan kekuatan yang lebih efektif. Merupakan jalan tool yang sangat efektif untuk membangkitkan kualitas spiritual kita hanyalah dengan melakukan shalat, doa, dzikir, dan membaca Al-Qur’an.

Shalat memberikan dampak paling besar dalam membangkitkan kekuatan apa saja. Termasuk membangkitkan kekuatan dalam keyakinan untuk memimpin diri sendiri atau memimpin suatu organisasi dan perusahaan. Shalat dilakukan secara berulang-ulang yang menjadikan bahan pemicu dan sarana untuk meningkatkan kekuatan spiritual. Mudah-mudah dengan adanya kesadaran bahwa shalat yang ada di dalam ajaran Islam tidak lagi dihiraukan. Dengan pemahaman akan pentingnya shalat dalam upaya meningkatkan kekuatan diri diharapkan kita tidak menganggap tidak penting akan shalat tersebut. Orang-orang tidak ramai lagi mengutamakan meditasi sebagai sarana penyembuhan, solusi ketenangan, dan sarana perbaikan diri secara fisik maupun secara mental. Diharapkan orang tidak beralih dari ajaran Islam yang kaya akan berbagai solusi kehidupan ini ke sarana lain yang memfokuskan pada selain kepada Allah.


0 komentar:

Posting Komentar