Jumat, 21 September 2012

SISWA MALAS MEMBACA, JANGAN SALAHKAN DIA


Manfaat Membaca

Mengapa anak atau siswa malas belajar? Salah satu cara yang langsung untuk mempengaruhi anak atau siswa rajin belajar adalah membaca. Membaca langsung mempengaruhi bagi penuntutnya bisa mampu menjadi orang yang cerdas atau memiliki kemampuan luar biasa. Kemampuan menggunakan otak, hati, dan tubuhnya untuk menghadapi sesuatu. Pemecahan atas segala masalah bisa dilakukan dengan mudah apabila kita telah memiliki ilmu dan pengalaman yang memadai. Di antaranya, membaca akan membuat kita memiliki wawasan ilmu yang semakin hari semakin berkembang. Sebenarnya manfaat membaca itu sangat banyak dan tidak akan mempengaruhi banyak kepada orang-orang yang tidak menerima bahwa membaca itu penting baginya.

Penyebab Lemahnya Kebiasaan Membaca Siswa

Kita perhatikan mengapa anak-anak kita dan para siswa tidak biasa membaca? Saya berpesan kepada Anda, janganlah menyalahkan anak-anak dan para siswa apabila mereka tidak memiliki minat, semangat, dan kebiasaan membaca dengan baik. Jangan salahkan mereka, sebenarnya masalahnya bukan dari mereka. Salahkan saja diri kita sebagai orang tua atau sebagai guru. Mau apa jadinya orang tua atau guru yang tidak mau membaca sementara kepada anak-anak atau para siswa menuntut untuk mau membaca? Suat hal yang mustahil bagi anak-anak atau para siswa untuk mencapai tingkat kualitas membaca dengan baik tanpa orang tua atau gurunya yang malas membaca. Berbagai penelitian untuk mencari dan memecahkan masalah lemahnya minat baca siswa hampir sasarannya kepada anak atau siswa.

Keteladan Orang Tua dan Guru

Saya merasa yakin dengan rajinnya orang tua atau guru membaca, maka anak-anak atau para siswa akan mengikutinya, yaitu rajin membaca. Ada peribahasa, “Guru kencing berdiri, maka anak akan kencing berlari.” Orang tua sebagai teladan anak-anak, dan guru merupakan sebagai teladan para siswa. Jika kedua belah pihak antara orang tua atau guru sama-sama malas membaca tentu akan melahirkan anak atau siswa yang malas pula. Kecuali ada faktor lain yang mempengaruhinya, seperti faktor diri anak atau diri siswa itu sendiri. Juga faktor lingkungan dapat mempengaruhi pula. Namun walaupun demikian sebagai orang tua atau guru harus menjadi salah satu faktor utama dan pertama bagi perkembangan jiwa anak atau siswa. Bukan mengandalkan kepada faktor lainnya.

Perlunya Bimbingan Orang Tua dan Guru

Sebagai orang tua atau guru tidak begitu saja membiarkan mereka mencari sendiri untuk menjadi rajin membaca. Anak-anak atau siswa masih perlu perlu bimbingan membaca dari pihak orang tua atau guru tersebut. Mulailah sekarang juga guru dan orang tua menjadi contoh bagi siswa dan anak-anak. Mari kita tularkan kebiasaan baik, minat baik, semangat baik, dan keteladanan yang baik kepada generasi penerus bangsa. Sayangi mereka dengan semangat membaca bahan bacaan yang memotivasi semangat membaca mereka. Sebagai orang tua kepada anak-anak bukan hanya sekedar mencukupi makanan atau pakaiannya. Kita harus memberi makanan atas hati dan otaknya dengan cara memberi contoh yang baik dengan kegiatan membaca. Sebagai orang tua, janganlah sekali-kali menyalahkan anak-anak, tetapi salahkanlah diri sendiri mengapa tidak menjadi orang tua yang memberi keteladanan dalam hal membaca.

Kondisikan Waktu Untuk Membaca

Sebagai guru, berilah para siswa semangat membaca dan menulis dengan memberi contoh bagaimana menjadi pembaca yang baik. Membaca yang bisa membantu dalam memperlancar mereka belajar di sekolah. Saya terinspirasi dengan ucapan seorang teman yang mengatakan bahwa selain kita suka mendengarkan ceramah di majlis taklim, maka kita harus suka mengikuti praktek berdzikir bersama di bawah pimpinan Pak Kiyai. Begitu juga guru harus bisa memimpin dalam membaca di sekolah. Saya merasa menyayangkan kepada para guru tidak memanfaatkan waktunya untuk membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran di kelasnya. Dengan banyak membaca, maka para guru akan bertambah wawasan di bidang pendidikan, kebahasaan, dan bidang-bidang lainnya.


Buku Gudangnya Ilmu dan Membaca Kuncinya
Buku gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya. Itu peribahasa yang sudah sangat lama saya perhatikan. Begitu pertama kali yang saya baca di dinding kelas sewaktu saya masih kecil. Sampai sekarang saya resapi baik-baik. Dan Alhamdulillah kata-kata itu masih saya perhatikan, apalagi setelah saya sudah mempunyai murid yang berhasil menjadi pembaca sekaligus penulis yang profesional. Kegiatan membaca dan menulis saya semakin saya kembangkan. Sebelumnya saya hanya mengembangkan kegiatan membaca saja. Ternyata saya mulai saatnya untuk berjuang lewat menulis yang dilatarbelakangi dengan kegiatan membaca. Di sekolah-sekolah, buku-buku atau bahan bacaan lainnya hanya sekedar pajangan, benda mati yang tidak dihiraukannya. Seperti benda yang tidak dianggap penting. Sungguh luar biasa saya herannya, mengapa sebagai kaum intelektual tidak merasa tertarik pada kegiatan pokoknya, yaitu membaca.

Membaca dan Menulis Pekerjaan Guru

Bagi petani bisa kita anggap wajar karena mereka bergerak di bidang pertanian. Setiap harinya menggunakan cangkul dan bekerja di sawah atau kebun bukan buku-buku atau pulpen. Namun seorang guru? Yang mereka kerjakan adalah kegiatan membaca dan menulis dalam satu paket proses pembelajaran. Mengajar dan mendidik tanpa dibarengi membaca dan menulis tentu hasilnya tidak optimal. Bagaikan sayuran tanpa bumbu dengan resep yang seimbang. Begitulah proses belajar-mengajar tanpa gurunya banyak membaca dan menulis. Apabila siswa banyak yang kurang mencapai prestasi yang memadai, maka sebagai guru janganlah menyalahkan siswa. Salahkanlah diri Anda sendiri mengapa tidak mau membaca, tidak antusias membaca, dan tidak suka untuk mengembangkan membaca menjadi suatu kegiat

0 komentar:

Posting Komentar