Senin, 10 September 2012

Tradisi Ilmiah Guru Masih Rendah

Sumber: www.republika.co.id › Pendidikan › Berita Pendidikan Jakarta--Para guru diminta untuk mengembangkan tradisi ilmiah. Pasalnya, budaya tradisi ilmiah di kalangan guru dan dosen disinyalir masih rendah . Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional (Ka Biro PKLN Kemendiknas), Agus Sartono, mengatakan, tradisi ilmiah dibangun dari tradisi membaca sejak dini dan dimulai dari keluarga. Selain itu, guru juga perlu mengembangkan budaya berpikir. Guru juga harus membiasakan dan mencontohkan peserta didik untuk menulis. "Kita perlu mengembangkan budaya untuk giat belajar untuk mengajar dan belajar sepanjang hayat. Guru boleh meninggal dunia, namun tulisannya akan terus mengajar hingga kiamat,'' ujar Agus di Gedung Kemendiknas, Rabu (17/3) seperti siaran pers yang diterima Republika. Indikator rendahnya tradisi ilmiah di kalangan guru dan dosen, kata Agus, dapat dilihat dari minimnya karya ilmiah guru. Dia menyebutkan, dari 2,6 juta guru di Indonesia, untuk guru golongan IVB hanya 0,87 persen, guru golongan IVC 0,07 persen, dan golongan IVD 0,02 persen. "Persyaratan untuk naik (ke golongan) IVB tidak hanya cukup dengan mengumpulkan angka kredit mengajar, tetapi salah satu komponennya menulis karya ilmiah," ujar Agus. Sementara itu, sambung Agus, jumlah publikasi ilmiah nasional dosen sebanyak enam persen, sedangkan publikasi ilmiah internasional dosen 0,2 persen. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, kata dia, terus mendorong para dosen untuk melakukan penelitian dengan berbagai program. "Sekarang sedang dipikirkan oleh pemerintah untuk membuat dana abadi pendidikan. Salah satu komponennya adalah untuk riset," jelasnya. Untuk meningkatkan tradisi ilmiah guru, kata Agus, pemerintah mulai dengan memberikan beasiswa peningkatan kualifikasi S1 dan D4. Selain itu, kata dia, dengan tunjangan serfitikasi diharapkan mendorong guru-guru untuk lebih giat lagi menulis. "Kalau dia (guru) giat menulis maka angka kreditnya akan semakin besar. Dia akan naik pangkat dan kualifikasinya akan semakin baik," katanya. Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Arief Rachman, menyampaikan, kebiasaan-kebiasaan berpikir ilmiah di antara guru perlu dikembangkan. Caranya, kata dia, adalah dengan secara terus menerus membuat penelitian dan karya ilmiah. Arief menambahkan, jika di SMA ada kelompok ilmiah remaja, maka perlu ada kelompok ilmiah guru dan kelompok ilmiah dosen. "Ini semua nanti menghasilkan jurnal-jurnal yang kaya. Kepala sekolah membuat kelompok-kelompok belajar di antara guru," jelasnya.

0 komentar:

Posting Komentar