Minggu, 26 Agustus 2012

JALAN SETAPAK Seorang Pejalan Sunyi di Jalan Setapak

Sumber: djuni.wordpress.com/2007/12/22/menulis-buku-harian/ Pengumpan: Tulisan Komentar « Daftar Perlengkapan Mendaki Gunung Komunikasi dan Kepribadian » Menulis Buku Harian 22 Desember 2007 oleh djuni diaryJudul buku: Dunia Karang Mengarang Seri X Tahun 1988, sub bab: “Segi-Segi Penulisan Buku Catatan Harian Gaya Baru“ Penulis: The Liang Gie Penerbit: - Tahun terbit: 1988 Buku Harian Tertarik benar saya dengan uraian The Liang Gie tentang “Buku Harian Gaya Baru”. Buku harian dapat untuk mencatat berbagai rencana belajar, rencana kerja atau rencana pengembangan diri. Pada awal bulan dicatat sesuatu rencana jangka pendek yang ingin diselesaikan pada bulan itu. Untuk rencana jangka panjang biasanya dicatat pada awal tahun untuk dicapai dalam tahun itu atau sampai tahun berikutnya. Pada akhir bulan dan tahun yang bersangkutan dicatat keberhasilan atau kegagalan rencana itu (evaluasi pribadi). Dari waktu ke waktu secara bertahap biasanya dicatat pula kemajuan pribadi yang dapat dicapai. Proses jatuh bangun dalam sesuatu usaha, harapan-harapan yang didambakan di masa mendatang, kehidupan keluarga, peristiwa-peristiwa sehari-hari, dan lain-lain. Bentuk-bentuk pengungkapan diri dalam buku harian (menurut Tristine Rainer, 1978) antara lain: Tulisan lepas perasaan (catharsis): dilakukan di bawah tekanan perasaan sangat intesif yang membutuhkan penyaluran ke luar, mis: marah, sedih, gembira, dll. Pelukisan (description): deskripsi pengalaman yang sangat berkesan atau mengenai apa pun juga. Harus dipilih hal-hal yang dilukiskan sebaik-baiknya, yang lain-lainnya dapat diabaikan. Tulisan ilham bebas (free intuitive writing): bersumber pada dari lubuk batin atau alam bawah sadar. “Capailah keadaan pikiran yang paling pasif atau paling penerima yang mungkin. Lupakan kecenderungan pikiran anda, bakat-bakat anda dan dari setiap orang lainnya …. Tulislah secara cepat tanpa pokok soal yang dibayangkan di muka, demikian cepat sehingga anda tidak menahan sesuatu apa pun dan anda tidak terbujuk untuk membaca ulang. Teruskan selama anda suka.” Perenungan (reflection): dapat juga disebut pengamatan diri atau permenungan, yaitu pengamatan terhadap proses kehidupan dari diri sendiri. Biasanya yang dipakai adalah metode bertanya terhadap diri sendiri berupa pertanyaan refleksi diri. Dengan mempergunakan kata anda untuk bertanya kepada diri sendiri dalam diary, seseorang membuat jarak psikologis untuk dapat meninjau diri sendiri dari sudut lain. Misal: Apa sebenarnya yang anda inginkan? Teknik-teknik khusus dalam penulisan buku harian (menurut Tristine Rainer, 1978) antara lain: Daftar(list): catatan daftar urut yang memuat rincian dari peristiwa atau kesan yang dialami. Gambaran (potrait): teknik pemerian apa saja, sebuah pengalaman, seseorang, suatu benda atau bahkan suatu keinginan. Peta kesadaran (map of conciousness): merupakan coreta-coretan gambar bebas atau grafik untuk mengungkapkan apa yang berada dalam pikiran seseorang. Khayalan terarah (guideed imagery): serupa dengan tulisan ilham bebas berdasarkan suasana santai dan pembebasan pikiran dari pengendalian yang sadar. Disini ditekankan agar seseorang memilih citra-citra yang mengasuh diri sendiri. Dalam bentuk sederhana, mis: meditasi terhadap suasana keluaasan ideal yang mencerminkan ketenangan dan keindahan. Sudut pandangan dibalik (altered point of view): menempatkan diri sebagai orang lain atau dengan mengubah orang lain itu menjadi “aku” untuk memaklumi pandangan atau motivasi orang lain. Surat tak dikirim (unsent letter): dipergunakan untuk mengatasi hukum ruang dan waktu, ditujukan kepada siapa saja dan dimana saja. Percakapan (dialogue): dipergunakan untuk membantu memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai seseorang, suatu peristiwa atau sebuah persoalan. Asas penulisan buku harian, antara lain: Menulis secara serta merta. Menulis secara jujur. Menulis secara mendalam. Menulis secara tepat. “Tulislah cepat, tulislah segala sesuatu, masukkan segala sesuatu, tulislah dari perasaan anda, tulislah dari tubuh anda, terimalah apa saja yang tiba.” — Tristine Rainer – Dikutip dari catatan harian pada hari Minggu, 12 Maret 1989 , satu hari menjelang puasa Ramadhan. Suka Be the first to like this. Ditulis dalam buku, menulis, ulasan-buku | 4 Komentar 4 Tanggapan pada 23 Desember 2007 pada 02:04 | Balas masboi wah, ternyata menulis buku harian, ada panduannya to. dulu ketika sma, saya senang baca-baca bukunya the liang gie. pak djuni punya koleksinya? pada 23 Desember 2007 pada 07:56 | Balas djuni # masboi: wah, ternyata menulis buku harian, ada panduannya to# Ada cukup banyak buku mengenai bagaimana cara menulis bebas model buku harian ini, mis: (1) Natalie Goldberg, Alirkan Jati Dirimu: Esai-Esai Ringan untuk Meruntuhkan Tembok-Kemalasan Menulis. Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2005, 268 hal. (2) Caryn Mirriam Goldberg, Daripada Bete Nulis Aja!: Panduan Nulis Asyik di Mana Saja, Kapan Saja, Jadi Penulis Beken pun Bisa. Bandung: Kaifa, 2005, 231 hal. Kedua buku itu bisa didbeli di toko buku Gramedia atau Shopping Center di Jogja. # masboi: dulu ketika sma, saya senang baca-baca bukunya the liang gie. pak djuni punya koleksinya?# Wah buku The Liang Gie sudah hilang entah kemana. Catatan di atas saja saya dapatkan kembali dari buku harian berdebu ketika saya mempraktikkan metode itu pada tahun 1989. pada 16 Januari 2008 pada 14:15 | Balas Penulis Indonesia Kabar gembira!! Buat yang suka nulis-nulis, buat penulis muda, buat para blogger, buat temen2 yg hobi nulis tapi belum bisa buat buku, belum percaya diri, sekarang sudah ada medianya, Penulis-Indonesia.com, kayak Friendster tapi khusus buat yang hobi nulis, penulis, pujangga, penulis naskah, blogger… fasilitasnya juga cukup oke, lengkap dgn alamat pribadi untuk profil, blog, dan album…ada chatnya juga loh :) Baru dibuka 1 Januari 2008 lalu, skrg membernya sudah 300an :) rame buanget loohh aktifitasnya!! Cepetan gabung ya :) di sini alamatnya : Penulis-Indonesia.com atau tanpa tanda - PenulisIndonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar