Sabtu, 25 Agustus 2012

MENULIS BUKU HARIAN

Sumber: www.srcm.org/centers/as/id/MENULIS.htm Kita diminta untuk memelihara buku harian. Setiap abhyasi harus memelihara sebuah buku harian, dan mencatat didalamnya dalam dua cara. Pertama adalah untuk segera mencatat setelah setiap sitting apa yang kamu rasakan selama sitting, pengalaman-pengalaman apa yang kamu miliki. Sitting bagi diri sendiri, memberikan sittings, kedua-duanya. Satunya lagi adalah mencatat perubahan-perubahan umum didalam dirimu yang kamu rasakan. Berkurangnya kemarahan, kurangnya pertengkaran dengan isteri, hal-hal seperti demikian. Apapun yang kamu rasakan sebagai kaitan dengan perkembangan spiritualmu harus dicatat. Dan persoalan yang selalu ada apakah mulai menulis buku harian atau menghindari menulis thesis setelah setiap sitting. Keduanya ekstrim. Sesuatu yang sulit memutuskan, apa yang harus ditulis dan apa yang tidak harus ditulis. Semuanya yang kamu ingin tuliskan, beberapa diantaranya tidak dapat disebutkan, maksud saya benar-benar tidak dapat dituliskan. Siapa menginginkan jiwanya ada di dalam sebuah buku harian dimana seseorang mungkin membacanya ? Jadi saya sangat, sangat hati-hati dengan buku harian saya. Hanya menuliskan sesuatu di kertas dimana setiap orang dapat membacanya, dan oleh karenanya menjadi lemah, isinya tidak berbahaya. Bahkan tidak bernilai untuk dibaca, atau dibaca kembali, bahkan oleh diri saya sendiri. Jadi ketika volume pertama dari buku harian saya dipublikasikan kamu menemukan isinya catatan-catatan dari percakapan dan diskusi dengan orang-orang yang berkepribadian terkenal dalam misi ini, pada saat itu Dr. Varadachari dan orang-orang seperti itu. Tidak banyak mengenai perkembangan spiritual saya, pengalaman-pengalaman spiritual saya, tepatnya disebabkan karena alasan ini, haruskah kita mengatakan sifat mudah terluka kepada dunia luar. Tetapi kemudian, dalam arena spiritual seseorang harus benar-benar jujur kepada dirinya sendiri. Karena siapa yang harus kita takutkan saat kita mulai menulis sebuah buku harian ? Kita takut bahwa kita akan dikritik, seseorang akan menudingkan jarinya kepada kita, dan berkata, “aha, kamu rupanya seperti ini.” Jadi selama kita terus menerus takut kepada diri kita sendiri, atau perubahan dengan pendapat bahwa saya bertanggung jawab terhadap diri saya sendiri, kita tidak akan mampu untuk memelihara sebuah buku harian seperti yang harus kita pelihara. Jujurlah ! Karena kita menghargai pendapat orang lain seperti menyatakan apa yang kita pikirkan tentang kita sendiri. Pada akhirnya ini adalah yang kita pikirkan tentang kita sendiri, itulah keadaannya. Tidak ada orang yang sedikitpun perduli dengan apa yang orang lain pikir tentang kita. Ini menyakitkan ketika mereka berkata jangan memperkuat apa yang kita pikir tentang diri kita sendiri. Oleh karenanya kita menghindari menulis buku harian. Semua alasan-alasan tentang tidak mempunyai waktu, tidak tahu apa yang akan ditulis, semua ini alasan yang berliku-liku bagi orang yang membodohi dirinya sendiri. Sekarang jika kamu menghargai pendapat Mastermu tentang dirimu maka tidak akan ada persoalan dalam menulis segalanya di dalam buku harian apa yang kamu rasakan atau alami, karena apakah kamu menulisnya atau tidak, Dia mengetahuinya. Dan pada akhirnya, kamu diminta untuk menunjukkan buku harianmu hanya kepada Mastermu. Saya bertanya kepada Babuji, “apa yang harus kita masukkan di dalam buku harian?” Tentu saja dengan keluguan dan kejujurannya, Dia berkata, “Semua yang kamu lihat.” Saya berkata, “Semua yang saya lihat tentang apa?” Dia berkata (tertawa), “Tentang dirimu sendiri.” Sehingga saya berkata, “Babuji, itulah kesulitannya.” Dia berkata, “Tahukah kamu, kita tidak harus menyembunyikan sesuatu dari diri kita sendiri.” Oleh karena itu, kenyataan dasar yang perlu kita cari atau kita harus miliki saat kita merencanakan untuk menulis buku harian kita adalah ketidak takutan. “Ya ! Saya sudah melakukannya. Jadi kenapa ? Lihat di dalam halaman yang berikutnya bahwa saya sudah bangkit sedikit lebih unggul dari itu. Lihat pada halaman ketiga bahwa saya sekarang sudah sedikit lebih baik dari itu.” Lihat, ini seperti fondasi dari sebuah rumah. Kita harus menggali sebuah fondasi, menampakkan banyak lumpur kotor, batu-batu, kerikil, buat jalan beton yang cantik dan kemudian bangun rumah di atasnya. Tentu saja, fondasinya ditutupi setelah itu. Tetapi dalam kehidupan moral, ini justru pembukaan dari kesalahan seseorang, kelemahan, kedunguan yang memuncak dalam sebuah pencarian spiritual atas perintah tertinggi dalam cahaya pancaran suci yang menunjukkan bagaimana kamu dapat memulai dan bagaimana kamu dapat mengakhiri dalam pencarian spiritualmu. Sekarang jika itu bukan catatan rentetan kejadian-kejadian, orang tidak akan mengerti bahwa bahkan pendosapun mempunyai sebuah kesempatan. Bahkan pendosa-pendosa yang paling tercelapun mempunyai kesempatan, pembunuh mempunyai kesempatan, pemerkosa mempunyai kesempatan. Jadi ini tidaklah dengan maksud untuk, yang kita katakan, sebuah bujukan untuk membesar-besarkan kegagalan seseorang dengan menulis semua ini di dalam buku harian kita, tetapi untuk mengatakan, “Lihat ! Saya dulu begini, sekarang saya menjadi begini ! Kamu juga dapat menjadi seperti ini. Jangan khawatir tentang siapa dirimu dahulu. Khawatirlah kamu harus menjadi apa.” Buat sebuah catatan rentetan kejadian-kejadian dengan sepenuhnya jujur, sehingga bukan hanya kamu hari ini akan mendapat keuntungan dari riwayat hidup saya, melihat bahwa saya telah menjadi manusia, melihat saya mempunyai semua kelemahan-kelemahan manusia, dulu mempunyai kelemahan-kelemahan manusia, tetapi sekarang dengan bantuan dari Master memungkinkan saya untuk menjadi seperti apa yang saya saat ini menjadi. Tentu saja kamu tidak berbeda dengan saya. Pada dasarnya sebagai manusia, pada tingkat dasar kehidupan manusia, kita semua adalah sama. Ada apa yang membuat saya dapat melakukan yang berbeda dengan orang lain ? Jadi, apa yang seorang penulis biografi tidak dapat mencapainya, seorang penulis riwayat hidupnya sendiri dapat mencapainya untuk dirinya sendiri dan anak cucunya. Dia membuat sebuah surat wasiat yang benar-benar jujur tentang kehidupannya, dan ketika kami meminta kamu semua untuk memelihara buku harianmu, pada dasarnya tidak dengan ketakutan sebelumnya, keberanian bahwa, “Saya telah melakukannya. Ya ! Jadi kamu mendapatkannya dan demikian pula keturunanmu, generasi yang akan datang, karena permulaan selalu dalam lumpur dan kotoran.” Kamu tahu, ketika kamu menanam sebutir biji, biji itu di dalam lumpur dan kotoran. Tetapi ketika pohon tumbuh, dia ada di angkasa. Ketika bunga mekar, keharumannya, seperti orang Upanishad mengatakannya, “Bagaimana kamu akan mengetahui seorang yang baik, seorang yang mulia, jiwa yang suci ? Yatra vrukshasya samput pushpatasya doorgyam teva -- seperti kamu mengetahui dimana ada pohon, hanya dengan mengikuti hidungmu, mencium dari arahmu kepadanya melalui keharumannya, dan disanalah, pohonnya.” Jadi kami tidak menginginkan informasi apa-apa. Apa yang kami inginkan adalah catatan tentang apa yang kamu rasakan selama meditasi dan perubahan-perubahan yang kamu rasa di dalam dirimu sesudahnya -- selama hari itu, atau selama suatu periode waktu, selama seminggu --- kapan saja. Untuk bimbingan, mohon hubungkan dengan riwayat hidup Master volume I. Tidak ada yang berlebih-lebihan, karena kamu mendapatkan Master sangat sering menulis, “Tidak ada perubahan yang dirasa.” Saya bertanya kepadanya juga, saya menulis kepada Dia dan berkata, “Mengapa kamu meminta saya untuk mencetak ini -- ‘Tidak ada apa-apa yang dirasa. Tidak ada perubahan yang dirasa. Hari demi hari ?” Tahukah kamu, ini kelihatanya membuang-buang kertas. Tetapi Dia menulis kembali dan berkata, “Ini menunjukkan saya telah memeriksa diri saya sendiri.” Dan ini sesuatu yang sangat benar. Karena sangat sering kita mengetahui ada perubahan-perubahan di dalam diri kita sendiri dan kita tidak memperhatikannya. Jadi inilah keperluan untuk mengamati diri sendiri itulah yang paling penting dalam memelihara buku harian. Satu maksud menulis buku harian adalah untuk menulis apa yang telah kamu rasa dan melupakannya. Sayangnya kamu tidak menulis, tetapi mengingatnya sepanjang waktu ! Jadi kamu lihat, jika kita menulis dan melupakannya, catatan itu masih ada. Saya dapat membandingkan setelah dua tahun. Seperti seseorang yang mendaki gunung, melihat hanya kedepan. Dan ketika dia tepat di puncak, dia dapat melihat kebawah dan melihat semua yang mengerikan, tikungan-tikungan yang berbahaya, jurang dan celah, dan jurang terjal yang dilewati saat dia datang. Jika kamu melihatnya kesana maka, kamu mungkin akan sudah meninggalkan jalanmu sendiri. “Aaah ! Selesailah ! Dari catatan harian misi ... Sebuah catatan harian bukanlah semata-mata sebuah buku dimana kita menuliskan pikiran-pikiran kita dan aktivitas kita sehari-hari. Hal ini tidak perlu diragukan, tetapi ini juga merupakan catatan kemajuan dan perkembangan dari seseorang yang terus menerus bertambah. Sifat yang perlahan-lahan berkembang menjadi bukti dan nampak jelas bagi orang yang memelihara buku harian hanya jika buku tersebut dibaca kembali setelah setahun atau lebih. Ketika seseorang mendaki sebuah gunung, orang hampir tidak dapat melihat jalanan apakah di atas atau di bawah, karena jalanan yang berliku-liku dan berbelok-belok. Tetapi ketika seseorang tiba pada ketinggian yang cukup, orang dapat menoleh kebelakang dan melihat jalan yang berliku-liku dimana dia datang. Hasilnya kita memperoleh pengertian dan pengetahuan yang sebenarnya atas pertumbuhan kita dengan memelihara buku harian. Sebuah buku harian harus untuk mencatat kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran yang benar, tidak menyimpang dengan dibesar-besarkan dan harus lengkap tanpa meringkas-ringkas apa yang ada. Kenyataannya, ini harus merupakan catatan yang terus terang dan terbuka tanpa sesuatu yang disembunyikan dan dihilang-hilangkan dari konteksnya. Catatan seperti itu membuat mudah bagi orang untuk melihat kedalam dirinya dengan kejujuran yang mutlak, dimana penilaian kondisi atas diri sendiri menjadi sederhana dan mudah, dan seseorang juga dapat perlahan-lahan mulai menerima dirinya sendiri sebagaimana adanya tanpa merasa malu atau bersalah. Bersamaan dengan itu, orang mampu untuk melakukan tindakan perbaikan melalui Kebesaran Master dan metode yang sudah tersedia bagi kita. Oleh karenanya sebuah buku harian adalah dokumen pribadi yang penting yang dapat, jika dipelihara dengan pantas dan teratur, menjadi alat yang sangat berguna dalam penilaian diri sendiri, dan perkembangan seseorang. Keistimewaan lebih jauh dari sebuah buku harian adalah buku harian abhyasi yang telah berkembang dengan baik di jalurnya dapat juga menjadi catatan-catatan referensi bagi abhyasi lainnya, dan dengan demikian membantu mereka berada di jalurnya juga. Oleh karena itu saya berdoa agar semua abhyasi mempunyai kebijaksanaan seperlunya untuk memelihara buku harian secara teratur dan cermat.

0 komentar:

Posting Komentar