Kamis, 06 September 2012

Menulis dan Kesehatan

Sumber: lifestyle.kompasiana.com/catatan/.../menulis-dan-kesehatan/ “Orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memberi kekuatan positif pada tubuh kita. Dengan memahami ini, maka menulis bisa menjadi kekuatan dan sebuah tulisan bisa menjadi kekuatan bagi penulis bahkan pembacanya” (Dr. James W. Pennebaker) Awalnya aku hanya terkesan dengan bacaan dalam buku “Happy Writing” karya Andrias Harefa yang menyatakan soal “Menulis Itu Menyembuhkan” dan “Menulis Untuk Menyembuhkan” serta “Menulis Bikin Cantik”. Dari ketiga tulisan itu menyatakan hubungan antara menulis dan kesehatan. Selaku mahasiswa yang sekarang sedang belajar di bidang kesehatan, aku tertarik antara kaitan menulis dan kesehatan. Memang secara utuh hubungan antara menulis dan kesehatan lebih ke arah psikologi. Dan aku yang menjadi mahasiswa yang kuliah di jurusan gizi tetap merasa tertarik ketika membahas tentang hal ini. Selain itu hubungan menulis dan kesehatan pernah aku baca dalam tulisan salah satu dosenku yang dalam tulisannya tentang “Menulis Menciptakan Ruang Eksistensi Nyata” dalam tulisannya dosenku juga menjelaskan dalam bagian “Menulis Membantu Mencapai Transformasi Pribadi” menyatakan ada sebuah artikel bagus dari Kompas Cyberc Media. Artikel itu membahas tentang manfaat lain dari menulis. Menulis selain dapat membuat seseorang mencapai transformasi pribadi, ternyata menulis juga adalah kesembuhan ! Selain itu dalam kutipan awalnya adalah “Tulisan terutama yang berisi ungkapan hati, bagi penulisnya sendiri memiliki potensi besar dalam menyembuhkan ketidakseimbangan emosi. Bahkan, bisa juga meredam gejala-gejala yang muncul akibat penyakit kronis” (James W. Pennebaker, Psikolog dari University of Texas di Austin, Amerika Serikat). Selanjutnya aku juga mencoba mencari tambahan refrensi tentang menulis dan kesehatan dan ternyata yang aku dapatkan cukup banyak yang telah kaitkan antara menulis dan kesehatan. Hal ini membuatku semakin menarik untuk membahas tepatnya juga menulis tentang kaitan antara menulis dan kesehatan. Hanya sekedar aku sebagai mahasiswa kesehatan dan sebagai orang yang suka menulis. Dan efeknya yang aku harapkan ada orang juga yang tergerak untuk menulis serta menyadari efek menulis terhadap kesehatan. Ada korelasi antara kegiatan menulis dan kondisi kesehatan manusia. Dan hubungannya ternyata positif. Artinya, menulis bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Selain itu mungkin keselarasan antara menulis dan kesehatan dapat dilihat dari pernyataan J.A Hadfield “Sebagian besar keletihan yang kita derita berasal dari mental kita, kenyataannya jarang sekali keletihan yang hanya disebabkan oleh fisik semata”. Dalam bahtera hidup yang dilalui kerikil-kerikil tajam selalu menghadang di depan kita. Kadang bisa membuat stress. Dan stress yang berkepanjangan akan mempengaruhi keseimbangan hidup kita fisik kita akan melemahkan otak untuk berpikir akan menemui jalan buntu. Kadang pelampiasan stress emosi tak terkendali yang semuanya akan memacu timbulnya penyakit. Begitulah sebagian pernyataan yang aku baca dalam buku “Curahkan Gairah Menulis”. Menurutku letak keselaran antara menulis dan kesehatan adalah karena ketika stress, menulis dapat menjadi jalan untuk melepaskan stress dan membangkitkan gairah hidup. Ketika menulis akan sangat memberikan kepuasan lahir dan batin. Dengan menulis bisa mendapatkan suatu kepuasan batin karena terpuaskan apa yang bergelora di dalam jiwa bisa tersalurkan lewat sebuah tulisan. Pada dasarnya kesehatan menurut WHO adalah keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Pada 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan dari kehidupan. James Pennebaker, Ph. D., telah melakukan belasan penelitian yang melibatkan berbagai kalangan: pelajar, ibu rumah tangga, mahasiswa bahkan narapidana. Umumnya mereka merasa lebih bahagia dan sehat setelah menuliskan kenangan pahit yang menyebabkan trauma mendalam. Menulis tidak saja berdampak pada kondisi emosional. Dari penelitian Pennebaker di tahun 1988 yang berjudul Journal of Consulting and Clinical Psychology ditemukan bahwa sel T-lymphocite, yakni sel yang mengindikasikan bekerjanya sistem kekebalan tubuh, meningkat jumlahnya enam minggu setelah para mahasiswa melampiaskan stresnya melalui tulisan. Penelitian lainnya juga membuktikan banyak pasien semakin jarang berkunjung ke dokter dan skor tes psikologinya meningkat setelah mengikuti terapi menulis. Bahkan Joshua Smyth, Asisten Profesor dari North Dakota State University, memberikan pernyataan yang lebih spesifik: menulis pengalaman buruk atau stres menghilangkan gejala asma dan rematik (rheumatoid arthritis). Ia melakukan penelitian terhadap 70 orang penderita asma dan rematik. Ke-70 pasien ini dibagi dalam dua kelompok. Yang pertama diharuskan menulis pengalaman pahit atau menyedihkan selama 20 menit dalam tiga hari berturut-turut. Kelompok lainnya (37 orang) menuliskan rencana kegiatan sehari-hari. Setelah empat bulan ditemukan fakta menarik. Empat puluh tujuh persen pasien yang menulis pengalaman buruk mengalami perkembangan yang signifikan. Pasien rematik berkurang rasa sakitnya dan kapasitas paru-paru pasien asma meningkat. Sementara hanya 24% pasien dari kelompok kedua mengalami kemajuan. Hasil penelitian ini dipublikasikan 14 April 1999 dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology. Meskipun demikian para ilmuan belum dapat memastikan dampak menulis terhadap kondisi kesehatan. Jawabannya, menurut Pennebaker, mungkin terletak pada hubungan yang masih misterius antara stress dan penyakit. Tapi dari berbagai penelitian dapat dibuktikan bahwa stres berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan, memberi peluang timbulnya penyakit jantung dan memperlemah arthritis, asma dan berbagai penyakit lainnya. Terapi menulis mungkin saja memberikan pengaruh serupa terhadap penderita penyakit lainnya. Pennebaker dan koleganya kini sedang menerapkan menulis sebagai terapi bagi pasien infertil dan rencananya juga akan diterapkan pada penderita kanker payudara. Mereka juga masih ingin melakukan penelitian serupa terhadap para veteran dan korban pelecehan seksual. Menulis pengalaman pahit sebagai terapi memang tidak harus memperhatikan kaidah bahasa. Tapi tetap saja tidak mudah. Bagi pelaku, hal itu bagaikan mengorek luka lama. Mulligan sendiri harus berkali-kali menenangkan diri sebelum akhirnya mampu menyelesaikan tulisannya. Tapi penulis novel Shopping Cart Soldier ini berpendapat bahwa inilah kesempatan untuk menghadapi ’setan’ yang menghantui hidupnya. Dan ’setan’ atau musuh ini tampaknya lebih jinak di atas kertas ketimbang dalam pikiran. Begitulah kaitan menulis dan kesehatan yang aku dapatkan dari http://labarasi.wordpress.com/2011/04/12/menulis-untuk-kesehatan-fisik/ yang dikutip dari detikhealth.com. Sekarang menurutku telah jelas bahwa menulis dapat menyembuhkan karena dengan menulis kita akan mampu melepaskan stress yang mendera kehidupan. Selain itu aku mungkin dapat beranggapan bahwa menulis dapat mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan karena stress. Penyakit yang disebabkan karena stress seperti obesitas, gangguan kulit, memicu asma, penyakit autoimun, hipertensi, penyakit jantung, migren, sakit kepala, jerawat, dan lainnya. Selain itu yang cukup menarik antara menulis dan kesehatan adalah atas ungkapan Fatima Mernissi, berpendapat bahwa menulis menyehatkan, bahkan membuat awet muda. Menurutnya, jika kita setiap hari menulis, maka kulit kita menjadi tetap segar. Saat kita bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di bawah mata akan segera lenyap dan kulit akan terasa segar kembali. Selain itu aku juga beranggapan ketika aku yang memiliki kesukaan dalam menulis juga membudayakan membaca, dengan membaca dapat mencegah terjadinya kepikunan. Dan kisah unik yang aku baca di koran Malut Post dalam tulisan Wartawan Jawa Pos yang Naik Haji Melaui Jalur Darat dalam catatannya yang berjudul “Berhaji Jalur Darat: Bertemu Jamaah Haji Tertua dari Indonesia” dalam catatan itu dia mengatakan bahwa jamaah haji tertua itu memiliki resep tak pikun karena rajin baca koran dan yang paling unik adalah umur jamaah haji itu yang sudah 90 tahun dan memiliki ingatan yang cukup masih baik karena rajin membaca koran. Menurutku juga mungkin kaitan antara menulis dan kesehatan terlihat dari yang dijelaskan dalam buku Curahkan Gairah Menulis, menjadi seorang penulis dibutuhkan kondisi tubuh sehat karena dengan kondisi sehat kita akan berpikir dengan jernih, adanya keselarasan antara otak dan ditopang kondisi tubuh sehat karena saat tubuh lelah, daya pikir menurun, hasil kerja jadi tidak maksimal. Karena dengan menjaga kebugaran tubuh dalam proses menulis akan mempengaruhi hasil sebuah karya. Menurutku menulis dan kesehatan dapat dilihat dari menulis yang dapat menyembuhkan seseorang yang menderita penyakit karena rasa stress, menulis yang dapat mencegah penyakit karena stress, dan kondisi sehat dan stamina untuk menulis. Jadi, sudah jelas bagiku menulis bukan hanya sekedar kesukaan tapi mungkin benar adanya menulis dapat meningkatkan kualitas kesehatanku dan aku butuh kualitas kesehatan yang baik untuk menulis, mungkin saja. Setidaknya menulis dan kesehatan dapat memacuku untuk tidak pernah meninggalkan kebiasaan untuk menulis dan semakin meningkatkan kebiasaan untuk menulis. Akhirnya menulis harus dijadikan kebutuhan untukku. “Menulis menjernihkan pikiran, menulis mengatasi trauma, menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu memecahkan masalah, dan menulis-bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis” (Dr. James W. Pennebaker) Laporkan Tanggapi Siapa yang menilai tulisan ini? KOMENTAR BERDASARKAN : Tulis Tanggapan Anda Guest User REGISTRASI | MASUK FEATURED ARTICLE FPI, John Kei dan Grand Design untuk Dunia … Severus Trianto TRENDING ARTICLES Made in Indonesianya Mana Yaa? … Poernamasyae PKS Mulai Tertampar? … Katedrarajawen Rumus Membuat Baso yang Gampang, Siapa Mau … Setyo Polisi yang Satu Ini Memang ‘Kurang … Arif Khunaifi Baju Kotak-kotak Itu Telah Mulai Membuat … Daniel H.t. INFO & PENGUMUMAN KONTAK KOMPASIANA INDEX » Kompasiana FREEZ Pindah ke Hari Rabu » Lomba Penulisan “Bahasa Indonesia dan … » Ikuti Dua Obrolan Freez Minggu Ini (17 … TERAKTUAL. Bang Ramli, Mbak Edi Kusumawati, Fandy Sido, dan Bowo Bagus … Baju Kotak-kotak Itu Telah Mulai Membuat Mereka Kehilangan … Dokter Itu Ternyata … Richard Adkerson, Boss Freeport Papua Bergaji Tertinggi … Video Porno di Buku Sekolah INSPIRATIF BERMANFAAT MENARIK Subscribe and Follow Kompasiana:

0 komentar:

Posting Komentar