Senin, 10 September 2012

3 Cara Ampuh Menuju Sukses

dokternasir.web.id/.../perubahan-itu-bermula-dari-diri.html Topik ini sebenarnya sudah terlintas di kepala sejak lima hari yang lalu waktu dengerin radio Dakta sepanjang perjalanan pulang kantor, dan ingin segera saya posting di sini, sekedar untuk disharingkan dengan teman-teman pengunjung setia namun saat itu masih terlalu disibukkan oleh hal lain. Akhirnya kesempatan itu datang… Saat itu dibacakan sebuah hikmah yang jelas patut untuk direnungkan. Hikmah itu sendiri disarikan dari kitab suci Al-Quran, tentang bagaimana sebenarnya manusia itu bisa mencapai kesuksesan hidup di dunia hingga di akhirat, disamping selalu rajin membaca doa sapu jagat, ada lagi cara ampuh yang pasti bisa dilakukan oleh manusia sebagai makhluk yang selalu dinamis. Setidaknya ada 3 (tiga) cara ampuh yang bisa dilakukan : Yang pertama, kita perlu punya iman. Mungkin banyak orang yang sepele dengan hal ini, karena setiap manusia yang beragama mungkin juga beriman. Muslim misalnya, seseorang dikatakan muslim setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, demikian pula agama lain. Namun tahukah Anda bahwa sebenarnya syahadat itu tidak hanya untuk diucapkan, tetapi mengandung makna “mengimani” atau “meyakini”. Disini maksudnya iman itu. Seorang muslim jika ingin dikatakan sudah beriman, maka parameternya adalah sudah sejauh mana dia meyakini inti dari syahadatnya, inti dari apa yang harus diimaninya. Jika dia yakin 100% dengan ke-Islam-annya dan keimanannya, maka akan dengan mudah menjalankan ritual ibadah dan segala anjuran agamanya, tanpa terasa dipaksa, karena dia yakin pada apa yang diimaninya. Begitu pula dalam hal pekerjaan atau usaha atau bisnis, yakinkah kita dengan apa yang sedang dijalani? untuk apa kita bekerja? untuk apa kita berusaha? untuk apa kita berbisnis? Keyakinan yang ditanamkan akan membuahkan kesadaran tinggi untuk melakukan segala hal yang bisa membuat bisnis, pekerjaan, atau usahanya agar berhasil atau mencapai sukses. Iman sama dengan motivasi, motivasi untuk bertindak dan berbuat. Jika seseorang beriman atau meyakini dengan sebenar-benarnya, maka segala impian dan harapan yang sudah diyakini dapat terwujud akan sekuat tenaga dikejar dan dicapai. Sehingga sudah pasti keberhasilan atau kesuksesan akan diraih, baik di dunia maupun di akhirat, bergantung dari apa yang diyakininya. Yang kedua, untuk berhasil kita perlu hijrah. Hijrah berarti pindah, atau berubah. Ingat kisah Nabi Muhammad SAW yang tidak berhasil mengembangkan dakwah Islam di Mekkah pada awalnya, kemudian dititahkan untuk hijrah ke kota lain seperti Thaif, Habasyah, Yaman, lalu Madinah. Akhirnya beliau sukses mengembangkan Islam di Madinah. Semuanya berawal dari perintah hijrah. Ternyata Nabi sangat manusiawi, yang tidak hanya berharap kehidupan dan langkah dakwahnya berubah berhasil cukup dengan berdoa saja, cukup sekedar yakin saja. Hijrah adalah bagian dari strategi kesuksesan. Mungkin di satu tempat kita tidak bisa berkembang, kita hanya mengalami stagnansi atau diam di tempat, gaji yang tidak naik-naik, tidak ada perkembangan karir, usaha yang selalu bangkrut atau merugi terus. Jika terjadi hal demikian, maka yang harus dilakukan ya…hijrah atau berubah atau pindah mencari cara lain. Hijrah juga berarti mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu, dari cara pandang negatif menjadi positif. Terkadang kita sudah terlanjur terperosok pada kondisi nyaman, atau masuk ke zona nyaman (comfort zone), yaitu suatu kondisi dimana kita sama sekali sudah betah dan tidak berniat melakukan perubahan pada diri sendiri. Tidak punya harapan atau keinginan yang lebih tinggi lagi, sehingga mati berinovasi atau istilah kerennya…mati gaya. Padahal manusia sendiri adalah makhluk dinamis yang masih memungkinkan untuk berubah dan mencapai kesuksesan yang lebih besar dibanding sebelumnya. Hasrat untuk meraih kesuksesan akhirnya harus terpendam karena tidak punya hasrat untuk mencoba keluar dari zona nyaman untuk mencoba cara-cara lain yang mungkin bisa meningkatkan kemampuan diri sehingga untuk mencapai kesuksesan pun lebih mudah. Seperti halnya Rasulullah yang mencoba cara lain agar Islam ini bukan hanya bertahan, tetapi juga mampu berkembang secara mendunia. Bukankah cara beliau ini merupakan trik jitu untuk bisa diterapkan di dalam kehidupan kita? Bahwa untuk mencapai sukses pasti ada jalanan berliku, sehingga kita perlu mencoba cara baru agar bisa melalui jalan berliku itu, baik berupa mengubah cara pandang maupun strategi perjalanan. Cara baru itulah yang disebut sebagai hijrah. Yang ketiga, kita perlu jihad. Banyak orang yang merasa alergi dengan ungkapan jihad ini, bahkan beberapa negara yang berbasis liberalis berupaya menghapuskan kata-kata jihad dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam berbagai pelajaran sekolah, karena kata jihad dianggap memiliki konotasi yang destruktif (mereka yang trauma dengan penyerangan berbau terorisme, yang dikatakan berasal dari negara Muslim). Banyak orang yang berpikir, apakah jihad itu berarti kita perang? Pertanyaan ini memang kerap dilontarkan oleh sejumlah orang, orang-orang yang belum memahami pengertian jihad secara harfiah atau maknawi. Pikiran mereka terlanjur terpola dengan gerakan-gerakan separatisme yang konon dikatakan jihad, yang nanti ujungnya adalah terjadinya peperangan atau adu tembak dan atau bom bunuh diri. Terlalu naif sekali paradigma ini. Padahal jihad itu sendiri bermakna berjuang atau perjuangan, sedangkan orang yang berjuang disebut mujahid. Nah, lalu apa korelasinya dengan pembicaraan kita kali ini? Balik lagi ke kisah perjuangan Nabi Muhammad, dulu untuk mempertahankan kejayaan Islam dari ancaman orang-orang kafir adalah dengan memerangi orang kafir. Namun tahukah Anda, apa yang dikatakan Nabi usai perang Badar (perang paling dahsyat pada zaman Nabi ketika umat Islam yang berjumlah 300 orang menang melawan kafir 1000 orang) ketika ditanya sahabat, “Inikah jihad akbar (besar)?” Nabi berkata bahwa ada jihad yang lebih besar lagi yaitu jihad melawan hawa nafsu. Disini jihad diartikan dengan perjuangan melawan hawa nafsu. Hawa nafsu adalah sama dengan ego, ego yang biasanya selalu mencari zona nyaman untuk disinggahi dan bercokol disana. Ketika ego singgah di zona nyaman, atau hawa nafsu mulai hinggap tanpa bisa dikendalikan, saat itulah kekuatan jihad atau kekuatan untuk bangkit berjuang mulai terkikis dan akhirnya lenyap. Jihad disini diartikan sebagai perjuangan atas tindakan atau action yang sudah dilakukan ketika kita memutuskan berhijrah. Ketika kita sudah meyakini sesuatu yang bisa membawa kita menuju sukses, kita sudah menemukan impian yang bisa memotivasi kehidupan kita, kemudian kita siap berhijrah atau berkesimpulan bahwa untuk meraih impian yang kita yakini itu hanya dengan berhijrah atau pindah dengan cara baru, maka langkah terakhir adalah action atau bertindak. Namun tindakan ini pun belum cukup, karena masih banyak tantangan yang harus dihadapi, baik itu godaan dari lingkungan sekitar, keluarga, bahkan dari diri sendiri seperti munculnya rasa malas, maupun berjuta alasan yang masih dicari-cari. Untuk melakukan tindakan itu sendiri dibutuhkan kekuatan jihad atau kekuatan perjuangan. Hal ini yang perlu ditumbuhkembangkan setelah kita mengambil suatu keputusan untuk berubah menuju sukses. Kesimpulannya, untuk meraih kesuksesan dalam hidup diperlukan keimanan atau keyakinan atas impian yang ingin kita capai dan usaha yang kita lakukan, setelah itu tentukan keputusan apakah jalan yang sedang kita lalui dapat membawa kita pada kesuksesan atau dibutuhkan perubahan (karena kalo mau sukses tetap harus berubah, berubah mindset atau cara pandang), langkah berikutnya adalah segera ambil tindakan dan perjuangkan impian hingga segala keinginannya sukses tercapai. Nah, bagaimana dengan Anda? jika ada yang punya cara lain menuju sukses, mari berbagi disini. Salam sukses selalu…

0 komentar:

Posting Komentar