Senin, 10 September 2012

Di Kompasiana Boleh Menulis Saja, Membaca dan Mengomentari Saja, atau Dua-duanya

sosbud.kompasiana.com/.../di-kompasiana-boleh-menulis-sa... Ya, saya rasa di Kompasiana ini tak ada aturan yang melarang kompasianer untuk berkomentar walaupun dia belum punya karya tulis. Anda boleh menulis saja. Anda boleh membaca dan mengomentari saja. Atau anda boleh menulis sekaligus membaca dan mengomentari tulisan kompasianer lain. Karena menurut saya menghasilkan sebuah karya tulis itu, tidak semua orang bisa melakukannya dengan gampang. Atau dengan kata lain tidak semua orang mempunyai bakat untuk jadi pengarang. Mungkin kendalanya tak ada ide, susah menyusun kata-kata. Atau bisa jadi bagi seorang penulis hebat, belum menemukan sesuatu tema yang berbobot untuk dituliskan. Boleh jadi anda merasa bangga bisa menerbitkan karya tulis tiap hari, tapi belum tentu semua berbobot. Atau bisa juga tak punya waktu untuk menyusun sebuah karya tulis karena pekerjaan menulis itu butuh untuk mencurahkan isi fikiran. Akan tetapi seringkali setelah membaca tulisan orang, barulah terbersit sebuah pemikiran, sehingga melahirkan komentar-komentar. Aha! Yang namanya komentar juga sah-sah aja untuk diungkapkan. Apakah itu komentar itu seperti merasa lebih pintar dari yang punya tulisan? Atau mencaci, memojokkan, mengkritik, menambahkan, semua itu boleh-boleh saja. Namanya juga komentator, selalu lebih benar dari pelakonnya sendiri. Coba anda bayangkan jika di sebuah siaran sepak bola di tv, pembawa acara bertanya kepada komentator, “Bagaimana menurut anda pertandingan babak pertama tadi, dan apa strategi untuk babak ke dua?” Lalu sang komentator sambil merendah menjawab, ” Babak pertama tadi bagus mainnya, untuk strategi babak ke dua saya tidak tahu, saya bukan pemain bola”. Lha??? Mengapa dia duduk di kursi komentator? Faktanya, rata-rata komentator sepak bola bukan dari pemain bola. Jadi kalau mau menulis, ya menulis lah. Tak perlu itu rumus-rumus, tata cara, ritual, dan lain sebagainya. Improvisasi saja. Tuliskan saja apa yang menjadi uneg-uneg di kepala. Soal tulisan anda akan dibaca orang, terekomendasi kah, dipuji atau dicaci orang, itu lain hal. Yang penting pemikiran yang ada dalam benak anda tersalurkan. Beruntung sekali ada Kompasiana, ada tempat untuk menumpahkan segala uneg-uneg yang mengganjal di benak. Tak ada harus begini harus begitu. Mungkin anda mengalami patah hati yang tak berkesudahan dan ingin menulis puisi yang menyayat-nyayat, ya tulis lah. Untuk penilaian serahkan kepada pembaca. Mungkin saja anda mempunyai pemikiran yang tidak terpikirkan oleh orang lain, seperti anda merasa punya pemikiran akan membentuk Negara Jawa Merdeka untuk menyaingi OPM, bisa saja kan? Tuliskan dan biarkan pembaca yang mengevaluasi. Bagus atau jeleknya tulisan anda, tak mempengaruhi proses kenaikan kelas anda di sekolah. Jika saya buat perumpamaan, karya tulis itu seperti masakan. Ada yang pintar memasak. Ada yang cuma bisa jadi penikmat masakan saja. Ada yang berpikiran untuk membuat suatu masakan, tapi tidak punya keahlian memasak. Tapi yang jadi ukuran suatu masakan itu enak atau tidak bukan dari klaim si tukang masak, tapi karena penilaian lidah orang yang mencicipinya. Soal cara yang pakai untuk memasak itu terserah saja. Tak ada atur mengatur di kompasiana. Mari kita baca sesuai selera. dan komentari sesuai isi otak.

0 komentar:

Posting Komentar