Rabu, 29 Agustus 2012

(Sebenarnya) Penulis Adalah Guru OPINI | 28 September 2011 | 08:59 233 36 2 dari 6 Kompasianer menilai inspiratif

Sumber: edukasi.kompasiana.com/2011/09/.../sebenarnya-penulis-adalah-guru.. Marilah kita berusaha menjadi penulis dan atau guru yang baik seraya mengajak siswa dan atau pembaca ke arah kebaikan melalui ucapan dan atau tulisan. Guru yang ideal dan atau profesional akan melaksanakan tugas dengan berpedoman pada tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Ada lima tupoksi yang mesti dilakukan guru sebelum, ketika, dan setelah melaksanakan pengajaran. Kelimanya adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, melakukan remedial, dan melaksanakan program pengayaan. Jika direnungkan dengan pikiran yang jernih, ternyata penulis juga perlu menempatkan profesinya sebagai guru. Mengapa demikian? Karena penulis dan guru memiki banyak kesamaan. Di samping menyampaikan ilmu, penulis pun perlu melakukan kelima tupoksi sebagaimana guru. Bagaimanakah kita melakukannya? Merencanakan Kepenulisan Sebaiknya penulis tidak memaksanakan diri untuk menulis jika hati sedang galau dan atau emosi tidak berkestabilan. Sebaiknya penulis menyusun rencana tulisan agar dapat menjadi refleksi pemikiran penulisnya. Oleh karena itu, tentu lebih bijak jika penulis memertimbangkan aspek profesionalitas dan proporsionalitas. Sebaiknya penulis merencanakan tulisan berdasarkan profesinya. Selain itu, sebaiknya penulis memertimbangkan proporsionalitas tulisan agar tulisannya berisi kajian yang mudah dipahami pembaca. inilah yang sering tidak dilakukan penulis. Melaksanakan Kepenulisan Ketika ide dan atau gagasan sudah terlahir, sebaiknya tulisannya dijaga. Penulis hendaknya menuliskan sesuatu yang baik. Guru mesti dapat digugu dan ditiru (dipercaya dan diteladani). Ketika menuliskan sesuatu, hendaknya penulis memerhatikan aspek kesantunan, keprofesionalan, dan atau kebermanfaatan. Alangkah baiknya penulis itu jika mampu melakukannya. Melakukan Evaluasi Setiap tulisan tentu akan dibaca banyak orang. Ketika tulisan dibaca, tentunya pembaca akan bereaksi: positif dan negative. Jika reaksi itu bernilai positif, penulis mungkin tak perlu berbesa hati seraya menyombongkan diri. Namun, penulis perlu mengevaluasi diri jika tulisannya berdampak buruk. Ada apa dengan tulisanku? Mengapa pembaca bereaksi negatif? Maka, introspeksi adalah sarana evaluasi yang perlu dilakukan penulis. Melakukan Remidial Kegiatan perbaikan perlu dilakukan penulis. Perbaikan atau remedial dapat dilakukan terhadap karakteristik tulisan. “Kapan pembacaku menyukai tulisanku?” tanyanya dalam hatinya. Jadi, kegiatan perbaikan dalam dilakukan seraya menimbang dan memerhatikan masukan-masukan dari penilaian pembaca. Teramat disayangkan jika penulis tidak memedulikan kegiatan remedial. Ia akan dijauhi pembaca karena karakter tulisannya awut-awutan dan tidak berkarakter. Melakukan Pengayaan Penulis Adalah Pembaca yang Baik: slogan itu harus dimiliki setiap penulis. Penulis perlu memerkaya khazanah tulisannya agar pembaca tidak jenuh. Kegiatan pengayaan dapat dilakukan dengan gemar membaca, berdiskusi, dan juga rekreasi. Penulis perlu mengaktualisasikan isi tulisannya agar pembaca dapat memperoleh kebermanfaatan dari isi tulisannya. Oleh karena itu, penulis tentu akan memertimbangkan aspek itu sebelum menulis. Jadi, benarlah bahwa penulis adalah guru. Penulis akan mengajarkan etika kepada pembaca seraya memberikan warna tulisannya dengan warna-warna nan menarik. Warna-warna yang menyilaukan mata pembaca sehingga pembaca seakan tidak berkedip ketika membaca tulisannya. Tentunya menjadi penulis yang demikian perlu waktu. Namun, berapa lama Anda dapat menjadi penulis yang demikian? Semua kembali kepada diri.

0 komentar:

Posting Komentar